Minggu, 03 September 2017

“Disability Awereness Week Session 2” di Central Park : Ruang Inklusi dan Aksesibilitas bagi Disabled pada Fasilitas Umum


By Christie Damayanti

Siapa bilang disabled tidak mampu apa2?
Siapa bilang disabled hanya seorang yang tidak berguna? Dan siapa bilang, disabled itu tidak “berharga?”
***
Tanggal 24 Agustus2917 lalu, kami dari Yayasan Agung Podomoro Land, mengundang 150 orang disabled beserta pendampingnya. Mereka itu mulai dari berumur 8 tahun, sampai diatas 75 tahun, untuk datang dan bersenang2 di Central Park Mall.

“DISABILITY AWARENESS WEEK Session 2”, adalah lanjutan dari acara bertema sama session 1 yang dilaksanakan di Bassura City Mall, 23 April 2017. Lihat tulisanku :


Di Sesi ke-1 ini, kami dari Yayasan CRIDASA (Yayasan Christie dan Sahabat Nusantara), mencoba untuk memberikan motivasi, bahwa disabled pun punya mimpi yang sama. Bahwa disabled pun punya keinginan untuk menjelah dunia, dan kami memberikan tips2 nya, dengan mendatangkan bank2 yang bisa mem-back up, travel biro, komunikasi telepon serta kesaksian2 teman2 disabled.

Even itu pun sekaligus juga melaunching 2 buku terbaruku tentang menjelajah Perancis dan Italy, sambungan dari 2 bukuku yang pertama tentang menjelajang Belanda, Belgia, Swiss dan Liechtenstein.

Pada even sesi ke-2 ini, konsepnya agak berbeda. Jika pada sesi ke-1 hanya beberapa disabled yang berbicara dalam 1 panggung, dengan kesaksian2 yang berbeda, (ada aku sebagai insane pasca stroke, ada Dimas yang disabled tuna netra dan ada Habibie disabled daksa), maka di sesi ke-2 ini kami mengajak kepedulian tentang “Ruang Inklusi dan Aksesibilitas bagi Disabled pada Fasilitas Umum”.

Bahwa untuk bangunan2 umum dan lingkungan, seharusnyalah menjadi sebuah ruang inklusi tanpa diskriminasi, akses bagi penyandang disabilitas dan mempunyai kepedulian dan ‘ramah disabilitas’. Bahwa pemerintah serta pemilik bangunan2 umum, seharusnyalah selalu berpedoman untuk sebuah kepedulian.

Bahwa kaum disabilitas adalah juga warga negara, yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan warga negara yang lainnya. Sehingga, kaum disabilitas itu jangan dianggap sebagai warga negara ‘kelas 2’. Mereka mempunyai mimpi yang sama. Mereka mempunyai keinginan yang sama. Cuma bedanya, mereka tidak mempunyai kesempatan yang sama …..

Even “Disability Awareness Week Session 2” ini, diselenggarakan pada hari Kamis 24 Agustus 2017. Mengundang 8 yayasan dan komunitas dengan berbagai jenis disabilitas. Ada KARTUNET (Karya Tuna Netra), dan mereka perform dengan beberapa lagu dengan alat2 musiknya.

Ada yayasan Habibie Afsyah, seorang Habibie yang sangat member inspirasi bagi teman2 disabled yang lainnya, bahkan yang sehat dan normal. Ada YPAC Jakarta, dengan anak2 dan remaja dengan berbagai jenis disabilitas grahita/daksa. Ada Panti Sosial Bakti Luhur, juga Yayasan Amal Mulia, dengan jenis disabilitas tuna rungu wicara.


Dari beberapa yayasan /komunitas, yang berkecimpung di ranah disabilitas netra. Coba di perhatikan foto diatas : teman2 disabilitas netra akan berjalan dengan bergerombol, dan saling berpegangan pundak teman di depannya. Jika hanya 1 orang, dia akan memakai tongkat putih.

Komunitas DBDC (Dream Big Disabled Community), juga merupakan berbagai jenis disabilitas, dan Komunitas Jakarta Barrier. Dan yang terakhir adalah Komunitas Insan Pasca Stroke (IPS), yang merupakan komunitasku yang menghimpun teman2 pasca stroke untuk bisa saling mendukung dan berinteraksi.

Aku dengan 2 sahabat ku IPS, dalam Komunitas IPS. Mas Aji, yang terserang stroke pada waktu berumur 19 tahun, dan Pak Didin, IPS yang berumur 74 tahun (yang tertua dalam even ini) …..


Teman2 dari  DBDC (Dream Big Disabled Community). Tetap semangat!!! Sebagian dari mereka menjadi cacat secara tiba2 karena sakit atau kecelakaan ……

Total semua yayasan dan komunitas ini sebagai peserta (disabled) ada 93 orang dan pendamping mereka ada 57 orang. Sehingga, semua berjumlah 150 orang. Dimana untuk kaum disabilitas grahita, yang umumnya adalah anak2 dan remaja (ada juga beberapa teman2 yang sudah dewasa), mempunyai pendamping masing2.

Aku berbincang dengan teman2ku disana. Tetap semangat, tetap menginspirasi …..

Yayasan Bhakti Luhur, misalnya. Dengagn berbagai jenis disabilitas, itu termasuk downsyndrom, hyperactive seta teman2 autisme dan lambat belajar, mereka benar2 membutuhkan penanganan khusus. Mereka berumur anak2 sampai remaja (8 – 19 tahun). Dan mereka mempunyai pendamping yang memang mempuyai kepedulian khusus.


Yayasan Bhakti Luhur, sebuah yayasan Katolik yang dipinpin oleh seorang Suster Cicilia S.Pd. Dengan disabilitas campuran dari anak2 sampai remaja dan berbagai jenis disabilitas

‘Jakarta Barrier Free Tourisme’, sering menjelajah Jakarta bersama Bp Ahok, waktu itu, terdiri dari teman2 tuna daksa, pemakai tongkat dan kursi roda.


Teman2 dari Yayasan Habibie Afsyah, DBDC dan Jakarta Barrier

Dari YPAC Jakarta, merupakan teman2 dengan berbagai jenis disabilitas, berumur antara remaja sampai dewasa. Dan mereka sudah mampu mandiri dalam beberapa jenis kegiatan. Sebagian dari mereka adalah disabilitas daksa, dengan kondisi paraplegi, hemiplegic, spastic diplegi serta cerebral palsy. Mereka adalah jenis disabilitas yang rentan untuk ‘tidak bisa sembuh’ dan tidak/kurang mampu untuk beradaptasi dengagn lingkungan. Tetapi pada even ini, sungguh …… aku melihat mereka sangat bersuka ria, ketika aku menyapa mereka serta tertawa dan ngobrol bersama mereka …..


YPAC Jakarta Kebayorn Baru, berkecimpung menangani anak2 dan orang dewasa disabled campuran, dari berumur remaja sampai dewasa …..

Bahkan dalam Yayasan Habibie Afsyah selain Habibie sendiri, seorang anggotanya, Rodhi mampu melukis wajah dengan cepat dan lukisan wajah2nya sering membawanya sebabi inspirasi.


Rodhi, dari Yayasan Habibie Afsyah, disabilitas daksa, yang melukis wajahku …..
***
Mereka dijemput dari beberapa titik kumpul dengan beberapa bus sewa, menuju Central Park. Jam 10.00 pagi, mereka sebagian besar sudah sampai dengan berkumpul di taman Tribecca untuk beristirahat, dan pembagian kelompok.


Beberapa yayasan/komunitas  yang sudah datang di taman Tribecca, Central Park Mall

Kelompok A, B, C merupakan kelompok pemakai kursi roda. Dengan masing2 pendamping dan petugas yang memberikan route2 khusus selama 1 jam. Aku sendiri, sebagai IPS pemakai kursi roda, ikut dalam Kelompok A, yang berjalan2 sekeliling taman Tribecca. Bahwa ‘ramah disabilitas’ pun tidak hanya dalam mall saja, tetapi bahkan di taman pun sangat akses bagi disabilitas …..

***Jelaslah, Central Park dan Tribecca merupakan bangunan umum yang benar2 ‘ramah disabilitas’, karena dulu aku dan tim lah yang mendesain dan membangunnya. Bahkan dala mendesain, tahun 2007 aku berada dalam’kecacatan’ karena kaki kiriku patah jatuh dari salah satu proyekku. Sehingga, aku bisa memastikan bahwa Central Park Mall dan Tribecca memang benar2 ‘ramah disabilitas’***


Aku dalam Kelompok A. Seseorang relawan dari sebuah komunitas internasional, mba Nita, mewawancaraiku, sambil berjalan

Kelompok D dan E, masing kelompok disabilitas rungu dan wicara (untuk Kelompok D) dan disabilitas grahita (untuk Kelompok E). Dimana Kelompok E, karena sebagian besar anak2 dan pra-remaja dengan kondisi mereka yang (mungkin) sulit untuk beradaptasi, mereka hanya bermain di taman saja dengan berbagai macam permainan, untuk selanjutnya naik ke lantai 4 untuk acara intinya.

Selama 1 jam, semua kelompok berjalan2 di mall dan taman, dan 1 jam kemudian mereka naik ke lantai 4, disebuah ruangan khusus. Ada sambutan2 dari beberapa petinggi Agung Podomoro Land dan Central Park Mall, ada performance KARTUNET dengan beberapa lagu yang membahana, ada story-telling untuk anak2 dan remaja sebagai motivasi, ada juga sambutan2 atau sedikit reaksi dari teman2 disabled. Diminta dari ‘Jakarta Barrier, untuk merespon kegiatan ini.


Kapasitas ruangan 200 orang, tetapi karena animo masyarakat yang cukup besar, mereka masuk ke ruangan ini lebih dari 250 orang ……

Untukku sendiri, aku diminta sedikit bicara tentang motivasi sebagai IPS yang sudah hampir 8 tahun hidup dengan ½ tubuh sebelah kiri saja. Bahwa selama ini aku tetap mampu berkegiatan lewat berbagai jenis kehidupan. Sebagai pekerja dan karyawan di Agung Podomoro Land, sebagai penulis dengan 13 buku sekarang ini, sebagai filatelis dan exhibitor dan sebagi motivator di banyak media.


Siapa bilang disabled tidak bisa apa2???

Jika aku dengan tubuh kiriku saja bisa menjalankan hidup ini, mengapa yang lain tidak bisa (atau tidak mau)? Karena aku sangat percaya, ketika Tuhan masih memberikan kita hidup di dunia ini sampai sekarang, walaupun mungkin kita bermasalah dengan fisik kcacatatn atau apapun yang ada dari kita, berarti TUHAN MASIH PUNYA RENCANA UNTUK KITA ……

Begitu juga teman2 dan sahabat2 disabled dimanapun. Bahwa ketika Tuhan memberikan kelemahan dan tubuh cacat dan tidak sempurna, Tuhan akan memberikan kelebihan yang kain untuk kita. Karena Tuhan adalah Maha Kuasa dan Maha Adil …….

Jadi, siapa bilang disabled tidak mampu berbuat apa2??

Acara ditutup dengan makan siang bersama, narsis dan foto2 bersama dengan santai, serta pembagian goodybag bagi semua peserta dan tamu2 undangan. Dari total undangan berikut peserta 200 orang, ternyata kapasitasnya lebih dari 250 orang!

Puji Tuhan …..


Berfoto bersama sebagian Yayasan Agung Podomoro Land dan teman2 disabled …..


Tim inti dan panitia even “Disability Awareness Week Session 2 – Central Park” :
Valentino, Francisca, Dian, Patrisia, Narti dan Hans
***
“Disability Awareness Week Session 2”, ini, jika Tuhan berkenan akan dilanjutkan di sesi ke-3, ke-4 atau ke-5. Semuanya tergantung dari kepedulian dan karya nyata kita semua. Bahwa teman2 disabled itu tetap warga negara yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama, tetapi mereka juga membutuhkan kepedulian.

Jika tidak ada yang peduli pada mereka, bagaimana mereka mampu untuk melakukan nya? Karena memang mereka membutuhkan bantuan, termasuk juga aku, sebagai bagian dari kaum disabilitas.

Dan bantuan itu bukan hanya sekedar berupa kepedulian saja, tetapi "karya nyata" untuk membawa teman2 disabled mampu belajar dan berkarya, bagi dunia …..


Dengan ibu Eva Kristanti, Manager Bassura City Mall dan tim nya, tempat aku mengadakan even “Disability Awareness Week Session 1 – 23 April 2017.

Tags: , , ,

0 Responses to ““Disability Awereness Week Session 2” di Central Park : Ruang Inklusi dan Aksesibilitas bagi Disabled pada Fasilitas Umum”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks