Rabu, 19 Februari 2014
Mau Jadi Apa, Aku? Bahkan 1 + 1 Saja Aku Tidak Bisa!
Rabu, 19 Februari 2014 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Bisakah dibayangkan? Bagaimana aku bisa
bekerja lagi, sementara berbicara saja aku tidak bisa? Bagaimana aku
tidak stress? Bagaimana aku tidak depresi? Aku, yang notebene sudah
berumur 40 tahun ( ketika itu tahun 2010 ), single parent denan 2 anak
SD dan SMP ( waktu itu ), bisa membiayai anak2 dan keluargaku? Sangat
tidak mungkin! Itu yang aku pikirkan, seharian tanggal 9 Januari 2010.
Hari itu adalah hari ke-2 aku terserang
stroke. Aku baru sadar, bear2 sadar, bahwa masa depanku terancam! Bukan,
bukan terancam karena ada yang mengganggu hidup kami, tetapi terancam
karena kemungkinan besar aku tidakakan bisa bekerja lagi untuk membiayai
hdup kami dan biaya sekolah anak2ku! Pikiranku melayang2 dengan
kesakitan yang luar biasa, ketika aku memaksa untuk berpikir dengan
cacat otak kiri yang masih ‘basah’, karena memang darah masih menggenang
di sana …..
2 minggu aku dirawat di sebuah rumah
sakit Katolik di San Francisco, aku belajar berbicara. Dari 1 kata2,
lalu 2 kata2 sampai membentuk sebuah kalimat sederhana. Pun aku tetap
belum mampu melafalkan nama anak2ku secara ssempurna.Hanya sedikit
bergumam dalam bahasa Inggris ‘cadel’, seperti anak SD yang baru belajar
bahasa Inggris pertama kalinya.
Kemudian aku diterbangkan ke Jakaarta,
tempat tinggalku dari San Francisco, menempuh waktu seitar 21 jam.
Dengan kepala berat dan selalu vertigo karena otak kiriku pun masih
basah karena genangan darah merah itu tetap masih terkumpul disana.
Diantar seorang bruder dari Alaska, Bruder Frank namanya. Dia sediit
mengajarkan aku untuk berkata2 dalam bahasa Inggris, dan mulai bisa
melafalkan nama anak2kku, Dennis dan Michelle. Untung nama anak2ku tidak
ada huruf ‘R’ nya, karena sampai sekarang pun, aku belum sempurna untuk
melafalkan huruf ‘R’ di setiap kosa kata …..
1 bulan aku dirawat di sebuah rumah
sakit Kristen di Cikini, dan disanalah aku benar2 belajar hidup! Ya, aku
‘belajar hidup!’. Mulai belajar makan dan minum dngan baik, bekajar
‘pipis’ dan membuka serta memakai celana dan baju, belajar bangun dan
belajar jalan.Itu yang terutama, kebutuhan dasarku sebagai manusia.
Kemudian, aku mulai belajar berkata2 dlam
bahasa Indonesia. Karena aku mulai belajar kata2 dalam bahasa Inggris,
aku ‘lupa’ untuk berkata2 dalam bahasa Indonesia. Maklum, aku stroke dan
yang di serang adalah otak, sehingga otak akan ‘melupakan’yang
sebelumnya ada jika aku tidak di’ingatkan’ lagi dengan terapi …..
Kosa kasa pertama ku adalah tentang
keluargaku, tentu. Pertanyaan2 untuk anak2ku. Belajar bernyanyi lagu2
Kidung Pujian, membuat aku menjadi tenang. Itu lah kosa kata2ku yang
pertama, sehingga dengan Kidung Pujian, Tuhan terus membuat aku
bersemangat serta kata2ku terus bertambah.
Ketika aku sudah berpikir tentang untuk
dapat bekerja lagi demi membiyai anak2ku, aku pun mengatakan kepada
dokter dan terapist2ku, supaya dipersiapkan untuk segala hal. Jadi,aku
pun harus belajar berhitung, sesuai dengan kedudukanku di pekerjaanku ……
Terapist bicara ( speech therapy ) ku
tip hari datang ke Unit Stroke dan aku belajar berbicara seperti anak
kecil. Belajar menulis dengagn tangan kiri dan belajar berhitung. Suatu
saat, dia meminta aku untuk menulis 1 + 1. Dan aku menuliskannya dengan
tangan kiriku. Setelah itu, dia berkata,
“Coba, berapa 1 + 1?”, dan aku tersenyum …. “Aaaahhhhh, gampang banget”, pikirku.
Tetapi ketika aku mau menyebutkan sebuah
angka, tiba2 otakku buntu! Benar2 buntu! Astaga! Berapa ya? 1 + 1 =
berapa??? Duh …… berapa sih ????
Aku berpikir keras untuk menjawabnya. Astaga! Berpikir keras untuk soal 1 + 1??? Ga salah nih? Ya Tuhanku …..
Aku menggelengkan kepalaku sebagai
jawabannya. Terapistku tersenyum ….. beliau mengerti benar, bahwa aku
kesulitan untuk menjawabnya, sehingga aku dituntun untuk menyelesaikan
jawaban itu …..
Lalu aku benar2 belajar, dari huruf A, B,
C, D dan sebagainya. Juga dari 1 + 1, 1 + 2, 1 3, dan sebagainya. 1 -
1, 2 - 1. Atau 1 x 1, 2 x 1, 1 : 1 dan seterusnya. Benar2 belajar dari
0! Sebuah kenyataan yang sangat pahit, karena aku benar2 tidak bisa
melakukan apapun, selain melihat, berpikir, tersenyum dan berdoa ……
***
Itu benar2 kenyataan yang sangat teramat
pahit dalam hidupku! Seorang aku berumur 40 tahun harus belajar
berhitung 1 + 1, untuk mulai bekerja! Tetapi Puji Tuhan! Aku tetap
semangat, walau waktu itu aku tidak tahu, kapan aku bisa bekerja lagi.
Lhaaaa … 1 + 1 saja, aku tidak tahu, bagaimana aku bisa menghitung jumlah
barang di proyek ku? Atau menghitung budget proyek???
Tetapi tidak menurunkan semangatku untuk
mulai bangkit. Tiap pagi setelah selesai tugas2ku sebagai manusia (
mandi, makan ), aku diantar papa untuk terapi fisik di rumah sakit dan
terapi bicara di tempat yang sama. Kerja keras, benar2 sangat keras, t
erus mengiringiku. Kehidupanku berubah drastis. Dari aku yang pekerja
keras untuk mendapatkan uang, sampai aku yang bekerja sangat keras untuk
belajar hidup, sampai belajar bekerja …..
Bulan demi bulan, akhirnya sampai pada
titik aku berani mengambil keputusan. 6 bulan bekerja keras, dari vonis
dokter di Amerika yang katanya aku hanya bisa berbaring saja, sampai
mulai bekerja lagi, Tuhan sudah dan selalu menemaniku, walau memang
tetap aku dalam keterbatasan.
***
Aku menapak kakiku menuju kantorku.
Walau belum 100% percaya diri, tetapi aku berani untuk menjalankan
tugas2ku sebagai ’single parent’. Tuhan sudah sangat luar biasa,
memberkatiku. Sehingga, dari 1 + 1 yang aku sempat putus asa waktu itu,
menjelma dalam rangkaian kata2 :
AKU BISA, DALAM NAMA TUHAN !!!!
Terima kasih, Tuhan! Inilah aku,
‘ordinary disabled woman coz of stroke’ yang selalu berupaya untuk
selalu
mengucap syukur pada Tuhan, melalui berbagai pelayanan.
Tags: Kesehatan , Medis
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Mau Jadi Apa, Aku? Bahkan 1 + 1 Saja Aku Tidak Bisa!”
Posting Komentar