Rabu, 04 Juni 2014

Apakah ‘Sampah’ Sudah Menjadi Program Kerja Berkesinambungan untuk Calon Presiden RI?




By Christie Damayanti

metro.news.viva.co.id
metro.news.viva.co.id

Sebelumnya :




Sampah adalah ‘musuh’ kota dimanapun. Apalagi kota2 besar. Apalagi juga kota2 dari sebuah negara yang belum peduli bahwa sampah merupakan masalah terbesar untuk kehidupan. Baik dari kesehatan, kebersihan, ataupun sampah merupakan penghalang bagi pembangunan kota.

Contoh yang sederhana saja, di Jakarta ini. Masyarakat Jakarta benar tidak peduli, masa bodoh serta ‘egp’ dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan!

Mereka dengan sangat sadar, membuang sampah seenaknya saja dimanapun dan kapanpun mereka berada, padahal ada tempat sampah di beberapa titik dari keberadaan mereka. Bahkan botol2 air mineral yang sudah menjadi sampah, mereka tendang, mereka injak2 dan ditinggalkan begitu saja.

Di lain pihak, pemda pun tidak 100% peduli dengan sampah. Mungkin peraturannya sudah ada, bahwa harus membuang sampah di tempat sampah, atau bagaimana mengelola sampah yang baik. Tetapi peraturan2 itu tidak diimbangi dengan hukumannya sehingga masyarakat perkotaan semakin melihat sampah benar2 menjadi “sampah!”. Padahal sampah2 itu jika dikelola dengan baik masih banyak yang bisa dimanfaatkan lagi.

Juga tentang tempat sampah. Hasil pengamatanku sejak dulu bahkan sampai sekarang, tempat sampah yang disediakan oleh pemda benar2 tidak sesuai dengan kebutuhannya. Baik dari jumlahnya ataupun dari jarak antar tempat sampah ( ada standard jarak serta kebutuhan perkotaan ). Belum lagi tempat2 sampah perkotaan, khususnya Jakarta, tidak setiap hari dibersihkan oleh petugas2 pemda. Bahkan jelas sekali di banyak titik sampah Jakarta, berbulan2 sampah menumpuk dan menjadikan tempat itu bau dan tidak sehat!

Salah satunya adalah di daerah Asem Baris. Jalan ini memang jalan kecil. Menghubungkan dari jalan semi protokolo MT Haryono dengan daerah Gudang Peluru Tebet. Tetapi jalan kecil itu merupakan jalan ramai dan urat nadi bisnis, transportasi serta pemukiman. Ada beberapa trayek angkot serta Metro Mini disana dan menjadikan jalan ini sangat penting bagi penghidupan sebagian masyarakat Jakarta, termasuk kami. Jalan ini menjadi sangat penting untuk kami kemanapun. Aku katakan, ‘jalan belakang’, karena memang untuk ke rumahku salah satu alternatifnya adalah jalan ini.


Timbunan sampah, tepat di dpan rumah2 menengah, di jalan Asem Baris …..


Jalan pada foto diatas, merupakan jalan masuk dari sebuah rumah besar! Sangat tidak masuk akal, jika titik pembuangan sampah ada di titik ini …..

Tetapi di ujung jalan Asem Baris ke arah jalan MT Haryono, terdapat titik pembuangan sampah. Walau aku tidak yakin, karena mengapa tempat sampah berada di tepat depan rumah besar penduduk? Sangat tidak 
masuk akal!

Tetapi aku ingat sekali ketika aku masih kecil, pun tempat ini sudah menjadi tempat sampah. Bergunung2 sampah disana dan berminggu2 tidak dibersihkan. Bahkan lama kelamaan, sampah2 yang bergunung2 itu justru menjadi sasaran pengumpul sampah, dengan membawa gerobak sampah dan mengaduk2 samah disana, serta mengambil sampah2 tersebut TANPA membereskannya. Sehingga, semakin hari semakin menjijikan!

Ketika kita melewati tempat itu, bau sampah menyengat, apalagi jika sudah berhari2 sampah menumpuk. Menjijikan! Pernah kulihat, beberapa tikus mencari makan disana serta banyak binatang2 kecil ( seperti kecoak, cacing serta belatung ) menyeruak tumpukan sampah itu. Waktu itu, mobilku sengajak berhenti disana untuk melihat yang tidak menyenangkan. Mobilku hanya berhenti saja tanpa mematikan mesin dan AC tetap menyala, tetapi tercium samar2 bau sampah ……

Bagaimana dengan titik2 pembuangan sampah pemukiman yang lain? Aku yakin, semuanya sama saja. Kepedulian masyarakan perkotaan, khususnya Jakarta, belum terbentuk. Jangankan sampah pemukiman yang notebene manajemennya berbeda dengan sampah biasa, bahkan sampah sehari2pun masih tidak peduli. Tentang tissue, gelas air mineral, plastik atau apapun, masih banyak berceceran di SEMUA titik jalan dan tempat di Jakarta ini!

Bahkan di sepanjang pedesrrian baru dari jalan MT Haryono sampai Grogol yang sedianya menjadi percontohan pedestrian yang baik bagi Jakarta, untukku ternyata 0 besar, terutama tempat sampah. Lihat tulisanku Cerita Dibalik ‘Pedestrian Baru’ Sepanjang Jalan Gatot Subroto

Ketika pemda sudah siap dengan kepedulian, misalnya tentang cerita pedestrian dan segala streetscape dan asesorisnya, aku melihat justru pelaksana ( atau kontraktornya ) nya secara nyata jelas2 tidak bisa ‘membaca’ kepedulian itu. Dengan beberapa masalah yang aku tuliskan di  ‘Pedestrian Baru’ Jakarta, Hasilnya Apa? Nol Besar!

Terutama tentang tempat sampah. Seharusnya, tiap titik untuk bench ( tempat duduk ) di pedestrian baru tersebut, ditempatkan juga tempat sampah paling tidak 2 jenis : sampah kering dan sampah basah. Karena banyak masyarakat yang duduk di bench tersebut, makan atau membutuhkan tempat sampah, ternyata mereka membuanf2 sampah tersebut dengan sembarangan. Dan angin menerbangkan tissue tersebut …..

Ini aku copas dari sebuah artikelku :

Aku pernah dan selalu mengamati. Hasilnya adalah :

1. Di jalan2 umum :

a.       Mungkin tiap 100 meter atau lebih, bahkan di banyak ruas jalan besar klas A pun, dalam 1 area tidak satupun terdapat tempat sampah!

b.      Jika ada tempat sampah, kondisinya sangat memprihatinkan. Jorok, penuh sampah ( berapa kali sehari dibuang oleh petugas kebersihan? ) Dan bau sehingga untuk berjalan kaki melewatinya pun warga menyngkir, dan akhirnya sampah mereka hanya sekedar dilempar saja!

c.       Jika dari mobil ingin membuang sampahnya dan dekat dengan tempat sampah, dari mobil mereka hanya sekedar melempar. Jika masuk tempat sampah, mereka beruntung. Tetapi jika tidak, toh mereka tetap tidak peduli. Mungkin mereka pikir,

“Kan sudah berusaha, dan nanti ada petugas sampah kan?”

2. Di taman2 umum :

a.       Untuk di daerah2 protokol seperti Taman Menteng atau di Taman Surapati, tempat sampah memang belum terlalu sesuai dengan standard dan jaraknya belum sesuai dengan yang seharusnya. Tetapi paling tidak, tempat2 sampah tersebut cukup bersih dan petugas kebersihat beberapa kali aku mengamati, ada disana untuk menyapu daun2 kering atau membersihkan sesuatu.

b.      Walau konsep tempat sampahnya belum sesuai dengan standrad seperti mengumpulkan sampah basah dan kering, plastik atau kaleng.

c.       Di taman2 baru seperti di Kelapa Gading atau ruang2 terbuka daru di sekitar bawah jalan jayang di Jakarta, pun tempat2 sampah belum sesuai dengan standard. Bahkan di area bawah jalan layang, tempat2 sampat tidak ada, bahkan area2 itu sudah terbangun ‘tempat istirahat’ bagi tunawisma2 …..

3. Di pasar2 ( tradisional ) :

a.       Pasar? Wah sepanjang yang aku amati aku tidak melihat tempat sampah! Semuanya membuah sampahnya langsung dari tangannya! Bahkan di warung2 di pasar itu mereka makan dan membuang sampah mereka di bawah kaki mereka …..

b.      Sampah2 basah masing2 pedagang, mereka beberapa memasukkan ke kantong2 plastik dan dikumpulkan. Setelah bubaran pasar, ada yang di bawa kemobil2 mereka untuk dibuang entah kemana, atau ada yang meninggalkan sambah2 basah mereka dalam plastik dan petugas2 kebersihan yang membuangnya …..

***

Mengentaskan masalah sampah perkotaan, khususnya Jakarta sebagai ibukota negara? Seharusnya akan menjadi salah satu program kerja besar dan bersinambungan dari siapapun yang terpilih sebagai Presiden RI, karena sampah adalah sebuah ‘musuh besar’ Indonesia, terutama untuk Jakarta  ……

Tags: ,

0 Responses to “Apakah ‘Sampah’ Sudah Menjadi Program Kerja Berkesinambungan untuk Calon Presiden RI?”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks