Kamis, 07 Agustus 2014

‘The Begijnhof’: Perempuan-perempuan Itu Hanya Ingin Berkarya dalam Diam….






By Christie Damayanti

140738111820224098
en.wikipedia.org
Sebelumnya :

***
‘The Parrot’ memang sebuah Gereja Roma Katolik yang ‘tersembunyi’. Sangat unik dan menarik. Itu salah satu komunitas unik di Amsterdam, setelah aku menuliskan artikel tentang prostitusi legal, di De Wallen, Red Light District. Sudah ada 2 komunitas unik. Yang ketika, komunitas unik yang lain di Begijnhof, sekitar memerta belas meter dari Gereja The Parrot.

Apakah pernah terpikir, bahwa ada sebuah komunitas kecil ( dalam skala perkotaan ), semuanya hanya PEREMPUAN? Dari anak2, remaja, dewasa bahkan ibu2 dan nenek2, semuanya adalah PEREMPUAN!

Begijnhof

Begijnhof adalah sebuah area atau wilayah, dengagn sekelompok bangunan2 cantik, tua dan bersejatah, yang dipakai sebagai tempat tinggal pribadi. Awalnya, Begijnhof bernama  Beguinage, dan sejak jaman Reformasi, Beguinage berubah menjadi Begjinhof.

Sekali lagi, terima kasih untuk Arie. Dia benar2 membawa kami ke tempat2 yang sangat indah, unik dan luar biasa! Dia mengajak kami ‘blusukkan’. Dari Kalverstraat memang terdapat banyak sekali gang2 kecil, menuju beberapa tempat. Jika kita tidak bersamanya, kami pasti tidak akan pernah memikirkan keunikan2 Amsterdam.

Terbukti, memang menuju Begijnhof tidak gampang. Memang tidak jauh tetapi tidak ada informasi untuk kesana. Begijnhof memang bukan sebuah tempat wisata yang dipamerkan di tour dan travel Amsterdam. Tetapi jika ada yang member tahu, Begjinhof  sebenarnya  menjadi sangat unik!
Aku mengerti, jika mereka tidak suka bahwa wilayahnya menjadi tempat wisata, karena pastinya akan ramai dan tidak ada privasi lagi. Padahal, tempatnya memang sangat unik!

1407381295290797984
Gerbang masuk ke Begijnhof yang langsung disambut dengan sebuah Chapel …..

‘The Begjijnhof’ adalah nama sebuah jalan di Abad Pertengahan. Sebenarnya tidak terlalu jelas, kapan tepatnya bangunan2 disana dibangun. Mungkin sekitar pertengahan tahun 1300-an. Sejak dulu, ada 47 rumah standard Amsterdam biasa, masing2 dimiliki seseorang, di abad sekitar 17 dan 18.

Beberapa dari rumah tersebut, memakan material kayu. Jika rumah2 Amsterdam sebagian besar memakai material batu bata, tetapi di Nieuwendam ( Amsterdam Utara ), sebagian rumah2 disana memakai material kayu ( The Wooden House ).

14073813711313538705
e.wikipedia.org
14073816261096321178
Aku di depan rumah kayu, tertua di Amsterdam …..

Sebuah rumah kayu di Begjinhof, sekarang ini adalah hanya satu2nya dan berasal dari tahun 1528 dan merupakan rumah kayu tertua di Amsterdam.

Wilayah tersebut saat ini selalu tertutup. Jika ada wisatawan masuk, seperti kami, mereka tidak mempermasalahkan. Tetapi ketika aku ingin mengelilingi wilayah ini, ternyata untuk kursi roda teertutup ( ada portal ), walau jia berjalan kaki pun tidak masalah. Mereka haya tidak ingin terganggu dan berisik.

14073818322004485051
14073820062103422478

Sebenarnya, aku ingin berkeliling melihat satu-persatu rumah2 tersebut untuk mencari ’sesuatu’ yang entah apa yang aku inginkan, tetapi tertutup portal, permanen. Sehingga aku hanya bersuaha untuk memotret banyak hal dari kejauhan.

The Begijnhof merupakan wilayah ‘loop’. Maksudnya, dengan 140-an rumah cantik ini berada di sebuah lingkaran dan ditengah2nya adalah taman yang rapih dan bersih. Di tengah2 taman tersebut terdapat patung perempuan, entah siapa karena aku belum menemukan referensi tentang itu.

140738208046586835
1407382359123648048
begijnhof.com

Denah The Begijnhof seperti tertera di foto diatas ini. Ditengah2nya adalah taman cukup luas dan selalu rapi. Terlihat menyenangkan untuk bias tinggal disana ……

Tidak dipungkiri, si empunya rumah di wilayah ini adalah penganut Katolik yang kuat. Salah satu terbukti, di beberapa rumah itu terdapat patung2 Santo dan Santa, pelindung mereka. Bahkan ada patung Bunda Maria di ujung atap rumah cantik Amsterdam itu.

14073827621027091288
Patung Bunda Maria dan mahkota emasnya, menggendong Yesus …..

Untuk masuk ke wilayah Begijnhof, kita harus melalui gerbang utama. Bukan gerbng yang besar, justru hanya sekedar pintu gerbang biasa. Dijaga oleh keamanan, kata Arie, biasanya pria, sebagai penjaga dari ratusan perempuan disana.

Ketika perselisihan agama Roma Katolik dan Kristen Protestan tahun 1578, Amsterdam dibawah kekuasaan Calvinis. Tetapi kaum dan Gereja Roma Katollik tetap diijinkan tetap eksis di Begijnhof. Sebuah Chapel, walau sangat tertutup tetap memberikan cirri yang kuat bahwa semua penghuni Begijnhof adalah penganut Katolik yang kuat.

Beberapa kali renovasi telah dilakukan, dan tahun 1979 merupaka renovasi yang terakhir. Begijnhof mempunyai 140 tempat tinggal atau rumah. 110 diantaranya terdiri dari 1 kamar dan sisanya memounyai 2 kamar. Dan semuanya dihuni oleh perempuan …..

1407384095964092206
14073838361663676544

Aku dam Michelle, perempuan2 modern dan ‘manja’ di lingkungan dan komunitas The Begijnhof, Amsterdam …..Ya, aku merasa ‘manja’ sekali, ketika aku melihat nenek2 tua memakai kursi roda dan sudah mengabdikan hidupnya untuk bekerja social, tanpa saudara, keluarga dan sahabat ……

Mengapa perempuan?

Beguies, adalah perempuan2 yang mengabdikan dirinya untuk kegiatan social, seperti sister / nun ( mempelai Tuhan ), tdak menikah tetapi tidak mematrikan dirinya sebagai mempelai Tuhan. Dari anak2 sampai nenek2 di Begijnhof ini, mereka mengabdikan dirinya melalui kegiatan social yang mereka inginkan. Dan mereka tinggal bersama disini, sebagai suatu komunitas yang unik.

Kata Arie, mereka tidak takut lelaki tetapi mereka sama sekali tidak mau berhubungan dengan lelaki. Seperti di pengumuman di beberapa dinding sekitar tempat ini, mereka tidak ingin wilayahnya ‘diganggu’. Bahkan anjing pun dilarang melewatinya. CCTV banyak terdapat dimana2 dan tanda ‘tutup mulut’ atau jangan berisik pun ada dimana2.

Mereka hidup sendiri, tanpa keluarga dan full mengabdikan dirinya sebagai ‘kepanjangan Tangan Tuhan’. Aku memang tidak menjumpai mereka, karena waktu itu memang waktu istirahat ( sekitar jam 4 sore disana ). Suasana wilayah itupun relative sepi. Tidak terdapat bannyak turis, mngkin hanya kami saja sebagai wisatawan.

14073842022072379757

Kami cukup lama duduk2 disana. Angin sejuk berhembus, tidak terasa dingin. Cuaca memang agak sedikit mendung. Tiba2 seorang nenek2 tua penghuni Begijnhof, tiba2 keluar dari rumah. Dia memakai kursi roda. Sendirian. Dan dia hanya duduk berdiam diri di teras rumahnya, entah apa yang dia lakukan.

Kami dilarang masuk lingkungannya, portal ’saksinya’. Sehingga aku penasaran,apa yang dia lakukan. Aku hanya membayangkan, semua penghuni disana, masing2 hanya seorang diri.Tidak ada keluarga, apalagi pembantu.

Coba dibayangkan. Nenek2 tua itu berada di kursi roda. Mungkin tetap bias berjalan, tetapi pasti suah degan kerentaan tubuhnya. Ketika dia harus menghadapi hiduya sendiri dalam kesehariannya, bagaimana dia bias mengurusi hiduonya?

Berjalan saja susah, bagaimana makannya? Bagaimana untuk naik turun ke permukaan jalannya? Apa yang dilakukannya sebagai seorang Beugies? Apa tugasnya? Mengapa nenek2 setua itu masih mau melakukan hal2 sosial, diluar dari pikiran sehat banyak orang?

Aaahhhh …… itu memang komitmen masing2 person. Tetapi ketika aku hidup di dalam gelimang kasih saying dari keluarga, sahabat dan saudara, mereka cukup hidup dalam kasih Tuhan saja. Jika mereka tinggal di Indonesia, pasti aka nada pembantu untuk membantu hidup mereka dan untuk melayani banyak orang. Tetapi di Amsterdam? Sepertinya sulit untuk sebuah bantuan karena memang egoism sangat angkuh untuk menunjukkan ‘ke-aku-an’ nya ……

***
Dalam kesejukan angin sore di Begijnhof waktu itu, kuasa Tuhan dinyatakan. Sebuah wilayah dan komuitas unik menjadikan aku terus berpikir, ternyata banyak sekali manusia2 unik, ang menyatakan Kasih Tuhan lewat berbagai macam cara.

Mereka pasti tidak mau dikenal. Mereka juga pasti tidak ingin mencari nama. Justru mereka berkelompok dalam sebuah komunitas, untuk berkarya. Tidak ada wartawan. Tidak ada sorot kamera. Bahkan sebenarnya, kamera pun dilarang. Mereka berkarya dengan diam …..

Aku bertanya pada Arie, “Siapakah mereka?”

Jawab Arie, entahlah. Mereka hanya ingin berkarya dalam diam dan menyatakan kasih mereka lewat berbagai macam pelayanan sosial masyarakat …..

Tags:

0 Responses to “‘The Begijnhof’: Perempuan-perempuan Itu Hanya Ingin Berkarya dalam Diam….”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks