Selasa, 14 Desember 2010
'Pasar Gembrong, Prumpung' : Tak Sesuai dengan Tata Kota?
Selasa, 14 Desember 2010 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Lokasinya berada antara Jl. Achmad Yadi dan Jl. Basuki Rahmat, dekat
Universitas Mpu Tantular dan pasar Cipinang Baru. Sebenarnya, daerah ini
tidak boleh untuk pasar, tapi sejak beberapa tahun belakang ini, konsep
di daerah ini ‘berubah’ menjadi pasar …..
Pasar Prumpung sudah ada sejak tahun 1960-an. Dahulu di pasar ini
merupakan pasar tradisional yang menyediakan berbagai macam jenis
sayuran, ikan, dan lainnya ( pasar ‘basah’ ). Tahun 1998, setelah
kerusuhan, 1 - 2 orang warga mulai membangun kios / lapak mainan dan
akhirnya banyak yg mengikuti . Awalnya hanya beberapa pedagang yang
menjual mainan dan perlengkapan menulis namun kemudian berkembang
menjadi grosiran maina ( setelah Mangga Dua, banyak pedagang grosir
mengambil mainan disini ) hingga sekarang. Pasar ini buka dari jam 7.00
sampai jam 19.00 WIB. Jam sekolah ( pagi ) dan bekerja ( malam ) …..
Sebenarnya, tidak bisa dikatakan : deretan toko / kios, tapi lebih bisa
dikatakan : lapak, sesuai dengan namanya : pasar. Deretan lapak di sana
di sepanjang trotoar ( yg juga tidak bisa dibilang trotoar ) sehingga
hanya menyisakan seruas gang sempit untuk pengunjung. Sehingga, dua
orang yang berpapasan pasti bersenggolan sehingga tempat tersebut juga
seringkali dinamakan Pasar Senggol.
Trotoar yg tidak bisa disebut ‘trotoar’, penuh sekali, tempat berjualan
makanan, untuk bersenda gurau melepas lelah sehabis belanja di pasar
Prumpung. Coba lihat, apakah tempat ini layak disebut ‘pasar?’ .
Apalagi, apakah tempat ini layak disebut toko mainan? Dan jalan mobil
ini adalah benar2 jalan mobil, karena trotoar tidak bisa dipakai sebagai
tempat pajalan kaki / pedestrian. Tambah lagi, mobil2 itu parkir di
tempat yg tidak semestinya, jadi, semua orang berjalan di jalan mobil.
Sangat berbahaya ….. apalagi, mereka banyak membawa anak2 kecil, sambil
berlari …..
Itu tentang orang2nya. Bagaimana tentang kendaraannya ? Aku tidak mau
berbicara tentang penjual dan pembeli, tetapi aku ingin menyoroti
tentang “Ruang Kota yg tidak sesuai dengan tata kota Jakarta”.
Pasar ini terletak di jalan strategis, dimana lokasinya adalah jalan
lintas sentra barat-timur. Dari Sentra Barat ( Kembangan ) ke Sentra
Timur ( Pulo Gebang ) bisa dibilang
melewati pasar ini. Bisa dibayangkan, betapa strategisnya dan pentingnya
lokasi ini. Dan bisa dibayangkan pula, apakah lokasi strategis bisa di
‘pakai’ menjadi pasar ?
Konsep sebuah ‘pasar’ adalah lokasinya dekat dengan lingkungan
perumahan. Pasar ada banyak macam : pasar bahan bangunan ( misalnya ;
Pinangsia, Panglima Polim ), pasar burung/binatang ( misalnya ; Pramuka,
Barito ), pasar ‘basah’ ( dekat dengan perumahan ), pasar buah, pasar
lampu, pasar tekstil, dll. Dan dikatakan pasar mainan, mula2 adalah 1 - 2
toko / lapak untuk berjualan mainan yg lama kelamaan menjadi ‘pasar
mainan’.
Lokasi ‘pasar’ adalah dekat dengan komunitas yg membutuhkan. Pasar2 yg
sudah di tata oleh pemerintah kota, pasti sudah sesuai. Lalu, bagaimana
dengan ‘pasar mainan’ ini ? Apakah sudah sesuai dengan komunitasnya ?
Ada beberapa yg aku tekankan tentang pasar mainan Prumpung ini :
- 1. Lokasinya ( lintas Sentra Barat-Timur, di tepi jalan besar, sangat strategis ) benar2 tidak sesuai sebagai “pasar”.
- 2. Pasar ini terletak di pojokkan jalan, dimana konsep ‘hook’ / pojok adalah bukan buat bangunan. ‘Hook’ adalah tempat ruang terbuka. Di hook biasaya dibuat taman / pohon2.
- 3. Bila memang bisa / harus ada pasar di tempat itu, seharusnya pemda membuat area perparkiran untuk pembeli / penjual. Badan jalan tidak boleh dijadikan parkir, juga harus dibuat untuk kios2 khusus untuk pedagang makanan, bukan pedagang kaki lima yg memenuhi badan jalan.
Badan jalan dibuat parkir dan pedagang kaki lima ( gerobak, sepeda motor ) memenuhi badan jalan, sehingga menjadikan macet.
- 4. Bagaimana dengan pedestrian / pejalan kaki ? Pasar ini tidak bisa membuat para pedagang / pembeli melakukan transaksi jual beli yg nyaman. Beberapa pedagang mempunyai lapak, tapi tidak sedikit yg hanya berjualan di trotoar.
Keadaan pasar Prumpung sekarang semakin semrawut. Sering terjadi
kemacetan dari Casablanca dan setelah kita melalui pasar ini, tiba2
menjadi lancar …..
Tulisan ini hanya sekedar ‘tulisan’ dari seseorang yg benar2 ‘care’
tentang Jakarta, bahwa kota Jakarta seharusnyalah bisa seperti kota2 di
negara2 sekitarnya ; tata kotanya berwawasan lingkungan, konsep untuk
penduduknya berwawasan kesejahteraan hidup warga dan lingkungan Jakarta
menjadi bersih, rapi dan nyaman.
Memindahkan pasar ini bukan berarti ‘mematikan’ pekerjaan / pendapatan
warga, tapi yg jelas, pemda bisa membuat suatu konsep khusus untuk pasar
ini, yg lebih manusia untuk kesejahteraan warga Jakarta, baik untuk
penjual, pembeli, warga sekitar dan masyarakat umum lainya yg
menggunakan area ini khususnya …..
Tags:
Jakarta
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “'Pasar Gembrong, Prumpung' : Tak Sesuai dengan Tata Kota?”
Posting Komentar