Jumat, 19 Juli 2013
“Wah, Silau Banget, ya?” Cerita Tentang ‘Glassy Building’
Jumat, 19 Juli 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti

buildingindonesia.biz
Tahu tidak? Sebenarnya untuk negara2
tropis, bangunan2 tinggi disarankan tidak terlalu memakai material kaca?
Apalagi cermin? Tidak masalah sih, desain bangunan modern salah satu
materialnya ada kaca, tetapi bisa disesuaikan dengan konsep dan desain
itu sendiri. Beberapa bagian atau beberapa titik bisa di selaraskan
antara kaca dengan marmer atau sekedar beton yang dicat warna warni.
Atau juga material2 lain seperti aluminium composit, fiber, stanless
steel dan sebagainya.
Mengapa? Mengapa negara tropis disarankan untuk bangunan tinggi tidak memakai material kaca? Ada beberapa logika …..
Pada negara2 tropis, matahari dari pagi,
siang hari dan terik serta sore hari sepanjang tahun, selalu menyinari
tempat itu, kecuali musim penghujan. Pun di Jakarta sering terjadi hujan
tetapi sinar matahari tetap ada dan memantulkan sinarnya lewat kaca …..
Coba amati jika kita di dalam mobil, pas macet. Lihat bangunan2 yang
mayoritas materialnya memakai kaca. Apalagi dengan sinar matahari siang
yang terik. Pasti sinar tersebut akan memantul, paling tidak akan
menyilaukan mata kita. Makanya, ketika kita mengendarai mobil di siang
hari, aku selalu memakai kacamata hitam, bukan untuk bergaya, tetapi
lebih kepada menghindari silau dan pantulan sinar matahari lewat kaca2
mobil atau ‘facade’ ( tampak muka ) bangunan tinggi yang sebagian besar
memakai material kaca.

aryokucoro.wordpress.com
Waduh …… silau sekaliiiiii, bisa nabrak karena kaget atau karena silau itu sendiri …..
Konsep secara arsitektural sudah aku ketahui sejak pertama kali aku kuliah. Dengan referensi dari buku2 arsitektur, bentuk2
serta material dan warna adalah salah satu yang utama dalam mendesain
sebuah gedung, apalagi jika gedung ini merupakan hasil dari konsep2
perkotaan.
Material kaca atau cermin, atau yang lain,
warna2 yang terlalu cerah, bukan karena sebagian besar orang memang
tidak suka dengan warna2 yang terlalu cerah ( misalnya kuning, orange,
merah menyala ), tetapi warna2 tersebut secara psikis akan ‘memantulkan’
keceriaan serta ’silau’, dan itu sangat mengganggu pandangan, terutama
pengemudi mobil.

casinoroyal.wordpress.com
Di Royal Casino, memang karena
bangunannya khusus sebagai bangunan entertainmet, sehingga bangunan itu
membuat ‘pancaran’ casino bukan hanya pada waktu siang karena bangunan
ini ‘Glassy Building’, tetapi pada malam hari, fully decorative-lamp,
sehingga jika kita tidak iap dengan melihat pandangan di depan sana (
bangunan itu terang sekali! ), si pengemudi mobil akan ‘kaget’, dan
matanya akan buram sejenak, sampai beradaptasi …..
***
Di negara2 maju, konsep ini sudah di terapkan. Misalnya di Singapore
atau Malaysia saja. Mereka sama denga Indonesia, adalah negara
tropis. Sebagian besar gedung2 tinggi memang menggunakan kaca tetapi di
selang seling dengan material2 yang lain, seperti beton yang dicat atau
aluminium composit. Dan sebagian kecil memang tetap menggunakan kaca.
Jujur, aku tidak (atau belum ) menemukan ‘Glassy Building’ dengan fully kaca di Singapore, tetapi tetap mayoritas material adalah kaca …..
Aku tidak tahu tenntang arsitek2 disana,
tetapi yang aku tahu sejak kuliah dulu, kami sudah tahu bahwa material
kaca merupakan material yang ‘riskan’. Bukan hanya karena material kaca
mudah pecah, tetapi juga karena selalu memantulkan cahaya.
Material kaca sebenarnya sesuatu
yang bening. Untuk sebuah bangunan, kita bisa melihat bagian dalamnya
jika memakai material kaca. Tetapi material kaca adalah ’sesuatu’ yang
modern. Coba lihat di Eropa atau bangunan2 tua / klasik, tidak ada
memakai material kaca, karena kaca memang material modern.
Konsep material kaca sendiri pun
adalah sesuatu yang ternsparant, sehingga arsitek ‘menciptakan’ pelapis
kaca supaya tidak terlalu transparant. Terciptalah pelapis kaca
sepertipelapis kaca buram, pelapis kaca hitam ( dalam beberapa % hitam,
seperti kaca mobil ), atau pelapis kaca seperti cermin! Dan pelapis kaca
seperti cermin inilah yang membahayakan arena sinar matahari pasti
terpantul lewat kaca dengan pelapis kaca cermin, ataupun cermin asli
sendiri …..
Bukan hanya pengemudi mobil yang akan
tergelincir karena silau, bahkan kemungkinan besar pesawat atau
helikopter akan terpantul sinar matahari siang lewat bangunan2
ber-matreial kaca pelapis cermin.
Aku lupa dengar dari mana karena sudah
cukup lama, juga entah dimana. Pernah ada seorang pengemudi mobil
complain ( entah epada siapa ) karena mobilnya menabrak karena pantulan
sinar matahari siang menancap mata si pengemudi sehingga dia menjadi
silau dan menutup matanya sehingga mobilnya menabrak mobil di depannya.
Untung tidak terjadi kecelakaan …..
Konsep negara2 tropis seperti
Indonesia pun mempunyai konsep arsitektural yang khas sebagai negara
dengan curah hujan tinggi. Adalah atap miring, bisa dari genteng atau
tiruannya, bahkan atap beton tetapi di miringkan untuk tetesan air
hujan.
Konsep tersebut adalah ‘pakem’. Bukan hanya kemiringan atap saja,
tetapi tentang adanya ‘tritisan’ ( atau kanopi tipis untuk penghalang
air hujan masuk ke jendela ). Ini juga adalah konsep ‘pakem’ bagi
negara2 dengan curah hujan tinggi. Cerita ini akan aku bahas kemudian ya
…..
Tetapi apa yang terjadi di
negara2 dengan curah hujan tinggi serta sinar matahari terik, seperti di
Indonesia dan beberapa negara2 lain di sekeliling Indonesia?
Bahkan sebuah blog justru sangat bangga
dengan ‘Glassy Building’nya! Bahwa si arsitek tidak mengetahui tentang
konsep ini ( atau tidak peduli? Pokoknya keren saja dan modern sekali! )
dengan ‘Glassy Building’nya! Ini beberapa ‘Glassy Building’ di Jakarta :


Coba lihat saja! Bahkan awan pun (
di foto Wisma GKBI ) terpantul! Bagaimana jika sinar matahari terik
terpantul lewat kaca2 ini? Bisakah dibayangkan?
Begitu juga foto disebelahnya.
Bahkan dengan awan mendung tanpa sinar matahari, tetap saja terpantul
bangunan di sebelahnya. Semuanya fully kaca / glassy!
Untuk bangunan2 kaca dengan sisipan
material lain, tetap bermasalah jika material kacanya mendominasi
bangunan2 tersebut, seperti ini :

www.skycaperscity.com

www.yourofficeagent.com
Bangunan2 diatas, bukan fully
glassy, tetapi mayoritas tetap memakai kaca, sehinga sperti Wisma BNI 46
Tower ini, tanpa sinar matahari pun, tetap terpantul bangunan2
disekelilingnya.
Lalu, karena sebagian besar atau hampir
semua bangunan tinggi di Jakarta memakai kaca dan merupakan bangunan
modern, dapat dipastikan bahwa bagunan itu tidak memakai ‘pakem’ sebagai
bangunan di negara bercurah hujan tinggi serta negara tropis ….. Ini
juga aan aku bahas kemudian …
***
Material kaca memang modern. Walau aku
adalah penganut ‘classical’ untuk semua hal, seperti arsitektur atau
musik, aku tetap harus belajar tentang arsitektur modern. Bahwa material
kaca memang merupakan material yang cantik dan sangat membuat bangunan
tersebut ‘ringan’. Tetapi dalam mendesain sebuah bangunan, harus
mempunyai konsep dan sesuai dengan lingkungannya
…… Karena yang aku
amati sebagai arsitek serta urban planner, aku melihat desainer2 Jakarta
itu sangat mengikuti kebutuhan ‘pasar’ sebagai kota metropolitan
Jakarta dan sebagai bagian dari kota megapolitan dunia. Bahkan di dalam
pekerjaanku sendiri, aku merasakan sebuah dilema dalam menciptakan
suasana kota sesuai dengan konsep2 dasar arsitektural serta budaya kota
Jakarta …..
Salamku …..


Tentang Saya:

Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to ““Wah, Silau Banget, ya?” Cerita Tentang ‘Glassy Building’”
Posting Komentar