Senin, 25 November 2013

Perempuan ‘Multitasking’ atau Lelaki yang Hanya Fokus dengan Pekerjaannya?



By Christie Damayanti


1385354973172700145
www.topnews.in

Seperti yang aku selalu katakan di artikel2ku, aku adalah penganut emansipasi tetapi masing2 tahu apa tugasnya. Laki2 dan perempuan boleh dan bisa bekrrja untuk kebutuhan ataupun hanya sekedar memenuhi eksistensinya sebagai seseorang yang memang harus bekerja. Tetapi masing2 tidak boleh lupa akan tugas dan kodratnya. Apalagi tugas perempuan, sebagai wanita pekerja, ibu dan istri, tetap harus tidak lalai walau semuanya harus saling mengerti, seperti aku.

Ya, walau aku perempuan, sejak lulus sarjana aku selalu bekerja. Sebelum cerai, aku bekerja bukan untuk mencari uang tetapi lebih kepada eksistensi diriku. Bekerja di developer besar dan mengajar sebagai dosen di 2 universitas ternama. Sangat besar pengaruhnya untuk eksistensi diri dan pengamalan ilmu yang aku pelajari. Tetapi setelah aku bercerai tahun 2007, aku harus benar2 bekerja untuk biaya hidup dan pendidikan anak2ku karena mantan suami tidak memberikan biaya2 itu. Dan sebagai ’single parent’, puji Tuhan sejak tahun 2007 sampai sekarang aku mampu membiayai anak2ku yang sudah ABG dan mencukupi kebutuhanku sehari2, bahkan cukup berlebih. Dan semuanya berkat Tangan Tuhan saja …..

Tetapi sebagai manusia, dan aku juga mengerti bahwa keseharian antara perempuan dan laki2, serta perbedaan antara perempuan dan laki2, sering menyebabkan ’salah kaprah’. Bahwa masih sebagian besar berpendapat bahwa perempuan harus tetap ‘bekerja’ dirumah, mengurus anak2 dan keluarga dibandingkan bekerja di luar rumah. Akibatya, hak2 perempun tetap dibedakan, walau pekerjaan antara perempuan dan laki2 pada level dan status yang sama, seharusnya sama saja tetapi hak2 dan pemberdayaan berbeda, WALAU kewajibannya sama! Itulah yang menyebabkan friksi antar gender ( lihat tulisanku Komunikasi antar Gender : Saatnya Kita Terus Melangkah ……. ).

***

Dalam karir, teryata perempuan tidak kalah hebatnya dengan kaum lelaki. Seperti aku di pekerjaanku. Sebelum sakit bahkan setelah sakitpun, karirku cukup melesat bagai anak panah. Suasana pekerajaan yang dinamis dan kepedulian antara teman, atasan dan bawahan dengan keterbatasanku, membuat aku mampu bekerja dengan nyaman. Pengertian yang tidak terbatas oleh atasan2ku dimana aku yang hanya sebagai pegawai yang ‘cacat’, tidak menyuurutkan lingkungan pekerjaanku untuk maju bersama untuk semuanya. Itu dalam perusahaanku yang sangat luar biasa!

Tetapi mungkin tidak dalam beberapa perusahaan yang lain. Ketika sebelum aku sakit, walau aku perempuan, aku mampu melakukan pekeraan2 yang dilakukan mitra2 kerjaku yang laki2. Walau aku perempuan, toh atasanku tatap menganggap aku sebagai ‘pekerja’, bukan membedakan dalam gender. Dan itulah yang aku sukai! Masing2 gender harus bisa melakukan apa yang menjadi tugasnya, masing2 tidak ‘cengeng’ dan tetap sesuai dengan kodratnya, sebagai perempua dan laki2.

Sebelum aku sakit, aku bisa melanglang buana untuk tugas2ku, ataupun berhubungan dengan pekerja2 proyekku tanpa ragu dan malu, TETAPI ternyata aku sebagai perempuan yang mempunyai 2 anak ABG, atau sebagian perempuan2 yang bekerja, tidak mampu untuk melakukan beberapa hal, walau ini tidak akan menjadi masalah, karena bukan tugas yang menjadi keharusan  :

1. Mengambil pekerjaan full di luar kota.

Ya, sebenarnya tetap bisa dibicarakan, dengan keluarga ( khususnya pekerjaan suami dan anak2 ). Bagaimana tempat tinggalnya, suami mungkin bisa mencari pekerjaan yang lain, atau sekolah anak2. Tetapi jarang suami yang lebih memilih istrinya bekerja dibanding dirinya sendiri yang bekerja. Apalagi suami harus berhenti bekerja dan mencari pekerajaan lain dikota baru, karena istrinya naik jabatan tetapi harus di kota atau negara lain.

