Rabu, 28 Agustus 2013
‘Tikus-tikus Pos’ Terus Beraksi, Bagaimana Cara Membasminya, Ya?
Rabu, 28 Agustus 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti

bantenpos.online.com
Waktu aku lagi ‘addict’ menulis
surat-surat kepada sahabat-sahabat penaku, baik yang di dalam negeri
Indonesia maupun sahabat-sahabatku secara internasional, apalagi kepada
’sahabat-sahabat’-ku, para pembesar negara sekitar awal tahun 1980-an
sampai awal tahun 1990-an, aku sudah tahu tentang ‘pencurian’ dokumen
isi surat-surat, karena dulu pun aku sudah mengalaminya.
Ketika jaman aku sering bertukar prangko
dengan teman-temanku di luar negeri, aku excited sekali! Dulu, aku
belum punya uang sendiri sehingga aku hanya menggunakan uang sakuku
untuk bersurat-suratan. Tukar-menukarnya pun prangko-prangko bekas,
bukan baru. Karena aku benar-benar hobi surat-suratan dengan banyak
orang, prangko-prangkonya aku rawat untuk disimpan. Dan yang
double-double aku tukarkan (swap). Dan itu sangat menyenangkan sekali!
Semua berjalan lancar. Bertahun-tahun
aku melakukan seperti itu, sejak aku kelas 3 SD. Sampai pada suatu saat,
aku mengirim prangko yang untuk tukar-menukar. Mungkin sekitar 50-an
keping prangko. Tetapi setelah ada balasannya ternyata kata teman
penaku, prangkonya tidak ada! Begitu juga beberapa kali teman-teman
penaku dari luar negeri mengirimkan buku atau souvenir kecil, semuanya
tidak ada! Bungkusnya terbuka dengan ada yang menulis (aku lupa siapa
yang tulis), hanya tulisan: “Bungkus sudah terbuka tanpa ada isinya…..”
Bahkan ketika aku mendapat balasan dari
Perdana Menteri Spanyol waktu itu (Jose Louise), amplopnya terbuka! Aku
tidak tahu apa yang beliau kirimkan, tetapi untungnya foto dan tanda
tangannya masih ada! Itu yang terpenting!


Balasan dari PM Spanyol. Untung foto dan tanda tangannya tidak hilang! Lihat informasi dari entah siapa, di atas amplopnya.
Setelah itu, sungguh aku sama sekali
tidak percaya pada jasa pengiriman! Aku sangat berhati-hati untuk
mengirimkan dokumen-dokumen ke mana pun, bahkan hanya sekedar dalam
negeri. ‘Parno’, karena barang-barang yang dikirimksn adalah
barang-barang hobi. Jika memang harus mengirimkan sebuah barang, aku
mendingan titip teman jika dia mau ke sana begitu juga sebaliknya.
Lebay? Ga tahulah.
***
Sudah lama aku tidak menulis surat
setelah aku lulus SMA. Hobiku luruh sejalan dengan kesibukanku, itu
ternyata mulai lagi ketika aku stroke 3,5 tahun lalu. Dalam komunitas
filateli, aku sering berkirim surat, kartu pos dan prangko. Bagiku yang
memang sudah trauma, tetap saja trauma. Tetapi teman-teman baruku di
komunitas filateli ini meyakinkanku untuk tetap percaya dalam
berkirim-kirim prangko. Toh ada ’surat tercatat’, kataya. Ok. Aku ikuti
dan memang trauma itu mulai menghilang.
Kemarin aku membuka di grup filateli di
Facebook-ku. Teman komunitas filateli, Mas Yopi sedang ‘protes’ keras
karena kiriman 3 set prangko WWF Orang Utan dan 1 set WwF Thcad dicuri
orang, dan diganti dengan brosur dan potongan iklan saja! Astaga!
Prangko WWF itu sebuah koleksi yang luar biasa! Bertema fauna dengan
hewan-hewan cantik, sangat ‘mahal’ untuk kita, kolektor dan berhobi
filateli, sehingga kehilangan seperti ini membuat kita gundah gulana.
Pasti tidak ada yang bisa memahami, karena mungkin pikir bayak orang,
“Apa sih itu prangko?”


Surat dari Mas Yopi untuk Vladimir di Israel, untuk tukar-menukar prangko, dan resi pengirimannya.
Tetapi jika seseorang pernah kehilangan
barang-barang yang disayanginya, akan mengerti, bagaimana kita
kehilangan prangko-prangko ini. Dan trauma itu datang lagi.
Mas Yopi ini memang aktif
bertukar-tukaran prangko. Waktu itu dia posting prangko WWF-nya, dan
temannya dari Israel (Vladimir Shnitman) ingin bertukaran dengan seri
WWF lainnya. Mas Yopi mengirimkan tanggal 12 Agustus 2013 di Kantor Pos
Kudus (dia memang tinggal di Kudus Jawa Tengah), yang diterima oleh mbak
Astri dan diberi label RLN dg no RR 017733107 ID.
Tetapi pada tanggal 20 Agustus 2013-nya
surat dari Vladimir sudah sampai ke alamat Mas Yopi di Kudus, dan saat
itu dia mencoba mengecek kirimannya di website-nya Posindo (Pos
Indonesia) dan ada data tanggal 20 itu, barusan keluar dari Jakarta
(wah, sepertinya terlalu lama, sampai 8 hari! Karena biasanya hanya 3
sampai 5 hari sudah keluar dari Jakarta!). Dan kemarin, tanggal 27
Agustus 2013, dia membuka Facebook-nya dan mendapat inbox dari Vladimir,
bahwa surat dari Mas Yopi sudah terima tetapi isinya sesuai yang aku
tuliskan diatas menghilang! Yang ada cuma brosur dan potongan-potongan
iklan saja! Berarti, ini sudah direncanakan!


Surat Mas Yopi di Vladimir, dengan
keadaan kehilangan prangko-prangko yang akan ditukarkan, serta ada
brosur-brosur dan iklan saja.
Si ‘tikus-tikus pos’, sengaja membuka
amplop surat-surat yang sudah diincar, mengambil isinya dan menggantinya
dengan kertas-kertas saja! Dan aku yakin, kemungkinan besar
‘tikus-tikus pos’ sudah tahu bahwa komunitas filateli selalu mengirimkan
‘harta benda’ (atau prangko) lewat pos! Mungkinkah ini terorganisir?
Dari aku masih kecil dan tidak tahu atau
tidak memikirkan tentang sebuah ‘kejahatan’ lewat pos, sampai sekarang
aku mulai memikirkan ‘tikus-tikus yang teroranisir’, karena ternyata
banyak kesaksian-kesaksian teman-temanku yang kehilangan isi surat atau
barang-barang yang dikirimkannya. Barang-barang kecil, yang mungkin
untuk orang lain adalah ’sampah’ dan tidak berharga sama sekali, tetapi
untuk beberapa orang barang-barang itu merupakan ‘harta karun’, apa pun
namanya!
Untukku sendiri, trauma ini semakin
membesar. Dan aku akan terus ‘parno’ dalam hal pengiriman barang,
walaupun banyak juga yang menjamin dengan pasti bahwa,
“Ah, itu kan mungkin hanya 1 dari 100 kasus!” (adakah yang sudah meneliti tentang ini?)
Masa bodohlah! Aku tidak peduli, tetapi
akan sangat senang jika aku dan teman-teman dalam komunitas-komunitas
yang selalu berhubungan dan mengirimkan barang-barang kecil filateli
lewat pos, untuk mulai dibenahi, jasa pengiriman surat. Baik di
pemerintahan (Pos Indonesia) ataupun pihak-pihak swasta, bahwa kita
semua dijamin dengan sebuah UU ( jika sudah ada,
1. Bagaimana dengan pertanggungjawabannya?
2. Bagaimana dengan penggantiannya?
3. Apakah sudah ada penjaminnya? Atau
adakah asuransinya?
Karena sebuah prangko bukan hanya sekedar potongan
kertas kecil saja, tetapi prangko mempunyai nilai yang tidak bisa
dinilai dengan uang! ) atau apa pun namanya, bisa membuat kita merasa aman dan nyaman, walau hanya dengan mengirim surat.
Tetapi tetap semangat! Tetap melakukan hobi-hobi kita dan teruslah melakukan kegiatan yang berguna dan terus berkarya.
Catatan :
Mas Yopi mempersilahkan aku untuk
menulisnya, karena menurut beberapa teman di komunitas ini mengatakan,
keadaan ini sudah semakin parah. Supaya ada tindak lanjut demi keamanan
dan kenyamanan warga, apa pun kegiatannya, walau hanya sekedar menulis
surat.


Tentang Saya:

Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “‘Tikus-tikus Pos’ Terus Beraksi, Bagaimana Cara Membasminya, Ya?”
Posting Komentar