Selasa, 01 Februari 2011
Menemani Anak Autis untuk Menyongsong Masa Depan
Selasa, 01 Februari 2011 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Seorang sahabat sering bercerita tentang
salah satu anaknya yg tertua, laki laki. Anaknya adalah ‘anak berbutuhan
khusus’. Seorang anak autis, yg sangat luar biasa. Aku
memang belum pernah bertemu dengan anaknya karena mereka tinggal di
Yogyakarta. Tetapi, adalah hati seorang sahabat mempunyai tempat khusus
di diriku, yg bisa membuat kita saling mengucap syukur, bahwa Tuhan
benar2 luar biasa menemani keluarga ini dan anak ini khususnya,
menyongsong masa depan yg penuh dengan harapan …..
Inilah kesaksian sahabatku :
“Saya seorang ayah, berusia 40
Tahun yang saat ini bermukim di Yogyakarta. Untuk bersaksi dan mengalami
pengalaman mengenai autis sangat panjang ceritanya. Karena kami berdua
(bersama isteri) telah menangani anak lelaki kami yang pertama selama
hampir 15 Tahun dalam masalah autis.
Pada awalanya anak saya dari
kecil sangat lincah, bahkan di usia 9 bulan senang bermain dan sering
mengucapkan kalimat-kalimat yang hamper jelas untuk meminta sesuatu yang
diinginkannya. Kontak mata tentu saja baik, karena senang bermain
bersama. Bahkan pada usia 1 Tahun 2 bulan, pernah memenangkan “bintang
Bahasa Cinta” Johnson & Johnson Indonesia. Sebuah kebanggan bagi keluarga kami, karena dia adalah putra pertama sekaligus cucu pertama dari keluarga saya.
Namun tidak terduga pada usia 2
Tahun kami melihat perubahan yang cukup drastis dari perilakunya,
seperti ciri-ciri seorang autis. Dan kami mulai berkonsultasi dengan
pakar Psikologi Anak. Dan setelah beberapa kali melakukan observasi,
anak kami divonis membawa sifat autis yang saat ini semakin
diperbincangkan orang.
Dalam keluarga saya maupun
istri, tidak satupun yang mengalami gejala ini sebelumnya, dan boleh
dikata, tidak satupun yang mengindap autis.
Sejak di vonis membawa sifat
autis, keluarga kami sangat terpukul dan membuat kami sangat frustrasi.
Kami tidak mau menyerah, banyak buku, seminar, konsultasi yang
melelahkan telah kami lakukan. Salah satunya adanya kemungkinan
penyebabnya dari imunisasi MMR yang terus menerus masih diperdebadkan”.
Sahabatku bercerita dengan sepenuh hari.
Buat aku, ini benar2 luar biasa! Kalau aku mempunyai seorang anak
ber’kebutuhan khusus’, apakah aku sanggup ‘menjalankannya?’. Apakah aku
sanggup menemaninya? Dan apakah aku sanggup membuat dia menyongsong masa
depannya dengan bulat tekad? Rasa2nya aku tidak akan sanggup …..
Autisme adalah gangguan
perkembangan yang sangat kompleks pada anak, yang gejalanya sudah timbul
sebelum anak itu mencapai usia tiga tahun.Penyebab autis adalah
gangguan neurobiologis yang mempengaruhi fungsi otak sedemikian rupa
sehingga anak tidak mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia
luar secara efektif.
Kata autisme berasal dari kata “autos”yang
dalam bahasa Yunani berarti “diri”, yang mana dalam arti kata seorang
anak dengan gangguan spektrum autism sering diibaratkan sebagai seorang anak yang hidup dalam dunianya sendiri.
Anak autistik juga mengalami kesulitan dalam memahami bahasa dan berkomunikasi secara verbal.
Disamping itu seringkali (perilaku stimulasi diri) seperti
berputar-putar, mengepak-ngepakan tangan seperti sayap, berjalan
berjinjit dan lain sebagainya.
Gejala autisme sangat bervariasi. Sebagian
anak berperilaku hiperaktif dan agresif atau menyakiti diri, tapi ada
pula yang pasif. Mereka cenderung sangat sulit mengendalikan emosinya
dan sering tempertantrum (menangis dan mengamuk). Kadang-kadang mereka
menangis, tertawa atau marah-marah tanpa sebab yang jelas. Selain
berbeda dalam jenis gejalanya, intensitas gejala autisme juga
berbeda-beda, dari sangat ringan sampai sangat berat.
Oleh karena banyaknya perbedaan-perbedaan
tersebut di antara masing-masing individu, maka saat ini gangguan
perkembangan ini lebih sering dikenal sebagai Autistic Spectrum Disorder
(ASD) atau Gangguan Spektrum Autistik (GSA).
Setiap anak selalu berbeda-beda, namun seseorang dengan ASD mempunyai 3 karakteristik sebagai berikut:
- Kesulitan untuk berkomunikasi sosial.
- Kesulitan untuk interaksi sosial.
- Kelemahan imajinasi.
- Mempunyai perilaku hidup di dunia sendiri.
Meskipun demikian, banyak sekali didapati anak-anak dengan autism mempunyai salah satu kekuatan dalam :
- Daya ingat yang kuat, seperti: mengingat foto, angka atau hal lain.
- Keahlian dalam komputer, musik dan menggambar, dll
Autisme dapat terjadi pada siapa saja, tanpa membedakan warna kulit, status sosial ekonomi maupun pendidikan seseorang.
Prevalensi autisme menigkat dengan
sangat mengkhawatirkan dari tahun ke tahun. Menurut Autism Research
Institute di San Diego, jumlah individu autistik pada tahun 1987
diperkirakan 1:5000 anak. Jumlah ini meningkat dengan sangat pesat dan
pada tahun 2005 sudah menjadi 1:160 anak. Di Indonesia belum ada data
yang akurat oleh karena belum ada pusat registrasi untuk autisme. Namun
diperkirakan angka di Indonesia pun mendekati angka di atas. Autisme lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita, dengan perbandingan 4:1
Deteksi Dini Autisme
Bila
gejala autisme dapat dideteksi sejak dini dan kemudian dilakukan
penanganan yang tepat dan intensif, kita dapat membantu anak autis
untuk berkembang secara optimal.Untuk dapat mengetahui gejala autisme
sejak dini, telah dikembangkan suatu checklist yang dinamakan M-CHAT
(Modified Checklist for Autism in Toddlers). Berikut adalah pertanyaan
penting bagi orangtua:1. Apakah anak anda tertarik pada
anak-anak lain?2. Apakah anak anda dapat menunjuk untuk
memberitahu ketertarikannya pada sesuatu?3. Apakah anak anda
pernah membawa suatu benda untuk diperlihatkan pada orangtua?4.
Apakah anak anda dapat meniru tingkah laku anda?5. Apakah
anak anda berespon bila dipanggil namanya?6. Bila anda menunjuk
mainan dari jarak jauh, apakah anak anda akan melihat ke arah mainan
tersebut?
Bila jawaban anda TIDAK pada 2 pertanyaan atau lebih, maka anda sebaiknya berkonsultasi dengan profesional yang ahli dalam perkembangan anak dan mendalami bidang autisme. Sering sahabatku menceritakan, “Bagaimana menemani dan menapaki masa depanya”. Banyak referensi untuk itu, memang membuat sahabatku lebih kuat dan siap. Dan ternyata selama 15 tahun bersama2 anak2 tersebut, sahabatku membuat suatu metoda, untuk mengoptimalkan ‘terapi’nya. Proses pengobatan maupun terapi khusus selalu mereka lakukan, tetapi ternyata hasilnya tidak menunjukkan perkembangan selama 2 tahun pertama. Materi dan mental untuk pengobatan buah hati mereka membuat mereka hamper putus asa dan stress berkepanjangan. Tetapi Tuhan memang selalu luar biasa. Tuhan tidak pernah menguji dimana kita tidak sanggup menjalankannya. Doa dan dorongan dari semua orang2 yg mencintai mereka, ternyata membuat mereka terus melakukan proses pengobatan dan terapi pada buah hati mereka, sampai saat ini. Adik2nya tidak bermasalah dengan kakaknya yg mengidap autis. Dan ternyata, adik2nya menunjukkan kecerdasan diatas rata2 seusia mereka! Ternyata, Tuhan memang luar biasa!. ‘Dihadiahkan’ adik2 mereka yg begitu menyayangi kakaknya dan mempunyai kepintaran yg membuat orang tuanya sangat bersyukur. Dan memang semua yg telah ditetapkan Tuhan pasti indah dan baik adanya ….. |
Apakah seorang anak tertarik untuk bermain dengan anak2 lain?
Metoda terapi yg dilakukan sahabatku inilah yg membuat anak yg luar
biasa ini selalu bersyukur mempunyai orang tua seperti mereka :
1. Jangan Pernah Malu dan Menyerah
Hal pertama adalah jangan pernah menyerah
dan merasa malu memiliki anak seorang autis. Hal ini merupakan modal
utama didalam menangani anak penderita autis. Mereka setia merawat anak
kami selama hampir 16 Tahun tanpa menyerah sekalipun.
2. Tetapkan Hanya Satu Pakar Psikologi Anak yang dipercaya
Cari lah seorang pakar psikologi anak yang
juga mengenal betul masalah autis. Kadang keluarga yang memiliki anak
pembawa sifat autis, terlalu cepat putus asa dan banyak berpindah-pindah
ahli psikologi anak. Akibatnya, hasil observasi kemungkinan akan
berbeda juga penanganannya. Hal ini akan membuat anda akan lebih bingung
dan frustrasi.
3. Pengobatan Secara Teratur
Disamping konsultasi dan terapi, tahap awal
penanganan autis adalah dengan pengobatan yang teratur. Jangan
terpengaruh dengan berbagai obat-obatan alternative atau sering
berganti-ganti dokter akhli saraf. Tetapkan satu pilihan, dan jalankan
pengobatan terus menerus selama 2 tahun pertama. Dalam tahap ini diet
makanan perlu diperhatikan, yang tidak boleh dikonsumsi oleh anak autis.
Tentukan jadwal konsultasi bersama dokter saraf yang anda pilih
tersebut, karena dosis obat akan diturunkan bahkan jarak waktu konsumsi
obat semakin lama di turunkan. Hingga si anak tidak perlu lagi
mengkonsumsi obat tersebut
4. Menentukan Pendidikan Anak Yang Tepat
Tidak mudah memasukan anak pembawa sifat
autis melalui sekolah formal atau bahkan sekolah khusus anak cacat
mental. Karena mereka berbeda, anak pengindap autis bukanlah anak cacat
mental. Tetapkan itu dalam hati dan pikiran anda.
Langkah pendidikan
anak yang kami tempuh adalah :
a. Dalam masa pengobatan (2 tahun
pertama penanganan medis) mereka tidak memasukan anak mereka pada
sekolah khusus autis, namun mereka mencari terapis dan beberapa
mahasiswa psikologi anak untuk mengajarkan buah hati mereka di rumah.
Yang perlu dicatat, bahwa keterlibatan orang tua juga di perlukan.
Apa
yang diajarkan pertama kali untuk anak autis dalam masa dua tahun
pertama ?
1) Mengajarkan mana yang baik dan benar. Beritahu mereka secara baik, mengenal etika baik dan benar, minimal didalam rumah.
2) Berusaha berlatih untuk kontak mata
dan mengajaknya bercerita. Pada tahap ini jangan terlalu dipaksakan
apalagi putus asa, karena memang anak autis akan sulit menerima
instruksi kita dan menghindar untuk kontak mata.
b. Pada tahun ke 3 (atau di usia 5
tahun) banyak pilihan, namun sekali lagi tentukan satu saja dan jangan
berpindah-pindah. Yang pasti, perlu melakukan survey untuk menentukan
pilihan. Pada sekolah ini, anak akan diajarkan dasar bersosialisasi dan
beberapa metode ajar untuk mengenal nama-nama barang dan benda, dan
berlatih mengucapkannya dengan benar. Biasanya sekolah anak autis hanya
beberapa jam saja, maksimal 3 - 4 jam per hari (seminggu maksimal 4
hari sekolah). Jangan dipaksakan waktu yang lebih lama.
c. Setelah satu tahun masuk sekolah
khusus autis, mereka kembali mendatangkan guru khusus (tentunya dari
bidang psikologi anak) untuk mengajarkan anak kami mengenal huruf dan
berlatih membaca. Pada fase ini, mereka lakukan selama 2 tahun dengan
sabar. Adapun jadwal belajar diatur secara rutin, disamping
mengajarkannya tentang disiplin waktu, anak tersebut juga akan
mengetahui perlunya waktu belajar di rumah. Jadwal kedatangan guru
khusus ini 3 kali seminggu dan meningkat 4 kali seminggu ditahun ke 5
pengobatan (atau di usia 7 tahun). Alhasil dia dapat membaca dengan baik
dan mulai belajar menulis
d. Pertahankan anak disekolah autis
yang sama dengan metode ajar sesuai perkembangan anak. Jangan lupa untuk
memantau hasil perkembangannya. Biasanya di tahun ke 6 masa pengobatan
dan terapi (atau di usia 8 tahun), anak mulai diajarkan untuk menulis
dan masih tetap mempertahankan hidup bersosialisasi dengan teman dan
lingkungannya. Hal ini perlu karena si anak perlu mencapai tingkat
kemandiriaan untuk melanjutkan hidupnya tanpa tergantung pada orang lain
disaat kita sudah memasuki usia tua atau bahkan sudah tidak lagi
bersama mereka (meninggal)
e. Di usia 10 Tahun atau masa
pengobatan tahun ke 8, di rumah mereka mulai mengajarkan dia dengan
musik, computer, dan hobby renangnya. Di usia 10 Tahun ini, dia tetap
masih bersekolah di tempat yang sama, dengan hasil perkembangan yang luar biasa.
Dapat berkomunikasi, membaca, menulis bahkan bersosialisasi dengan
lingkungan dengan baik. Banyak sifat-sifat autis mulai hilang.
f. Pada usia 10 Tahun hingga usia 17
Tahun saat ini, mereka masih menyekolahkan dia di sekolah yang sama
namun dengan metode belajar yang sudah mengarah pada peningkatan
kemampuan, mengenal hal biologis /sex, menggali lebih dalam
kelebihannya, menyalurkan hobby dan bakat secara baik dan aman dan
sebagainya. Hasilnyapun sangat diluar dugaan. Semua berjalan lancar.
5. Berikan Perhatian dan Kasih Sayang Yang Tepat
Kenapa aku menekankan pada kata “yang tepat”,
karena semakin bertambah usianya, kita harus mengajarkan dia untuk
lebih mandiri dan tidak tergantung pada siapapun termasuk orang tuanya.
Misalnya untuk hal-hal sederhana, membuat minum bahkan memasak. Dan
perlu di ketahui, anak mereka hobbynya banyak sekali. Termasuk memasak,
masakannyapun dapat dinikmati dengan lezat dengan ramuan yang dia baca
melalui internet bahkan buku yang dibacanya.
Ajaklah dia secara rutin dalam berdsikusi
tentang film, artikel, buku bahkan kasus-kasus lain yang dia ingin tahu.
Berikan penjelasan yang sederhana dan tepat dan benar, karena kelebihan
anak autis adalah daya ingat yang cukup kuat diatas rata-rata anak
biasa.
6. Berikan Kegiatan Rutin Untuk Bersosialisasi di Luar Rumah
Seorang anak, biasanya tentu bukan anak
rumahan, dia perlu mengenal lingkungannya. Ajaklah dia dalam perkumpulan
keluarga atau kegiatan agama. Bertamasya, dan kegiatan lainnya untuk
mengenal lingkungannya dengan luas. Buatlah kegiatan ini menjadi rutin
namun perhatikan kejenuhan yang dia tunjukan.
Ternyata, seorang anak autis / berkebutuhan
khusus, memang memerlukan penanganan bukan dalam jangka waktu pendek.
Sahabatku sering mengatakan, bahwa : “Kesabaran kita sedang diuji oeh
Tuhan”. Tuntutan waktu dan biaya tidak sedikit. Tetapi, tetap jangan
pernah putus asa!
Aku selalu memikirkan tentang anak
sahabatku itu. Sering aku bertanya, gimana kalau sudah tidak bisa
menghasilkan uang lagi? Dia mengatakan : “Aku tidak
pernah kawatir, karena Tuhan mengerti apa yg kami butuhkan. Dan Tuhan
benar2 mengasihi kami. Kami melakukan ini dengan sabar dan selalu
mengucap syukur …..”
Sahabatku,
Ada beberapa orang pintar dan super pintar
di dunia. Doaku, Tuhan akan membuat masa depan yg penuh harapan untuk
anak kalian. Karena, rencana Nya tidak mencelakakan umatnya, tetapi
merancangkan damai sejahtera …..