Walau perempuan tetap mengikuti tugas2 keluar kota bahkan ke luar negeri, tetapi bukan berpindah tempat. Jika hanya hitungan hari atau hitungan minggu saja, mereka akan bersedia dan keluarganyapun tetap bersedia, ibu atau istri mereka bertugas jauh di luar kota atau di luar negeri.

2. Karena seorang perempuan adalah ‘multitasking’, membuat perempuan lebih cepat lelah.

Tidak dipungkiri lagi, bahwa perempuan mampu menyelesaikan tugas yang berlainan dalam waktu yang ( hampir ) bersamaan, secara laki2 hanya terfokus akan penyesaikan satu tugasnya saja, yaitu bekerja. Sedangkan, perempuan sambil bekerja, dia akan bisa menelpon anaknya di rumah, atau kadang2 ( seperti aku dulu ketika anak2ku masih kecil ) menyelesaikan pekerjaan rumah anak2ku lewat telepon …..

Kelelahan ini yang membuat lelaki memanfaatkan untuk lebih bekerja keras! Fokus lelaki adalah uang dan karier, dimana perempuan lebih kepada bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga, diatas kariernya.

3. Tidak bisa dipungkiri, bahwa lelaki masih mendominasi semuanya.

Ya! Jika dalam sebuah posisi, dimana perempuan dan lelaki berada di kedudukan yang sama dan mempunyai ‘nilai jual’ dan prestasi yang sama. Ketika mereka harus promosi lebih tinggi dan atasan atau perusahaan harus memilih, kemungkinan yang terbesar yang akan terpilih adalah lelaki. Dan itu sebenarnya justru akan membuat si perempuan lebih ‘kuat’, tegar dan pasrah, degan berbesar diri mengakui pemilihan tersebut. Dan akan jua justru membuat si lelaki semakin ‘manja’ dengan keegoisannya …..

4. Perempuan lebih peduli dengan lingkungannya.

Perempuan memang mempunyai hati selembut kapas, dibanding dengan lelaki. Termasuk ketika karier perempuan melesat, mereka masih peduli dengan lingkungannya. Termasuk bawahan2nya. Sehingga mereka akan tetap ‘merangkul’ lingkungannya dengan memberikan ‘kenyamanan’ bagi bawahan2nya atau mau berbadi dan berdiskusi tanpa diminta, untuk suasana bekerja yang nyaman.

Tetapi tidak dengan kaum lelaki. Sebagian besar kaum lelaki baru akan memberikan saran2nya hanya jika diminta! Fokusnya adalah diri sendiri, mencari uang dan berkarier untuk keluarganya atau dirinya sendiri. Dan ‘kekerasan’ hari kaum lelaki ini lah yang akan membuat perusahaan lebih memilih untuk lelaki yang memegang tampuk kekuasaan di sebagian besar perusahaan atau instansi2 di mana2.

Sebenarnya, masih banyak perbedaan2 yang cukup besar antara perempuan dan lelaki, termasuk di dunia pekerjaan dan karier. Semuanya sangat manusiawi dan bisa dimengerti. Bahwa masih sebagian orang di dunia ini akan lebih memilih kaum lelaki yang ‘berkuasa’, termasuk di dunia pekerjaan. Tetapi lambat laun, perempuan menjadikan dirinya terus bertumbuh dan berkembang dengan pesat untuk tetap berada dalam kodratnya, tetapi tetap berupaya bekerja dalam mencukupkan hidupnya dan keluarganya.

Jadi, memang benar, bahwa kaum lelaki masih dominan dan masih dianggap lebih ‘berkuasa’ dari kaum perempuan. Tetapi dengan bekerja dengan kehalusan hati serta kepeduliannya kepada lingkungan dari kaum perempuan, aku tidak akan heran jika sekarang banyak orang yang sudah faham bahwa perempuan suatu saat akan memegang ‘kekuasaan’ lewat hati dan kepeduliannya, justru BUKAN karena keegoisannya ……

Tags: ,

0 Responses to “Perempuan ‘Multitasking’ atau Lelaki yang Hanya Fokus dengan Pekerjaannya?”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks