Kamis, 07 Agustus 2014
Museum Amsterdam: Mungil, Tetapi Tetap Bersahaja …
Kamis, 07 Agustus 2014 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti

Sebelumnya :
***
Mungkin 30 menit kami dusuk2 dan
mengobrol di Begijnhof. Dari berdiskusi tentnag sosial masyarakat
disana, bertanya2 trntang bangunan berarsitektur cantik khas Amsterdam,
sampai berfoto narsis.
Suhu sore itu agak hangat, menurut Arie.
Tapi tidak menurut kami! 15 derajat Celsius itu sangat dingin! Sedingin
AC kamarku, dan biasanya aku menyelimuti tubuhku dengan selimut lembut,
cukup tebal …..
Keluar dari Begijnhof, kami terus
berputar di pedestrian kota Amsterdam. Dari hotelku, di Oudezjdskolki
lalu ke Red District. Menuju Damrak, pusat wisatawan Amsterdam, berjalan
ke arah Kalverstraat, The Parrot lalu terakhir ke Begijnhof. Sekarang
kemana lagi?
Tidak jauh dari Begijnhof, masih di
lingkungan Kalverstraat, Arie mengajak kami ke museum Amsterdam, sebelum
masuk ke Universitas Amsterdam, tempat anak2 Arie menyelesaikan
studynya. Hmmmm ….. Pasti menarik!
Awalnya, aku tidak ‘merasakan’ sebuah
museum. Tetapi itulah Museum Amsterdam! Pintu masuknya pun seperti
Gereja The Parrot atau Bengijnhof. Kecil, mungil dan tidak ada nama
besarnya, bahwa ini adalah museum. Tetapi seperti Gereja The Parrot dan
Begijnhof, pintu masuk Museum Amsterdam, hanya untuk ‘mengelabuhi’ kita
saja, karena begitu kita masuk ke dalamnya, suasananya berbeda sekali!
Dari jalan Kalverstraat yang ramai,
masuk ke pintu gerbang, kita akan merasakan sebuah ruangan yang tenang,
dan tercium bau tanah serta embun. Tenang, walaupun banyak sekali yang
berkunjung. Sama sekali tidak ramai …..

Pintu masuk Museum Amsterdam. Kecil,
hanya sebesar ruko sekitar 5 atau 6 meter dan tidak ada ‘tanda2′ ini
adalah sebuah museum …..
Museum Amterdam memang bukan museum
besar, berapa di Kalverstraat. Tidak seperti Rijsksmuseum atau Van Gogh
Museum, yang besar dan ‘mewah’ ( koleksinya banyak ). Tetapi paling
tidak, aku bisa mengamati, seperti apa museum2 yang mampu mendatangkan
pemasukan yabg cukup besar bagi sebuah kelompok, kota bahkan bagi
negara.


Dari pintu masuk, kami disambut
dengan café mungil dengan tempat2 duduk outdoor, seperti foto diatas
ini. Dan disekelilingnya adalah beberapa koleksi museum ini …..

Dari area café dengan beberapa koleksi museum, kami diarahkan untuk memasuki ruag koleksi. Pintu masuk tetap kecil …..
*Untukku sendiri, sebenarnya museum2
di Jakarta tidak kalah menarik untuk mengundang wisatawan lokal bahkan
internasional. Desain museum2 di Jakarta sudah sangat cantik dan
mempesona. Banyak renovasi dilakukan dan pengamanan barang2 koleksinya
sudah terpelihara dengan baik.
Museum itu memang kecil. Didalamnya
koleksi2 seni dan art. Dari patung2, lukisan, mural ( lukisan dinding ),
bahkan lukisan lantai lewar cat minyak bahkan karpet cantik!


Karpet penutup lantai dengan desain abstrak, indah sekali …..
Kami tidak ditarik bayaran sama sekali.
Berkeliling disana, membuat aku banyak berpikir. Ketika sebuah museum,
seharusnya menjapat penghargaan yang penuh untuk dedikasinya bagi
perkembangan dan perawatan koleksi2nya. Seperti museum2 di Jakarta atau
semua museum di Indonesia yang memang berbayar walau sangat murah (
murah saja hampir tidak ada yang datang! Apalagi mahal ), Museum
Amsterdam ini penuh cukup sesak!
Sebagian adalah anak muda. Berbahasa
Belanda dan Jerman, entah apa yang mereka perbincangkan. Sebagian lagi
adalah orang2 tua. Turis2, dengan memakai topi turis dan sebagian dari
mereka berjalan dengfan memakai tongkat. Sebagian lagi, mungkin hanya
lewat, karena sepertinya Museum Amsterdam ini merupakan ‘jalan pintas’
dari dan ke wilayah tertentu.
Jika kami atau wisatawan yang lain
memang berniat untuk melihat2 dan mengamati benda2 koleksi itu, ternyata
tidak untuk mereka yang hanya melintas saja. Makanya, aku bisa tahu
bahwa ‘mereka’ memang hanya melintas saja.
Oya, Museum ini sepertinya juga menjadi
‘tempat pemberhentian’ di wilayah pedestrian Amsterdam, karena terdapat
cafe cantik dan toilet umum. Walau demikian, cafe dan toiletnya sangat
bersih, wangi dan nyaman.
Sempat juga kami berhenti di cafe itu,
untuk dekedar minum teh hangat untuk semangat lagi dalam menjelajah dan
meng-explore Amsterdam ini, di hari pertama kami datang.
Lukisan2 dan mural2 koleksinya bukan
lukisan kecil, swdang atau sekedar besar saja. Koleksi lukisannya nya
besar bahkan sangat sangat besar! Dan karena museum ini memang kecil,
hanya seperti lebar ruko saja, sehingga untuk mengamati lukisan2 itu
harus melihat secara jauh. Padahal, banyak orang yang berkerumun disemua
lukasan. Akhirnya, yaaaa ….. kami tidak terlalu puas untuk
mengamatinya.


Beberapa lukisan koleksi museum.
Besar2. Foto pertama diataas, adalah lukisan di keramik. Dan foto kedua
diatas, adalah ukisan dengan cat air …..
Dengan lukisan2 besar tetapi
terpajang dalam ruangn yang cukup sempit, aku mencoba mengambil sudup
pandang yang nyaman, karena tidak mungkin memotretnya tetap
ditengah2nya, keculai memakai lensa khusus …..
Padahal, lukisan2 yang menggunakan cat minyak itu, sangat sulit. Karena mama ku adalah pelukis amatir ( lihat tulisanku Ibuku, Inspirasi Keluargaku ), aku tahu bagaimana melukis dengan baik, apalagi bidangnya cukup besar. Tidak gampang.
Di museum itu selain untuk memajang
koleksi2 seni beberapa seniman, café kecil dan cantik, ada juga sebuah
lorong cukup panjang untuk menggelar buku2 baru dan bekas. Tidak ada
etalase khusu, tetapi hanya di letakkan di atas meja panjang. Sayangnya,
buku2 itu tidak dalam Bahasa Inggris. Hampir semua dalam bahasa Belabda
dan Jerman …..
Yang membeli buku2 baru dan bekas disana
pun cukup banyak. Mayoritas adalah anak2 muda. Mungin mahasiswa jurusan
seni, karena tidak jauh dari Museum Amsterdam ini, ada Universitas
Amsterdam, dengan bangunan2 khas berarsitektur Holland yang sangat unik,
cantik dan membuat mataku tidak henti2nya melotot …..
Ya, bangunan2 arsitektur Belanda ini
sangat berbeda dengan bangunan2 Eropa yang lain. Sangat khas! Selalu
dibangun dengan batu bata, dari pasih putih, kuning atau merah. Bukan
dicat tetapi benar2 alami. Dan itu yang membuat aku ingin terus kembali
lagi ke Amsterdam, khususnya …..
***
Begitu kami selesai di ruang pamer, kami
menuju ke bagian belakang. Area yang cukup luas. Udara cukup dingin,
sehingga kami tidak ingin berlama2 disana.

Dan dari sama, Arie mengajak kami keluar
museum, tetapi dari arah yang berlawanan. Dari bbelakang, sehingga kai
berkesempatan untuk melihat2 perumahan atau pemukiman pada di Amsterdam.
Jujur, aku terkagum2 dengan
perumahan padat disana. Memang padat. Tidak ada mobil bahkan sepeda pun
tidak ada. Pemukiman itu sepi, mungkin memang masih jam kerja. Dan sama
sekali tidak ada orang lewat. Khususnya aku, sangat menikmati suasana
seperti itu, di sebuah kota besar dunia, Amsterdam …..



Tentang Saya:

Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Museum Amsterdam: Mungil, Tetapi Tetap Bersahaja …”
Posting Komentar