Kamis, 19 Desember 2013
Musim Hujan Tiba, Banjir Pasti Datang lagi: Saatnya Jakarta Harus Berubah…
Kamis, 19 Desember 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Musim hujan sudah mulai. Beberapa minggu
terakhir, Jakarta sudah basah. Sering dilanda hujan, baik hujan ringan
maupun hujan berat. Bahkan beberapa pohon sudah tumbang, seperti yang
dialami sebuah pohon besar ( entah pohon apa namanya ) yang tumbang
sekitar 50 meter dari rumahku, dan menimpa seuah mobil yang diparkir
dibwahnya, seminggu yang lalu.
Jika musim hujan tiba, seperti biasanya,
Indonesia da Jakarta khususnya akan dilanda banjir. Bahkan beberapa
kali musim hujan Jakarta dilanda ‘air bah’. Apakah tahun 2013 - 2014 ini
Jakarta akan dilanda ‘air bah’ lagi? Entahlah …..
Dalam kondisi banjir, respon masyarakat
Jakarta dalam pengamatankku akan terbagi dalam 3 kelompok besar. Yaitu
kelompok masyarakat yang terkena musibah banjir. Bereka akan repot untuk
mencari pengungsian sementara, dan ini adalah ‘hidup rutin’ mereka
setiap tahun.
Kelompok kedua adalah masyarakat yang
tidak terkena banjir, tetapi mempunyai kepedulian yag tinggi dengan
masyarakat yang kebanjiran. Mereka menderma dalam bentuk materi serta
bantuan2 fisik untuk meringankan warga yang terkena musibah banjir.
Dan kelompok ketiga adalah masyarakat
yang tidak terkena banjir dan juga tidak peduli dengan keadaannya,
sehingga mereka tetap melakukan aktivitas sehari2nya. Bahkan, merekaakan
mencari peluang untuk penghasilan tambahan seperti mendorong mobil atau
motor.
Itu tentang masyarakat dan warga
Jakarta, yang tiap tahun mereka melakukannya. Kegiatan ini erupakan
rutinitas pada musim hujan. Begitu juga dengan pemerintah, khususnya
pemda DKI Jakarta. Pemerintah banyak mendirikan posko2 pengungsian dan
memberikn bantuan, banyak bekerja sama dengan masyarakat di ingkungan
sekitar.
Sebenarnya, dalam hal bergerak bersama
anatar pemerintah dan masyarakat untuk membantu adalah sangat baik.
Apalagi kita menjadi ’sama rasa sama rata’, dan kerukunan semakin
terjaga. Dan pemerintah cenderung mengulangi kegiatan diskusi2 untuk
menyusun perencanaan pengendalian banjr. Tetapi bagaimana hasilnya?
***
Seperti yang aku ulas di banyak artikel
tentang banjir ( lihat link-link dibawah ), memang tidak gampang untuk
mengatasi banjir di Jakarta. Bukan hanya keadaan fisiknya saja, terutama
dengan ketidak-pedulian masyarakat dan warga Jakarta itu sendiri.
Tentang ketidak-pedulia, merupakan hal yang terutama untuk mengatasi
masalah, terutama masalah banjir yang melanda setiap saat ( bukan hanya
setiap tahun ).
Secara fisik, banyak sekali masalah yang
dihadapi Jakarta untuk menanggulangi banjir, apalagi masalah2 itu sudah
berpuluh2 tahun berlalu TANPA berusaha untuk menjadikan leih baik,
BAHKAN sekarang ini semakin lama semakin ‘membudaya’ untuk terus membuat
permasalahan2.
Seperti misalnya, buang sampah
sembarangan juga bagi warga yang tinggal di bantaran sungai, mereka
membuang sampah langsung ke sungainya. Atau bangunan2 tanpa ijin yang
membuat tanah Jakarta semakin bermasalah, dan beban tanah Jakarta secara
ruang terbuka hijaunya semakin langka. Dan dengan hanya 2 masalah ini
saja, Jakarta akan banjir, bagaimana dengan permasalahan2 yang lain?
Semisal, tentang penyerapan dari hulu atau reklamasi pantai utara?
Tentang sistim kanal ( BKB dan BKT )
saja akan tidak berhasil untuk menanggulai banjir Jakarta, karena
topografi Jakarta adalah datar sehingga air tidak bisa mengalir secara
gravitasi. Apalagi sedimen lumpur dan timbunan sampah2 mengakibatkan
aair tidak mengalir denan lancar. Bahwa pembangunan kanal
untuk penanggulangan banjir jakarta itu hanya BERSIFAT SEMENTARA saja,
hanya mampu mengurangi beban banjir sesaat.
Tetapi dengan energi curah hujan yang
lebih tinggi dan dengan periode yang lebih lama, maka kapasitas kanal
tidak tercukupi, apalagi dengan tumpukan2 sampah yang mulai banyak di
BKB ( BKT mungkin belum karena baru selesai ). Sehingga air meluap ke
sekelilingnya, bahkan sampai jauh …..
Dengan segala permasalahan yang
menyebabkan Jakarta dilanda banjir setiap saat, sebenarnya pemerintah
harus mencermati konsep2 secara komprehensif, yang selalu aku dengungkan
setiap saat pada artikel2ku.
Cari dulu akar permasalahannya.
Dari beberapa referensi tentang banjir, kemungkinan
besar akar permasalahannya adalah menurunnya infiltrasi air ke dalam
tanah yang mengakibatkan meningkatnya aliran permukaan. Penyebabnya
adalah PENGGUNAAN LAHAN YANG TIDAK SESUI DENGAN KEMAMPUAN LAHAN!
Seperti apa? Salah satunya :
1. Ruang Terbuka Hijau ( RTH )
RTH di Jakarta semakin susut karena ketidak-pedulian masyarakat tentang sebuah PENYERAPAN
besar untuk Jakarta. Sehingga, tanah Jakarta kehilangan kontrol dengan
beban fisik kota yang tidak diimbangi oleh ‘tanah’ atau penyerapan.
2. Peraturan tentang desain dan ijin bangunan ( baik di Jakarta atau di daerah hulu / Bogor - Puncak )
Semakin peraturan tentang ini dilanggar, semakin berat beban tanah Jakarta. Karena peraturan dibuat untuk MENGENDALIKAN
kota. Termasuk berapa luas bangunan yang bisa diangun, berapa tinggi,
berapa lahan yang bisa dibangun berhubungan dengan RTH, dan sebagainya.
3. Membuang sampah sembarangan
Konsep membang sampah adalah salah satu
yang membuat tanah Jakarta menjadi tidak terkendali. Sampah2 yang
dibuang sembarangan itu, akan menyebabkan PENGERASAN dan membentuk sedimen2 sampah,
yang akhirnya akan ‘meluber’ juga ke arah aliran air. Hasilnya, aliran
air akan menutup ssedikit demi sedikit, sehingga terjadilah penumpukan
air atau genangan air.
4. Dan sebagainya
Untuk mengendalikan banjir, memang lahan
dengan bukaan dan penyerapan ( seperti pertanian atau perkebunan ) yang
besar adalah yang terbaik. Tetapi untuk sebuah kota sebesar Jakarta
apalagi ssebuah kota metropolitan Jakarta, memang tidak mudah untuk
jakarta menjadi lahan pertanian atau perkebuna. Pemukiman dan dunia
bisnis bukan menjadi ‘momok’ untuk banjir, tetapi peraturanlah yang bisa
membuat pengendalian banjir, disamping kepedulian masyarakap serta
warga Jakarta.
Dan jika masyarakat dan warga Jakarta
tetap tidak peduli dengan keadaan ini, asilnya searu saat Jakarta akan
‘ditinggalkan’ penduduknya untuk berpindah ke lahan yang lebih tinggi,
karena selain Jakarta mempunyai permasalahan dengan kemacetan.
Sekarang, mungkinkah kita mau berubah? Merubah Jakarta menjadi semakin baik, bersama dengan pemerintah?
Saatnya Jakarta berubah! Dan jika bukan kita yang merubahnya, siapa lagi? Jika bukan sekarang, kapan lagi?
Salam perubahan ‘Jakarta Baru’ …..
Link tentang Banjir Jakarta :
Apakah ‘Banjir’ Merupakan Kesalahan Jokowi? Sebuah tanggapan
Masih Ingat tentang ‘Pengendalian Banjir’ tahun 1965 - 1985 di Jakarta?
Sedikit Saran Untuk ‘Banjir Kanal Timur’ : Warga Sudah Mulai Bandel?
Cerita tentang ‘Banjir Kanal Timur’ : Banjir serta Ke-egois-an Warga Jakarta …..
Ada Apa dengan Waduk Pluit?
‘Waduk Pluit’ : Mengapa Baru Sekarang?
Sedikit Konsep tentang Waduk Pluit untuk Pak Jokowi
Antara Bangunan Tanpa Ijin dengan Banjir yang Meluas di Jakarta
“Jangan Tanggung-Tanggung, Pak Jokowi” : Jalankan 4 Proyek Raksasa Penangkal Banjir +
Beberapa ‘Predator’ Air!
‘Kanal’ hanya Mampu Mengurangi Beban Banjir Sesaat. Bagaimana, Pak Jokowi?
Lagi, Tentang Banjir, Pak Jokowi …..
Pak Jokowi, Bagaimana dengan Peraturan Daerah Hulu sebagai ‘Kota Pendamping’ Jakarta?
‘Pantai Mutiara’ : Contoh untuk Jakarta Bercermin
‘Saluran Air Kota’ : Antara Fungsi dan Estetika
Akankah Banjir Menyadarkan Kita tentang Alam yang ‘Marah?‘
Slogan ‘Jakarta Bebas Banjir’, Tetapi Tidak Peduli Dengan Penyerapan …..
Banjir di Jakarta, Penyebab Serta (Sedikit) Saran Mengatasinya
Pengendalian Banjir? Tidak Cukup Hanya Membuat Drainage Saja
Slogan ‘Jakarta Bebas Banjir’, Tetapi Tidak Peduli dengan Penyerapan
Jakarta Bebas Banjir? Berusahalah untuk Mengelola ‘Ruang Terbuka Hijau!’
Pak Jokowi, Bagaimana dengan ‘Reboisasi’ Pohon yang Tumbang dan Penghijauan Jakarta ?
Puncak Terus Menjadi Obyek Bisnis, Lalu Bagaimana dengan Hutan Lindung dan Banjir Jakarta?
Trauma Banjir 2007, Apa yang Harus Dilakukan untuk Tidak Banjir Lagi?
Trauma Banjir 2007, Mungkinkah Sekarang 2013 Melanda Jakarta?
Trauma Banjir 2007, Akan Adakah Banjir Besar tahun 2012?
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Musim Hujan Tiba, Banjir Pasti Datang lagi: Saatnya Jakarta Harus Berubah…”
Posting Komentar