Selasa, 22 April 2014
Ketika Trauma Masa Kecil Terus Menghantui….
Selasa, 22 April 2014 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Sebuah kata pendek tetapi resikonya bisa seumur hidup. Ketika seorang anak TK yang dilecehkan, sampai dia ketakutan terus menerus, aku tidak bisa membayangkan, entah sampai kapan truma itu ada dalam dirinya.
Tags:
kejiwaan ,
Kesehatan
Sebelumnya :
Dengar berita pagi tentang kriminal,
memang meruntuhkan semangatku. Apalagi cerita tentang seorang anak TK
yang dilecehkan secara seksual oleh petugas kebersihan di sebuah sekolah
bertaraf internasional.
Sebagai seorang ibu, aku merasakan
sungguh sakit hatinya kita, ketika anak2 kita disakiti, apalagi sampai
sebuah trauma yang berkepanjangan. Anak2 adalah harta yang tak ternilai
untuk seorang ibu yang sudah melahirkan, untuk sebuah keluarga yang
didalamnya ada cinta, dan untuk negara sebagai ujung tombak generasi
penerus bangsa. Ya, seorang anak adalah wujud cinta kasih Tuhan untuk sebuah rencana NYA untuk dunia …..
Ketika anak2 ( dari kecil sampai remaja )
dilecehkan, disakiti sampai dianiaya dan dibunuh, mereka belum bisa
untuk membela dirinya sendiri. Mereka hanya bisa menangis, ketakutan
tetapi pemberontakannya tidak akan mendapat tanggapan oleh si pelaku,
sehingga hanya akan mendapatkan trauma, jika mereka dewasa. Banyak hal
yang bisa membuat anak2 yang trauma di masa kecil, kemudian justru
menjadikan anak2 tersebut ‘beringas’ atau penakut, ketika mereka dewasa.
Aku teringat dan mataku berkaca2, ketika
dokter memvonis, ada myoma yang berubah menjadi tumor dan terakhir
menjadi kanker, di rahimku, yang akhirnya membuat janin2 kecilku sempat
kesakitan dan mereka stres sejak di dalam kandungan. Lihat beberapa
artikelku tentang ini ( urutan dari bawah ) : …..
Ya, aku mengalami 2 kali kehamilan dan
kesemuanya menghasilan trauma yang berkepanjangan bagi aku, juga bagi
kedua anak2ku. Walau aku terus berusaha untuk ‘menyembuhkan’ trauma itu
pada diriku dan diri anak2ku, sampai sekarang pun mereka memang terlihat
‘lain’ sebagai anak2 dan remaja yang lain.
Dokter pernah memvonisku, bahwa anak2ku
akan sedikit bermasalah dengan perilakunya, setelah mereka beranjak
dewasa. Sempat juga aku tersentak, ketika anakku yang perempuan tidak
mendengar serta hiper aktif yang luar biasa! Dan setelah beranjak
remaja, justru dia berubah menjadi pemalu yang luar biasa, walau
intelegensi nya juga sangat luar biasa!
Anakku yang laki2, sejak kecil terlihat
sangat pendiam dan melihat permasalahan2 dalam keluargaku, yang akhirnya
dia sekarang menjadi begitu sensitif, perasa dan memprotek dirinya
sebagai seorang remaja laki2 yang berusaha untuk melindungi aku dan
eyangnya, yang bersama dalam keterbatasan. Ya, dia tidak mengalami masa2
remajanya dengan bermain keluar rumah bersama dengan teman2nya …..
Sekilas, aku atau semua orang melihat
semua baik2 saja. Mereka terlihat tukun dan saling mengasihi sebagai 1
keluarga yang utuh. Dan aku sangat bersyukur sekali dengan keadaan ini.
Yang aku takutkan adalah mereka bertumbuh dari lingkungan trauma ( sejak
di dalam kandungan, dengan tumorku ), sampai perceraianku dan tentang
aku yang mengalami stroke yang sekarang dalam masa2 pemulihan yang
berkepanjangan. Dan trauma2 itu akan semakin ‘masuk’ ke dalam hati anak2
kita, jika tidak ditangani secara tepat, menurutku.
Ketika anak2 semakin besar, aku tetap
berusaha untuk mereka berbahagia. Masalah2ku sendiri, sedikit aku
abaikan, yang penting mereka bahagia, apalagi ketika papa ( eyang
kakungnya ) dipanggil Tuhan, yang masih bermasalah adalah aku sendiri,
dan tidak menutup kemungkinan anak2 dan pastinya mamaku. Sehingga,
hidupku hanya terfokus untuk mereka, berusaha mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan jika aku bisa, memverikan apa yang mereka inginkan.
Ya, seberkas trauma yang harus dibayar ‘mahal’ untuk sebuah masa depan
dari generasi yang lebih baik.
Trauma!
Sebuah kata pendek tetapi resikonya bisa seumur hidup. Ketika seorang anak TK yang dilecehkan, sampai dia ketakutan terus menerus, aku tidak bisa membayangkan, entah sampai kapan truma itu ada dalam dirinya.
Aku trenyuh sekali! Sangat sedih! Ketika
anak2 yang bahkan sampai sekarang, berusaha aku lindungi dari taruma
sejak di dalam kandungan dan TIDAK mengalami pelecehan dan pengaiayaan
oleh orang lain saja, masih membutuhkan perlindungan. Apalagi bocah TK
yang dilecehkan oleh orang lain!
Jadi, jika keluarganya menuntut ganti
rugi sedemikian besar, bahkan terkesan ‘wow’, untukku sangat masuk akal!
Karena trauma itu bisa saja sampai seumur hidup dengan terapi yang
terus menerus. Secara fisik, jelas ada materi untuk bimbingan dokter dan
konseling. Tetapi secara psikis, memang tidak terlihat, tetapi nyata
didalam hati anak tersebut …..
Trauma itu akan terus bergayut pada anak
itu. Biayanya sebenarnya tidak terhingga! Tidak bisa dihitung dengan
uang. Anak2 adalah matahari kita! Anak2 adalah ‘hidup’ kita! Tidak ada
barang atau orang lain yang bisa menggantikan anak2 kita! Tidak akan
pernah! Anak2 kita adalah harta yang tidak ternilai!
Tuntutan orang tua si anak, sangat masuk
akal. Ketika aku melihat di layar TV ku tentang kasus tersebut yang
menyorot rumah anak tersebut, dia terlahir sebagai anak dari orang tua
berpunya, bahkan kalau mau dibilang ‘kaya’. Dimana aku yakin mereka
tidak mencari uang dalam kasus ini.
Tetapi, dengan tuntutannya yang lebih
dari 100 milyar jika dirupiahkan, aku yakin bahwa ini lebih kepada ‘efek
jera’ untuk sebuah swkolah yang sebenarnya mampu melindungi anak2
didiknya dari orang2 yang tidak bertanggung jawab.
Menurutku, ‘efek jera’ itu yang sangat
penting, disamping kenyataannya bahwa anak2 adalah harta yang tak
ternilai! Sehingga, selain sebuah sekolah harus menjadi ‘rumah kedua’
bagi anak2 dan pelajar, sekolah juga harus bertanggung jawab, sama
dengan tanggung jawab orang tua! Janganlah karena sekolah mempunyai
puluhan atau ratusan anak yang harus di didik, maka keselamatannya diabaikan, bukan?
Apapun yang terjadi, trauma itu sudah
bergayut pada anak tersebut, bahkan kemungkinan juga keluarganya. Aku
tidak mengerti tentang hukum, tetapi yang jelas, ada beberapa
kemungkinan besar pada tumbuh kembang si anak tersebut, jika tidak
ditangani secara tepat dan terus menerus.
1. Yang pertama,
dia akan semakin trauma dan penakut. Mungkin menjadi tertutup, susah
diajak berkomuniasi karena ketakutannya. Mungkin dia akan menjadi anak
yang berlindung di belakang orang tuanya saja dan tidak berani untuk
‘keluar’ dari kepompongnya. Lalu bagaimana jika otang tuanya atau
keluaarganya tiada?
2. Yang kedua,
si anak justru menjadi anak yang beringas. Dia mungkin akan membalas
demdam kepada si pelaku, entah bagaimana caranya, atau membalas
dendamnya kepada teman2nya, atau juga membalaskan dendamnya kepada anak2
kecil ketika dia justru sudah dewasa. Dia akan menjadi ‘generasi yang
hilang’ bagi sebuah bangsa, karena trauma yang berkepanjangan …..
3. Yang ketiga,
si anak bisa ‘melupakan’ traumanya karena kasih sayang dari keluarga
dan lingkungannya. Tetapi, walau bagaimanapun, trauma itu pasti masih
ada ( dan mungkin selamanya ), secara anak TK ( berarti balita )
mempunyai otak yang baru bertumbuh ( golden periode ) dan trauma itu
terbentuk bersama dengan bertumbuhnya otak si anak …..
Sebuah trauma masa kecilku, sempat
menghantui hidupku, walau hanya sesaat. Dan itu baru2 saja, ketika ada
pemicunya. Tetapi artinya, ketika aku berumur balita, ingatanku sangat
kuat dari sebuah trauma. Memang, bukan trauma berat, tetapi trauma itu
ternyata terus ( dan bisa ) menghantuiku, seumur hidupku, jika aku tidak
mendapatkan kasih sayang dari keluarga …..
Semoga ini yang terjadi, bahwa si anak
’sembuh’ dari traumanya dan mampu terus menjalani kehidupannya. Dan si
anak bisa memaafkan si pelaku dan lingkungannya yang telah melecehkan
hidupnya di masa anak2.
Sekali lagi, anak2 adalah
harta yang tak ternilai. Tidak ada barang berhrga berapa banyak pun,
dipakai untuk ‘menghargai’ seorang anak, berapapun harta, bisa untuk
‘membeli’ seorang anak. Artinya, janganlah pernah melecehkan anak2, dengan apapun walau mereka belum mengerti tentang hidupnya …..
Mari kita saling mengasihi dengan
sesama, termasuk anak2. Karena KASIH bisa melakukan segalanya, termasuk
mengampuni. KASIH juga bisa mengalahkan trauma, lewat doa2 serta
berserah pada NYA …..
Semoga, semuanya menjadi lebih baik ….. Tuhan berkati!
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Ketika Trauma Masa Kecil Terus Menghantui….”
Posting Komentar