“Jangan pernah menyerah dan
malu memiliki anak Autis, karena Tuhan tidak akan membiarkan anak yang
dititipkanNya kepada kita menjadi sia-sia …..”
Sebuah catatan :
FAKTA ATAU BUKAN SEORANG AUTIS ?
Psikiater menyebut banyak figur penting di
bidang ilmu pengetahuan, politik maupun seni menggapai kesuksesan karena
mereka mengidap penyakit autisme.
Michael Fitzgerald, profesor psikiatri di Trinity College Dublin
mengungkapkan bahwa karakteristik yang berkaitan dengan Autism Spectrum
Disorders (ASDs) memiliki kesamaan dengan unsur pendukung kreativitas
jenius.
Prof Fitzgerald menyebutkan Isaac Newton, Albert Einstein, George Orwell, H.G Wells dan Ludwig Wittgenstein sebagai contoh beberapa individu brilian terkenal dan menunjukkan ciri ASD termasuk Asperger syndrome. Tidak hanya itu, Beethoven, Mozart, Hans Christian Andersen dan Immanuel Kant juga didiagnosis Asperger.
“Kelainan psikiatri juga dapat memiliki
dimensi yang positif. Saya percaya gen autisme atau asperger serta
kreativitas pada dasarnya sama. Kita tidak mengetahui gen mereka secara
pasti dan berapa banyak, namun kita bebicara soal gen ganda. Setiap
kasus begitu unik karena setiap orang memiliki tingkat gen yang terlibat
berbeda-beda,” ujar Prof Fitzgerald.
Fitzgerald seperti dikutip dari Telegraph
juga menyebutkan bahwa gen ini menyebabkan seseorang memiliki fokus yang
tinggi, tidak cocok dengan sistem sekolah dan seringkali kesulitan
menjalin hubungan sosial dan kontak mata.
Mereka juga cenderung paranoid dan bertentangan dengan orang lain, serta memiliki moral dan etika yang tinggi.
“Mereka mampu bertahan dalam topik tertentu
selama 20 hingga 30 tahun tanpa terganggu dengan pikiran orang lain.
Mereka dapat menghasilkan sesuatu dalam satu jangka waktu sebanding
dengan pekerjaan tiga hingga empat orang,” ujar psikiater ini.
Sifat-sifat seperti kebutuhan akan dominasi serta kontrol merupakan kunci kesuksesan dari Charles de Gaulle yang terkenal dengan ucapannnya I am France, mantan presiden AS Thomas Jefferson dan Enoch Powell. Contoh lain, ujar Fitzgerald, penulis fiksi ilmiah H.G Wells yang digambarkan psikiater tersebut sebagai antisosial, pengontrol, kesepian dan ketidakdewasaan emosional.
Prof Fitzgerald menyampaikan kesimpulannya
setelah membandingkan karakteristik sekitar 1600 orang yang didiagnosa
memiliki ASD dan orang terkenal. Dia menyebutkan bahwa ahli filosofi
asal Austria, Ludwig Wittgenstein menampilkan berbagai
pengidap Asperger mampu bekerja dalam jangka waktu yang lama menyngkut
topik tertentu, tanpa menghiraukan sudut pandang orang lain.
Isaac Newton misalnya, dikenal bekerja tanpa henti selama 3 hari tanpa peduli siang malam, dan sering lupa makan. Tidak hanya itu, Einstein sendiri merumuskan sesuatu di ruang pribadinya karena ia terlalu ‘mengganggu’ untuk mendapatkan pekerjaan di universitas.
Buku Prof Fitzferald berjudul Genius Genes:
How Asperger Talents Changed the World telah dipublikasikan akhir tahun
lalu. Diperkirakan penderita ASD mencapai sekitar 60 hingga 120 kasus
setiap 10 ribu orang.
Amanda Batten dari National Autistic
Society mengatakan, “Penting untuk menghindari labelisasi seseorang yang
mengidap autisme sebagai orang jenius atau apapun, karena setiap orang
memiliki karakteristik individu dengan kekuatan dan kebutuhan
tersendiri. Namun siapa tahu anak anda yang mengindap autis memiliki
kecendrungan ASD seperti para orang terkenal di atas.
Diambil dari :
- Pengalaman sahabatku dan berbagai sumber
- Gambar dari www.google.com
Tags: kejiwaan , Kesehatan
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Menemani Anak Autis untuk Menyongsong Masa Depan”
Posting Komentar