Rabu, 17 Juli 2013

Semakin Bertambah Saja ‘Beban Jakarta’ …..



By Christie Damayanti


13740516481526051366
property.okezone.com

Jakarta yang benar2 padat, tanpa jeda untuk Ruang Terbuka Hijau ( RTH ). Apaka kita masih ingin ‘membebani’ Jakarta?

Konsep hunian Jakarta, setahuku dengan keadaan Jakarta sekarang ini adalah ‘poros Timur - Barat’. Walau tetap ada hunian2 di Jakarta Utara ( apalagi dengan sedang di reklamasi-kan tanah Jakarta menjorok ke laut, reklamasi ini sebenarnya tidak sesuai dengan kondisi alam dengagn semakin berkurangnya hutan mangrove serta tidak sesuainya tentang arus laut dimana semua air akan berbubah sedemikian jika ada tangan2 yang membuat arus laut menjadi tidak seimbang ), dan ke Jakarta Selatan ( yang sebenarnya untuk daerah peresapan air ), ‘poros Timur - Barat’ adalah yang terbaik.

Aku tidak mau membahas tentang reklamasi sekarang ini. Sekarang yang mau aku bahas adalah konsep hunia Jakarta. Bahwa karena Jaarta merupakan kota pantai dan selatan Jakarta merupakan daerah peresapan, hunia Jakarta memang seharusnya hanya dari Timur ke Barat saja …..

Tetapi bagaimana realisasinya?

‘Poros Timur - Barat’, memang terjadi, terbukti bahwa banyak sekali developer2 atau pengembang2 membebaskan tanah untuk hunia ke daerah Timur ( Bekasi ) dan ke  daerah Barat ( Serpong, Cengkareng ). Tetapi kenyataannya lagi bahwa banyak juga pengembang2 yang membebaskan lahan ke daerah Selatan Jakarta ( Bogor, Bintaro dan sebagian Depok ) serta ke Utara Jakarta dengan reklamasi.

Awalnya adalah, ‘poros Timur-Barat’ dari Pulo Gebang ( Kantor Walikota  Jakarta Timur ) sampai ke Kembangan ( Kantor Walikota Jakarta Barat ). Bahwa sebagian besar hunian akan di lebur ke arah tersebut. Sehingga fasilitas2 hunian di antara jalan itu mulai di kerjakan sesuai konsep. Panjang dan besar jalan, seharusnya sesuai dengan perhitungan perbandingan jumlah warga Jakarta yang menghuni di Timur dan Barat Jakarta. Keanehan pertama yang terjadi, yang aku amati adalah :

“Mengapa besar Jalan dari Pulo Gebang sampai Kembangan tidak di desain sesuai dengan 
kebutuhannya?”

Dari Pulo Gebang. Daerah ini memang merupakan daerah baru, jadi cukup nyaman. Tetapi ketika dari Pulo Gebang menuju Klender sampai ke Kampung Melayu, mengapa sampai sekarang lebar jalan disana tidak pernah berubah? 

Padahal, daerah Pulo Gebang sampai Kampung Melayu atau setelah Pulo Gebang ke Bekasi, sudah pada penduduk. Lebar jalannya hanya 2 mobil saja, dengan kanan kiri untuk parkir. Sedangakan, jika diperlebarpun pasti harus membebaskan tanah di kanan-kirinya. Dan si pemilik rumahpun tidak ‘bodoh’, mereka tahu bahwa daerah itu sudah berkembang sehingga mereka menjual tanah mereka dengan mahal. Jika sejak dulu di desain dengagn komprehensif, pastilah akan lebih baik …..

Begitu juga lebar jalan dari Kembangan sampai tol. Tidak ada perubahan lebar jalan. Padahal Jakarta Barat lebih padat lagi dibandingan dari Jakarta Timur.

Yang lebih ‘aneh’ lagi, selatan Jakarta di’bela-bela’in untuk hunian padahal seharusnya untuk penyerapan, tetapi justru dibangun untuk hunian. Memang, masih bisa untuk hunia, tetapi tidak sebagian besar! Justru sebagian besar di Selatan Jakaarta adalah untuk penyerapan, apalagi semakin ke selatan ( ke arah Bogor ), semakin membutuhkan penyerapan, untuk air dari hulu tidak memenuhi Jakarta ……. 

Ditambah dengan reklamasi Jakarta yang menurutku, justru akan ‘merusak’ Jakarta dan pulau2 yang lain, dengan berubah arus air laut.

“Apakah belum cukup Jakarta sebagai ‘kelinci percobaan?’ Konsep Jakarta sebenarnya sudah bagus dengan banyak urban planner tetapi entah bagaimana, Jakarta dibutuhkan untuk ‘coba-coba’ untuk (katanya ) Jakarta lebih baik lagi”.

Memang, tol ke daerah Timur dan Barat Jakarta sudah terealisasi. Yang aku ingat, pemda Jakarta memang akan membangun jalan tol untuk ‘poros Timur-Barat’, tetapi tidak untuk selatan Jakarta! Artinya, seharusnya pemda tidak membangun tol untuk mempermudah arus lalu lintas untuk rumah2 di selatan Jakarta. 

Artinya lagi, supaya warga Jakarta marus mikir jika mau beli rumah disana karena tidak ada akses jalan tol, karena benar2 selatan Jakarta harus untuk penyerapan air ……

Hunian Jakarta memang penuh problematika. Yang bisa membeli hunian di Jakarta sekarang ini adalah pekerja menegah keatas, dengan harga hunian yang luar biasa mahal! Padahal, justru hunian di Jakarta ini seharusnya lebih diperuntukan oleh pekerja menegah kebawah. Karena untuk warga Jakarta mengeah keatas, mereka sudah mempunyai rumah, bahkan bukan hanya 1 rumah saja. Ada yang lebih dari 2 rumah atau apartemen.

Tetapi bagaimana dengan warga Jakarta mengah kebawah, bahkan wawrga Jakarta yang ‘jobless?’ Jangankan membeli rumah, untuk mengontrak atau kost saja tidak bisa ….. mereka beramai2 membangun gubuk2 liar yang ada di sekeliling Jakarta …..

***

Kembali dengan ‘poros Timur-Barat’ hunian Jakarta. Sepertinya Jakarta semakin lama semakin semrawut tanpa mengindahkan lingkungan. Jakarta sendiri, sudah semakin melebar dengan dukungan kota2 kecil di seekliling Jakarta, seperti Jabodetabek ( Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi ). Artinya Jabotabek ini sudah merupakan ‘kota Jakarta’. 

Warga Jakarta tinggal di Jabodetabek dan mereka sebagian besar masih bekerja di jakarta downtown. Tetapi tidak ada Utara Jakarta dalam Jabodetabek? Artinya, sebenarnya Jakarta ‘tidak merestui’ adanya pelebaran hunian  Utara Jakarta ( sayangnya tetap ada ke arah Bogor ) …..

Hehehe …… mungkin ini hanya mimpi saja, bahwa Jakarta tidak ‘merusak’ Jakarta sendiri dengan memperlebar Jakarta ke selatan dan utara Jakarta. Justru lebar jalan pada ‘poros Timur-Barat’ Jakarta lah yang harus diperhatikan. Dengan pelebaran jalan2 tersebut, warga Jakarta semakin nyaman untuk melaju di ‘poros Timur-Barat’ Jakarta. 

Tetapi sepertinya agak terlambat. Artinya, semakin kemari, semakin banyak warga Jakarta yang lebih memilih untuk mencari rumah di selatan Jakaarta, karena memang di daerah selatan masih nyaman untuk tinggal.  Dan pemda sendiri pun tetap ‘melihat peluang’ agar membangun jalan tol ke arah Selatan Jakarta …..

Beban fisik kota Jakarta sudah cukup banyak. Dengan kepadatan penduduk dan gedung2 dan perumahan serta sistem transportasi yang ada, ternyata 

Jakarta pun mendapat beban baru, secara fisik, yaitu ketidak-pedulian warga Jakarta dengan membangun perumahan2 di selatan Jakarta yang seharusnya untuk penyerapan air. Tanah2 selatan Jakarta yang seharusnya tidak untuk dibangun perumahan, menjadikan Jakarta secara fisik terus ‘menurun’. Ditambah lagi, air yang mengalir di atas permukan tanah ( karena tidak terserap ke dalam tanah ), merupakan beban baru untuk Jakarta, tercinta  ……

Apalagi beban reklamasi di Utara Jakarta. Beban baru untuk Jakarta, karena semakin lama, tanah Jakarta benar2 semakin ‘turun’. Apalagi beberapa ahli berkata bahwa air laut Jawa sudah masuk sampai Monas …..

***

‘Poros Timur-Barat’ Jakarta untuk hunian, pastilah sudah diperhitungkan dengan matang oleh ahli2 Jakarta. Dengan beban Jakarta secara fisik, Jakarta melebar dengan dukungan2 kota2 kecil di sekelilingnya Jabodetabek. Apakah kita terus menerus akan ‘membebani’ Jakarta? Karena memang jika demikian, Jakarta semakin lama akan semakin ‘menurun’, dan tempat tinggal kita semakin lama semakin semrawut dan tidak nyaman, bahkan kita bisa segera ‘tenggelam’ …..

Tags:

0 Responses to “Semakin Bertambah Saja ‘Beban Jakarta’ …..”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks