Senin, 03 Januari 2011
Manajemen Fisik Kota Jakarta (1)
Senin, 03 Januari 2011 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Di Indonesia,
umumnya kota merupakan perkembangan dari suatu kumpulan masyarakat yg
mula2 membentuk desa dan akhirnya makin berkembang menjadi kota.
Perkembangan ini bejalan dengan sendirinya sehingga menjadi tidak
terkoordinir ( masyarakat banyak keinginannya ) karena tidak ada sistim manajemen yg mengaturnya.
Jakarta tempa dulu dan Jakarta modern.
Jakarta mulai
tergugah untuk mengatasi masalah ini, dengan mengacu pada negara2 maju,
dgn mengadakan berbagai macam penelitian. Karena terbukti dg adanya
manajemen kota yg baik seperti pada negara2 maju, kehidupan masyarakat
kota menjadi lebih terkoordinir dan disiplin dalam hal : pembangunan
secara fisik kota dan pembangunan mental masyarakat warga kota (
sosekbud ), dan juga pada masa globalisasi sekarang ini, Jakarta
memerlukan kesiapan untuk mengantisipasi masuknya pemodal asing.
Mungkin rumusan2 dibawah ini bisa menjadi konsep untuk memikirkan membangun Jakarta :
Ditinjau dari keadan
sekarang, dimana banyak pemodal asing menanamkan modalnya di Jakarta dan
juga banyak diadakannya kerjasama Indonesia dengan bidang konstruksi
asing, salah satunya karena Jakarta khususnya dianggap sudah mampu dan
mempunyai fasilitas2 yg lengkap untuk menampung masyarakat asing. Asumsi
inilah yg akan di uji kebenarannya.
Karena saya seorang
arsitek, maka ruang lingkup rumusan meliputi pengawasan pembangunan kota
sacara fisik, dengan adanya aturan2, keputusan2 pemerintah, penelitian2
dan keinginan2 masyarakat yg relevan.
Kebanyakan menggunakan
pendekatan2 sosial sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan
kota yg nyaman dan juga disesuaikan dengan tuntuan jaman untuk
menghadapi era globalisasi. Pendekatan2 sosial ini juga ditinjau dengan
penelitian2 ilmiah tentang dampak pembangunan yg terus menerus dan tidak
terkoordinir dgn keberadaan dan kemampuan alam yg menjadi pendukungnya.
Untuk itu, manajemen kota juga harus berdasarkan analisa2 dampak
lingkungan, akibat2 yg akan ditimbulkan pada alam, dsb.
Pertanyaannya adalah :
1. 1.
Seberapa jauhkah peranan manajemen pembangunan fisik kota terhadap
pertumbuhan kota khususnya untuk mencapai tuntutan jaman ?
2. 2.
Sejauh manakah manajemen kota mampu mengantisipasi segala hal yg
berdampak terhadap lingkungan alam dan makhluk hidup di dalamnya ?
3. 3.Bagaimanakah peranan masyarakat kota itu sendiri ( khususnya masyarakat Jakarta ) terhadap usaha2 tersebut ?
Sedikit memberi gambaran, apa yg mempengaruhi pertumbuhan kota :
- Kemajuan suatu negara ditinjau dari segi ekonomi dan mental masyarakatnya.
- Keinginan masyarakat untuk memperbaiki tingkat kehidupannya.
- Pandangan dan mental masyarakat setempat dalam menghadapi perkembangan yg diinginkan.
- Kemampuan
masyarakat dalam hal fisik, mental dan ekonomi : kebanyakan masyarakat
dalam golongan muda dan tersedianya tenaga2 kerja yg qualified yg
relevan.
- Peran serta pemerintah yg aktif dan mampu mengkoordinasi masyarakat.
- Kemampuan alam dalam mererima segala bertuk pembangunan.
- Bantuan2
luar negeri yg jelas dibutuhkan bagi negara2 berkembang berupa modal
asing, kerja sama disegala bidang, bantuan tenaga kerja dan materi2
tertentu, dll.
Pengumpulan
data bisa melalui wawacara dengan instansi2 terkait ( data primer ) dan
mengacu pada hasil penelitian2 terdahulu serta opini dan keinginan
masyarakat ( data sekunder ). Instansi terkait, misalnya ( untuk fisik
kota bagian desain kota ) : DP2B, Tata Kota, Tata Lingkungan, Developer,
Konsultan, Kontraktor, Real Estate, dll.
Manajemen
kota Jakarta, khususnya desain kota, dilihat dari Rencana Tata Umum
Ruang ( RUTR ). Konsep ini sebenarnya sdh dibuat bersama dengan
desainer2 bepengalaman ntuk membuat Jakarta lebih ‘manusiawi’. Tetapi
celakanya, banyak yg ‘nakal’. Oknum2 itulah yg membuat Jakarta menjadi
seperti sekarang ini. Berdasarkan itu, maka perlu diupayakan usaha untuk
menghadirkan penataan ruang secara akurat dan transparan kepada seluruh
masyarakat. Hal ini perlu, karena keberadaan penataan ruang memiliki
beberapa peranan dalam kegiatan pembangunan :
Pertama,
memeberikan keseimbangan kepada hubungan manusia dengan alam. Dengan
adanya penataan ruang yg akurat dan transparan, maka akan dapat beri
keseimbangan kepada hubungan manusia dengan alam. Dengan demikian,
tercipta keadaan ekologis yg baik.
Kedua,
dapat menggunakan sumber daya alam secara maksimal. Penggunaan tanah,
misalnya, akan dapat dipergunakan secara maksimal bila dibarengi dengan
adanya aspek penataan ruang yg baik. Begitu juga dgn adanya sumper daya
alam, dalam hal ini adalah pepohonan.
Untuk
dapat mewujudkannya penting sekali di implementasi prinsip
konsistensi., Maksudnya, kalau di suatu kawasan pertanahan telah
direncanakan pembangunan perumahan, disana janganlah dibuat kawasan
industry.
Ketiga,
pemanfaatan tanah secara berkelanjutan. Salah satu aspek penting adalah
pembangunan berkelanjutan. Dimana factor tanah memiliki arti penting
dan strategis dalam pembangunan yg berkelanjutan itu. Dengan demikian,
perting juga dikondisikan dengan baik pemanfaatkan tanah secara
berkelanjutan.
Sentra bisnis, jangan menjadi perumahan.
Keempat,
mewujudkan pemerataan pembangunan. Melalui aspek penataan ruang, maka
dapat juga diakomodasikan perihal pemerataan pembagunan. Misalnya,
perencanaan kegiatan industry diberbagai tempat, sehingga kegiataan
pembangunan tersebar, tidak terpusat di suatu wilayah saja. Misalnya,
industry Pulo Gadung, industry Tangerang.
Kelima,
perencanaan pemanfaatkan ruang dan pengendalian ruang. Penataan ruang
yg benar2 dirumuskan secara akurat, akan dapat dengan baik menghasilkan
pemanfaatan ruang. Dan juga pada suatu saat menimbulkan dampak negative
misalnya, makan akan lebih mudah mengupayakan upaya2 pengendalian.
Taman
Diponegoro, bisa menjadi paru2 kota dan relaksasi warga kota Jakarta.
Taman Menteng, bisa menjadi arean bermain anak2, bermain basket, papan
luncur bahkan untuk ber’theater’ dan seminar. Taman Monas, bisa
berekreasi sambil berjalan2 dan ‘cuci mata’ dengan dancing fountainnya.
Keenam,
memberi keseimbangan bagi pihak2 yg menggunakan tanah. Salah satu
kelemahan bagi posis petani yg mengelola sawah irigasi teknis ada;ah
kurang lengkapnya aspek penataan ruang. Sehingga, perusahaan2 memiliki
akses untuk memanfaatkan lahan pertanian tersebut. Karenanya, banyak
areal persawahan, berubah fungsi untuk kegiatan berbagai industry. Untuk
member keseimbangan bagi kepentingan2 seperti ini, harus ada penataan
ruang bagi petani, investor dan pengusaha.
Mungkin sebentar lagi, daera persawahan yg ada di gambar ini menjadi perumahan.
RUTR, thesis saya untuk S2, beberapa gambar2 dari Google
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Manajemen Fisik Kota Jakarta (1)”
Posting Komentar