Senin, 06 Agustus 2012
Tolong Pedulikan Kami: Adakah yang Tahu dan Peduli dengan ‘Toilet Disabled?’
Senin, 06 Agustus 2012 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Seperti tulisan2ku tentang warga disabled ( lihat tulisanku Warga ‘Disabled’ Sebagai Asset dan Masa Depan Bangsa: Sebuah Perenungan Diri danSudahkah Kita Menjamin Aksesibilitas bagi Warga ‘Disabled’ di Indonesia ? ),sampai sekarang pun aku terus mengupayakan untuk warga disabled di Indonesia lebih memiliki fasilitas2 khusus baginya. Bahwa aku adalah seorang wanita disabled karena stroke, sangat benar. Bahwa keberadaanku yang memang ‘cacat’ dan secara fisik ada di dalam keterbatasan ( lumpuh separuh tubuh sebelah kanan, sehigga kegiatanku ditumpu dengan tangan kiriku saja, dan kaki kiriku berusaha untuk bisa berjalan ), juga sangat benar. Tetapi, bahwa aku menjadi depresi karena keterbatasanku, itu SAMA SEKALI TIDAK BENAR!
Sebelum aku sakit inipun, aku pernah menjadi warga disabled, ketika kaki kiriku patah di proyekku, pertengahan tahun 2006 sampai pertengahan tahun 2007 ( lihat tulisanku Bisakah ‘Patah Kaki’ku Membuat Aku Menyerah? ). Dengan memakai kursi roda selama 6 bulan serta memakai kruk selama 6 bulan lagi, aku tetap bekerja. Jadi karena itu, ketika itu aku menjadi arsitek senior tempat aku bekerja sedang mengerjakan mega-proyek, aku berusaha dan terus mengupayakan bahwa fasilitas2 warga disabled adalah KEBUTUHAN yang sudah didukung oleh pemda untuk di sosialisasikan dalam mendesain bangunan, terutama bangunan2 umum, seperrti pertokoan / mall, perkantoran dan sebagainya.
Walaupun mungkin hanya perusahaan tempat aku bekerja yang membuat fasilitas itu, paling tidak aku senang, dan tetap aku upayakan untuk terus pemerintah mendukung warga disabled, karena kami juga termasuk warga negara yang mempunyai hak2 dan kewajiban yang sama dengan warga negara sehat yang lain …..
***
‘Cerita’ di atas merupakan kepedulianku. Sejak aku kuliah sampai sekerang bekerja sebagai arsitek dimanapun, aku sudah sangat concern dengan fasilitas2 warga bukan hanya warga disabled, melainkan warga yang seringkali tidak dipedulikan oleh banyak orang, tetapi mereka tetap merupakan bagian dari kita, sebagai waraga negara dan sebagai anggota keluarga kita. Selain warga disabled fisik seperti cacat tubuh fisik, tuns netra, tuna rungu, tuna wicara atau tuna2 yang lain (dimana aku adalah bagian dari itu), jika yang kurang diperhatikan adalah warga lansia (warga lanjut usia) dan warga anak2.
Salah satu yang aku ‘cari’ jika aku ke luar negeri, bukan hanya untuk berjalan2 saja, tetapi fokusku adalah untuk men-survey apapun terutama tentang desain kota dan arsitektur serta lingkungan. Bagian dari desain arsitektur yang salah satu merupakan yang terkecil, adalah desain fasilitas disabled. Aku bagi 2, ada disabled fisik sebagai warga dewasa serta lansia, juga warga anak2, yang fasilitasnya merupakan khusus, dan tidak bisa bercampur dengan warga dewasa.
Ketika liburan tengah tahun ini di akhir bulan Juni 2012, aku dan keluargaku berlibur ke Singapore. Salah satu yang aku survey adalah toilet disabled. Bahwa Singapore adalah salah satu negara yang sangat memperhatikan warga dan wisatawan disabled, adalah sangat benar. Di Singapore, walau aku berjalan keliling kota, kemanapun, ami tetap bisa dan terfasilitasi pedestrian dengan luasan yang besar serta fasilitas2 disabled. Akan aku tuliskan segera.
Yang jelas, kemanapun aku berjalan, jika aku ingin ke toilet, semua toilet selalu ada fasilitas toileh disabled. Bahwa toilet disablednya, bukan saja basa basi saja, melainkan toilet dengan fasilitas yang benar2 di desain untuk kaum disabled, dengan ukuran2 tertentu yang terdapat dalam Neufert Standrad.
Jika di Jakarta, toilet disabled-nya lebih merupakan ‘basa basi’ saja, Singapore mengajarkan pada kita bahwa warga disabled memang harus di hornati, paling tidak dengan fasilitas2 perkotaanya. Misalnya, di mall2 di Jakarta, konsep toilet disablednya :
- Luas ruangan minimal 2×2 m persegi
Jika dilihat dari foto di atas , itu lebih dari 2×2 m persegi
- Harus mempunyai railing di sekitar closed duduk
Railing stainless steel di sekeliling closed. Di sebelah kanan closed, railingnya selalu bisa di buka, jika si pengguna memilih lebih ‘bebas’ tanpa penuh dengan railing.
- Closed duduk tergantung untuk lebih cepat membersihkan
Closed duduk selalu tergantung untuk cepat membersihkan, juga untuk resiko debu2 dan kuman yang tertinggal di setiap lekuk dan sudut.
- Pintu masuk harus membuka keluatr karena jika membuka ke dalam akan menyulitkan kursi roda
- Lantainya harus kasar untuk tidak terpeleset ( ini untuk semua toilet )
- Dan lainnya
Tetapi, di Jakarta belum ada yang mempunyai fasilitas toilet disabled di setiap toilet dan desain yang merupakan desain standrd Neufert. Sebagai warga disabled yang selalu memakai kursi roda bila berjalan2 di mall, aku seering kewalahan untuk mencari fasilitas toilet disabled. Yang ada, aku memakai toilet biasa dan kursi fodaku di tinggal di luar. Dan jika ada toilet disabled, bukan ruangannya sangat sempit untuk aku berpindah ke closed, tetapi sering kali pintunya membuka ke dalam sehingga bagaimana aku masuk? Belum lagi fasilitas railing yang hanya 1 baris ( minim ), sehingga aku susah berpegangan …..
Ditambah lagi dengan fasilitas2 yang lain, sepeerti kursi kecil untuk anaknya :
Si anak bisa didudukan di kursi ini, sementara si ibu buang hajat, dengan larangan2 untuk lebih baik.
Ketika aku memasuki ruang toilet khusus disabled di Singapore tahun ini, semua berubah. Maksudnya, sejak terakhir aku ke Singapore tahun 2008 lalu, toilet2 disabled nya lebih cantik, lebih nyaman dan lebih modern. Dan mataku sangat sangat berbinar2, ketika aku masuk ke dalam toilet disabled di Takashimaya, sebuah shopping center di Orchard Road yang dimiliki oleh Jepang. Dan yang aku tahu, Jepang bukan hanya menghormati kaum disabled saja, melainkan SANGAT MENGHORMATI nya!
Sebuah perusahaan yang mendesain dan mensupplay sanitary ke seluruh dunia termasuk ke Indonesia, seakan2 berlomba untuk menyediakan fasilitas bagi penyandang cacat, dengan cara setiap saat selalu berinovasi. Di Takashimaya, toilet disablednya, semuanya otomatis! Jadi, jika aku benar2 tidak bisa apa2 dan aku sendiri, untuk membuka pintu saja, aku hanya menempelkan tanganku dan pintu bergeser sendiri. Lalu semuanyapun otomatis. Untuk menggelontorkan air, untuk railing yang ada di sekeliling closed yang nyaman, serta tombol2 jika kita memerlukan bantuan khusus. Ini yang terbaru yang aku tahu, untuk toilet disabled …..
Hanya menempelkan tangan untuk membuka fasilitas toilet disabled. Dan dari dalampun, kita hanya menekan tombol untuk menggeser pintu toilet …..
Sekarang, adakah yang terpikir? Bagi kaum disabled seperti aku, jangankan berpindah untuk 1 titik ke titik yang lain, untuk membuang sampahpun aku harus berjuang untuk ‘membelokkan’ kakiku mencari tempat sampah. Sebuah inovasi yang sangat nyama bagi kaum disabled seperti aku :
Tempay sampah stainless steel tepat di bawah kertas tissue, untuk memudahkan kami, kaum disabled, membuang sampah. Tidak perlu mencari2 tempat sampah. Bergerak saja susah …..
Jika kebutuhan dasar bagi manusia saja sangat terabaikan, bagaimana dengan kebutuhan2 yang lain? Aku tahu juga, bahwa kebutuhan2 toilet warga biasa dan sehat saja masih terabaikan, tetapi tetap saja semuanya harus terus diupayakan. Jika pemerintah sekarang tidak memperdulikannya, aku hanya berharap, generasi kita dan generasi anak2 kita bisa dan mau lebih menghormati warga disabled, sebagai bagian dari sebuah negara besar kita …..
Kami tidak ingin dikasihani. Kami juga tidak ingin di hina dan anggap rendah. Tetapi kami hanya ingin di kasihi dan di hormati, seperti warga negara yang sehat …..
Tolong, pedulikan kami !
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “ Tolong Pedulikan Kami: Adakah yang Tahu dan Peduli dengan ‘Toilet Disabled?’”
Posting Komentar