Senin, 13 Desember 2010

Konsep Kepemimpinan : Harus Melekat pada Setiap Manager



By Christie Damayanti

12922132192002821149 

Untuk bisa mencapai predikat sebagai pemimpin yang efektip tersebut dilakukan dengan secara konsisten mau melakukan pendelegasian (delegation) pekerjaan dari sebagian tugas yang memang tidak perlu dikerjakan sendiri kepada manajer di bawahnya, disertai dengan pembimbingan (coaching) sedemikian rupa agar manajer di bawahnya itu mampu menyelesaikan tugas yang diterimanya dengan kreasi dan imaginasinya sendiri. 

Kepemimpinan yang efektip ialah pemimpin yang berhasil melaksanakan dan menyelesaikan tugas pekerjaan yang dibebankan kepadanya, sekaligus mampu mencetak tenaga-tenaga professional dari para bawahannya yang siap untuk diorbitkan dalam rangka regenerasi bila memang dibutuhkan.

Proses pendelegasian dengan pembimbingan tersebut tanpa disadari telah berlangsung proses bekerja sambil belajar (semacam on the job training), yang secara gradually akan menghasilkan manajer bawahan yang mampu bekerja mandiri, sehingga secara otomatis akan tercetak tenaga professional dari manajer bawahannya tersebut.

12922129721601908304 

Apabila proses tersebut berlangsung mulai dari top manajer dan bisa berjalan secara berjenjang pada seluruh manajer dalam keseluruhan organisasi, maka top manajer dan seluruh manajer yang ada dalam organisasi telah menjadi manajer-manajer yang memiliki kepemimpinan yang efektip.

Manajer itu biarpun berada pada posisi paling bawah di dalam organisasai, adalah juga termasuk pemimpin, sehingga terbuka kesempatan untuk bisa menjadi pemimpin yang efektip, dan bila manajer tersebut berada pada level puncak, maka perlu atau malah harus memiliki pemahaman tentang pengetahuan ilmu kepemimpinan.
Manajer tanpa mau memahami dan mengetrapkan ilmu kepemimpinan akan bekerja dengan asal jalan saja, kurang bisa atau malah tidak bisa memimpin secara efektip, sehingga kurang bisa mencapai sasaran kerja secara optimal.

Tanpa memahami pengetahuan kepemimpinan yang efektip mungkin juga bisa menyelesaikan tugas pekerjaannya, tetapi output sampingan (ke-dua) dari hasil kepemimpinan yang efektip dalam bentuk terciptanya secara otomatis kader pemimpin professional tidak akan terjadi.
Dalam buku berjudul “Delegation and Coaching” yang ditulis oleh Tony Atherton, di samping buku yang ditulis oleh James O’Toole dengan judul “Leadership”, para manajer yang memahami ilmu kepemimpinan dan mengetrapkannya dengan konsisten, akan mampu memimpin secara efektip para individu atau para manajer lain yang menjadi bawahannya, dengan dua macam output, yaitu selesainya tugas pekerjaan yang menjadi bebannya, sekaligus secara otomatis tercipta para kader pemimpin professional yang siap untuk diorbitkan dalam peremajaan atau regenerasi apabila sewaktu-waktu dibutuhkan. 

1292213607437726259
Satu hal penting yang perlu disayangkan berupa tidak terciptanya kader pemimpin professional dari bawahannya tersebut dikarenakan kemungkinan penyelesaianan pekerjaan yang menjadi beban tugasnya hanya dilakukan sendirian oleh manajer yang kurang memahami ilmu kepemimpinan tersebut, atau mungkin juga sudah dilibatkan bawahan tetapi hanya dalam porsi kecil yang tidak proposional, padahal kemungkinan ada banyak bagian tugas pekerjaan yang bisa didelegasikan kepada bawahan sehingga manajer hanya perlu membimbing dan mengawasai saja.

Kondisi seperti ini dalam keseharian akan terlihat secara nyata dalam bentuk sang manajer sibuk bekerja sampai larut malam pada setiap harinya, sedangkan bawahannya seakan-akan hanya melihat atasan sibuk tanpa bisa membantu, bahkan malah bisa pulang awal, padahal anak buah kan diangkat untuk membantu atasan?

Oleh karena itu ilmu kepemimpinan perlu dipelajari dan dipahami oleh setiap manajer sesuai dengan posisi di mana manajer tersebut ditempatkan, dengan pengertian bahwa makin tinggi level atau posisinya tentu memerlukan pemahaman ilmu manajemen yang lebih mendalam.

Ada banyak definisi kepemimpinan, beberapa di antaranya biasa-biasa saja, beberapa terkesan kontroversial, sebagian tidak sempurna karena tidak lengkap tetapi malah terlalu rumit. 

Tidaklah mengherankan jika keyakinan mengenai siapa pemimpin dan apa yang dilakukannya tercermin dalam definisi yang digunakan seorang pakar kepemimpinan bernama Peter F Drucker, yang menyatakan bahwa semua pemimpin hanya memiliki satu hal yang sama, ialah para pengikut

Dengan mengembangkan definisi minimalis mengenai pemimpin sebagai “seseorang yang memiliki para pengikut”, Drucker kemudian mampu mengidentifikasi peran utama kepemimpinan, intinya ialah bahwa pemimpin yang efektip menciptakan para pengikut, yaitu yang bersedia belajar dan mengikuti bimbingan yang diberikannya. 

12922133471757018133 

Dengan memahami hal ini, para calon pemimpin akan dapat memfokuskan berbagai usaha mereka untuk mempelajari apa yang harus mereka lakukan untuk menarik para pengikut.

Ada satu karakter yang wajib dimiliki dalam kepemimpinan yang efektip, yaitu “ambisi kuat”, sehingga semua pemimpin yang efektip memiliki keinginan yang kuat untuk orgnisasinya, agar bisa mencapai potensinya secara optimal, bersedia berkorban dalam upaya mencapai tujuannya.

Sebagai contoh ialah bahwa perusahaan General Electric memiliki seorang pemimpin bernama Jack Welch yang mempunyai ambisi kuat untuk mengoptimalkan potensi bisnisnya dengan sasaran bisa melaksanakan pekerjaan yang dibebankan kepadanya, dan ternyata dia bisa sukses menghasilkan output yang ideal berupa laba yang tinggi, pertumbuhan pangsa pasar yang baik, produk yang bermutu, inovasi pelayanan klien/konsumen, saham blue chip, maupun pengembangan sdm, dan merupakan perusahaan yang dihormati di Amerika. 

Dengan kesuksesannya seperti diuraikan di atas, dapat dikatakan bahwa Jack Wech telah berhasil menjadi “pemimpin yang efektip”, yang didukung dengan keberanian melakukan perobahan dengan tidak mempertahankan kondisi status quo, bisa mencapai sesuatu yang tadinya sulit dicapai, ternyata bisa dicapai dalam bentuk kesuksesan dalam aspek bisnis, sekaligus berhasil menciptakan sdm (baca: manajer) yang professional dari bawahannya.

Setiap orang yang berstatus sebagai manajer, di mana pun posisiya dalam jenjang organisasi suatu lembaga, semuanya mempunyai kesempatan untuk berbuat sesuatu yang lebih baik, melalui ambisinya untuk menjadi pemimpin yang efektip dalam bidang tugas di posisinya.

Kepemimpinan bukan suatu tindakan yang berdiri sendiri, karena yang terpenting ialah kapasitas kepemimpinan secara keseluruhan dalam organisasi di semua level manajer.

Kemudian, hal yang paling signifikan yang dimiliki oleh pemimpin ialah bahwa mereka tidak melakukan banyak hal yang tidak terfokus. Pemimpin memfokuskan diri dengan produktip pada satu rangkaian tindakan yang perlu dilakukan untuk membuat penjenjangan atau pendelegasian kepemimpinan secara bertingkat ke manajemen di bawahnya dari seluruh organisasi.

1292213379326176485

Alangkah idealnya apabila kepemimpinan yang efektip bisa melekat pada semua manajer dalam suatu organisasi di mana pun posisi dan bidangnya, karena akan menghasilkan output organisasai yang optimal, antara lain sebagai berikut :

  1. Beban tugas pekerjaan akan bisa diselesaikan dalam bentuk tercapainya sasaran kerja yang sebelumnya sudah ditetapkan dengan lebih cepat (Output pertama).
  1. Mesin organisasi akan berjalan penuh, beban kerja merata, tidak ada yang menganggur, karena pedelegatian tugas dilakukan dengan rencana dan seleksi yang baik.
  1. Setiap manajer bawahan, bahkan para karyawan staf di bawah manajer terendah, akan menerima tugas yang didelegasikan kepadanya dan mengerjakannya, disertai bimbingan (coaching) dari manajer atasannya langsung, ditambah dengan pengawasan dan pembimbingan berjenjang dari atasannya lagi yang berposisi lebih tinggi.
  1. Melalui proses pendelegasian dan pembimbingan tersebut akan terjadi proses bekerja sambil belajar (semacam on the job training) sehingga secara otomatis akan terselenggara system pembinaan sdm tanpa biaya, dengan output berupa terciptanya tenaga-tenaga professional yang siap pakai dari internal organisasi sendiri (Output ke-dua).
  1. Proses keseluruhan pekerjaan akan lebih bergairah karena semua sdm merasa dibutuhkan, yang menjadikan semuanya menyadari sebagai pengikut bukan karena motivasi uang atau pun takut pada atasan, tetapi menyadari sebagai proses pembentukan kepemimpinan diri.
Manfaat bagi sebuah organisasi manapun, adalah perlunya menetapkan secara konkrit sasaran-sasaran antara yang harus dicapai setiap tahunnya sebagai indikator keberhasilan pelaksanaan tugas gereja, dan bila bisa ditrapkan system pelaksanaan tugas melalui prinsip “delegation and coaching” secara konsisten seperti diuraiakan di atas, diharapkan bisa dihasilkan produk ke-dua berupa tenaga-tenaga kerja yang matang untuk mandiri.

Sumber :
Gambar : Google
Berbagai sumber tentang kepemimpinan


Tags: ,

0 Responses to “Konsep Kepemimpinan : Harus Melekat pada Setiap Manager”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks