Kamis, 18 Juli 2013

“Wah, Mereka Berani ya Bergelantungan di Udara Jakarta?” Ngeri, Ah …..



By Christie Damayanti

1374139552365831111
bisnis.liputan6.com
 
Tentang ’sistem perkabelan’ di Jakarta.

Dimanapun, tak terkecuali di daerah protokol ( walau tiddak terlalu kelihatan karena kemegahan gedung2 dan suasana disana ), kabel2 berseliweran di Jakarta. Konsep perkabelan di Jakarta masih semrawut. Jika ingin menambah kabel, ditambahlah langsung. Tancap tiang baru, kabelnya tmbah berseliweran ….. 

Ya, Jakarta belum menerapkan perkabelan di bawah tanah, ditambah lagi Jakarta sudah berumur ratusan tahun, sehingga perkabelan sudah sangat semrawut …..

Aku bukan orang elektrikal. Aku hanya seorang arsitek. Aku juga seorang ‘urban planner’. Tugasku adalah  untuk mendesain konsep2 dari perkotaan serta lebih detail lagi, untuk gedung2 sampai perumahan, dengan desain yang aman, nyaman dan cantik. Selebihnya, biasanya akan berkolaborasi dengan teknik sipil, mekanikal dan elektrikal, dan sebagainya.

Aku tidak mengerti tentang kabel2 apa saja yang berseliweran di udara Jakarta. Yang aku tahu bahwa semua negara pasti mempunyai kabel2 listrik dan kabel telepon, minimal. Konsepnya pasti berbeda, yang seharusnya bisa dibuat sedemikian rupa sehingga jelas terlihat, apakah itu kabel listrik dengan tiang lisriknya dan apakah itu kabel telepon dengan tiang teleponnya.

Biasanya untuk kabel listrik dan tiang listriknya berwarna abu2 atau silver dan untuk kabel telepon dan tiang teleponnya berwarna hitam. Tetapi jika kita melihat foto dibawah ini, tahu kah kita,mana yang kabel listrik dan mana yang kabel telepon?

1374139614493573138
www.vitarlenology.net
‘Ga banget dehhhhh …..

Jakarta memang sudah tua. Dan Jakarta memang sebuah ‘kota tumbuh’. Artinya, Jakarta merupakan kumpulan kampung2, yamg melebur menjadi beberapa kampung, sampai seperti sekarang ini.Jakarta tidak di desain, seperti kota Washington DC di Amerika atau pun kota Canberra di Austraia. Seperti kota New York, kota ini juga sebuah kota tumpuh, tidak di esain  khusus untuk sebuah kota. 

Teatpi, apakah walau hanya sebagai ‘kota tumbuh’, apakah kita tidak ingin melihat kota kita menjadi sebuah koya yang apik, nyaman bahkan cantik?

1374139883922241870

Di rumah adikku di Dallas, sebuah kota yang tidak khusus di desain, dan perumahannya selalu memilih sistem perkabelan bawah tanah. Nyaman dan cantik …..

Seperti halnya rumah ita, atau rumah oran tua kita yang belum atau tidak pernah di renovasi sejak puluhan tahun lalu. Pasti banyak hal yang terjadi. Ada pintunya yang lepas engselnya. Ada kulkas yang bocor atau jendela yang macet. Ada juga kabel2 listrik yang berseliweran di plafod, sampai sering putus karena dikerat tikus …..

Banyak kota di negara2 tertentu, bahkan di Papua ( atanya ), kabel2 berseliweran di atas kota tidak ditemui. Mengapa? Karena ternyata perkabelan kota di tanam di bawah tanah dengan pembungkus khusus. Padahal kota tersebut tidak di desain khusus lho. Aku tidak tahu tentag di Papua, karena aku belum pernah kesana. Tetapi yang aku tahu, sebagian besar kota2 di Amerika, Eropa dan Asia mempunyai kota2 yang bebas berseliweran kabel di udara.

***

Jika kita analisa tentang kebutuhan listrik di Jakarta. Sekarang saja sudah ‘penuh’ perkabelan yang berseliweran di udara Jakarta. Dengan beban daya mencapai ribuaan megawatt, Jakarta membutuhkan dukungan pasokan lstrik dalam ukuran besar. 

Apalagi dengan dalam waktu dekat ini Jakarta akan mempunyai MRT dan monorail, pasokan listrik lewat kabel akan bertambah lagi, jauh lebih besar! Jadi, siap2lah udara Jakarta bertambah beban sebuah ‘perkabelan’ yang luar biasa besar …..

1374140107567021971

PLN sendiri sudah memikirkan untuk membangun perkabelan di bawah tanah, untuk ‘renovasi’ Jakarta, membuat Jakarta lebih cantik, sekaligus memperbaiki ’sistem perkabelan’ untuk tidak merusak pandangan udara Jakarta. Sistem perkabelan di bawah tanah juga memudahkan pengalihan pasokan jika terjadi permasalahan. 

Dibanding memperbaiki kabel dan pekerja PLN bergantungan di udara, lebih aman jika menggali tanah ( walau semuanya harus sesuai denan standard prosedur penggalian ( lihat tulisanku ‘Gali Sana, Gali Sini… Memang Mereka Tikus?

Permasalahannya adalah jika jakarta membangun ’sistem perkabelan’ di bawah tanah, bagaimana tenntang pelaksanaan dalam pemberian kompensasi dan pembebasan tanah, di jalur saluran udara listrik?

1374140134810491240
m.detik.com
137414018011289769

Banyak titik di Jakarta yang kabel2nya sembarngan saja. Desainer atau PLN atau telpon tidak merencanakan dengan baik sehingga bisa terjadi seperti foto diatas ini. Atau terbalik : apakah jalanannya yang terakhir sementara kabel2 sudah ada sebelumnya? Halaaaaaahhh …..

Perda DKI No.8/1999 menyatakan bahwa tanah di sepanjang jalur jaringan utilitas dibebaskan. Begitu pula dengan peraturan gubernur no.149/2000 menyatakan tanah di sepanjang jalur utilitas dibebaskan dengan jarak bebas koridor terdekat minimal 30 meter. Walaupun, pada kenyataannya dalam pemberian kompensasi adalah sesuai peraturan yang berlaku.

Begitu juga dengan sistem perkabelan telpon. Bahwa kabel telpon lebih baik ditanam di bawah tanah. Denagn jumlah jaringan telpon yang begitu padatnya di Jakarta, membuat sistem perkabelan Jakarta terus memenuhi udara kota kita …..

Untukku sebagai arsitek dan urban planner, aku selau menginginkan sebuah kota yang nyaman untuk tempat tinggal, serta apik dan cantik untuk kesenangna dan kebahagiaan.  Paling tidak, developer2 yang banyak terdapat di Jakaarta, mulai memikirkan sistim perkabelan bawah tanah, untuk bangunan2 mereka, terutama perumahan2. Pun jika dalam kompleks perumahan yang memang di desain untuk kenyamanan dan keamanan, biayanyapun memang tergantung ‘pasar’ yang membelinya. Jika memang kebutuhan utamanya adalah KENYAMANAN dan KEAMANAN, maka semuanya terjadi ……

Sistem perkabelan bawah tanah dapat menyalurkan energi ( baik listrik maupun telpon ), sama dengan sistem perkabelan udara. Bedanya adalah :

-          Tidak akan memnggu keindahan kota
-          Tidak mudah terjadi gangguan akibat kondisi cuaca dan alam
-          Bebas kabel jika sering terjadinya sambaran petir atau poho tumbang
-          Ongkos pemeliharaan lebih murah karena tidak perlu di cat
-       Dan jika terjadi penambahan kabel, kita hanya membutuhkan ‘gorong2′ khusus untuk sistem perkabelan bawah tanah, dan petugas bisa bekerja dibawah

13741402121736404791
news.detik.com
Pohon tumbang dan tiang listrik dan kabel2 rusak, dapat membahayakan warga

Tetapi kerugiannya :
-          Investasinya relatif lebih besar dibanding sistem perkabelan di udara
-          Agak sulit mencari titik permasalahan, sehingga gangguan akanlebih lama memperbaikinya
-          ‘Gorong2′ khusus untuk sistem perkabelan hars ‘tahan’ banjir’. Maksudnya bahwa  material gorong2 
bukan hanya material beton saja ( karena beton bisa juga bocor atau merembes ) dan ‘gorong2′ harus tahan dengan desakan akar pohon dan ketidak-stabilan tanah

Memang ada positif dan ada negatifnya. Jika memang  Jakarta enggan untuk merubah sistem perkabelan dari udara ke sistem bawah tanah, tidak mengapa, tetapi tetap saja kita bisa ‘memperbaikinya’. Artinya, kabel2 yang sudah lama, diulur sedemikian dan dibuat sitem perkabelan udara dengan lebih efisien. Kabel2 lama yang ( mungkin ) tidak terpakai atau sudah rusak, di buang, dan kabel2 lama yang sudah aus atau yang sudah dikerat tikus sehingga isa membahayakan warga, diganti yang baru. Sehingga secara pengelihatan, kabel2 di udara akan telihat lebih rapih.

Sistem perkabelan udara memang lebih ‘irit’ biaya maintenancenya, teapi lebih dapat membahayakan warga. Bahkan petugas listrik atau telpon pun jika butuh memperbaiki atau maintenance kabel2nya, apakah sudah melakukan ‘SOP’ nya ( Standrad Operation procedure ) tentang keamanan, seperti di bawah ini?

13741402551610649589
nasional.kompas.com
1374140341736642271
www.tempo.co

“Jakarta, terserah mau pilih yang mana?”

Tags:

0 Responses to ““Wah, Mereka Berani ya Bergelantungan di Udara Jakarta?” Ngeri, Ah …..”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks