Senin, 08 Juli 2013
‘Keangkuhan dan Kesombongan’ Taman Monas
Senin, 08 Juli 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti

dtfl.klixdigital.com
Apa kabar Monas dan tamannya? Sebuah
icon Jakarta yang seharusnya merupakan kebanggan warga Jakarta. Tetapi
pamornya kalah dengan landmark2 di beberapa pojok Jakarta ini, yang
memang lebih baru, lebih gres dan lebih menarik ….. Landmark2 Jakarta
yang mengikuti jaman dan sering tidak mengindahkan konsep dan ide budaya
lokal serta lingkungan …..
Ketika sebuah icon, apalagi icon ibu
kota, lambang negara, di ‘pagari’ dengan pagar2 tinggi, mengakibatkan
icon tersebut berkesan ’sombong’, angkuh dan arogan. Icon ibu kota yang
merupakan kosep penghijauan dan lingkungan, seharusnya merupakan sebuah
lingkungan yang bisa dinikmati oleh siapa saja. Bahwa udara bersih,
penghijauan dan lingkungan yag nyaman merupakan hak semua orang, tanpa
harus di batasi dan dipagai, apalagi icon ini merupakan titik ’sentral’
sebuah kota Jakarta, bertempat persis di tengah2 ibu kota dan
mengelilingi Monas.
Cerita ini berawal ketika pagar2 tinggi
dipasang sekeliling Taman Monas di suatu saat bbeberapa tahun lalu,
sebuah taman yang seharusnya menjadi taman kebanggaan Jakarta dan
sebagai tempat bermain bagi warga Jakarta. Taman Monas dengan pepohonan
yang cukup rindang tetapi tidak di desain sedemikian yang membuat Taman
Monas tidak tampak ‘hidup dan cantik!’, membuat Taman Monas ini
terlihat nagkuh dan sombong! Seakan2 hanya beberapa gelintir orang yang
boleh masuk dan hanya dinikmati oleh orang2 yang benar2 mau dan peduli
dengan lingkungan.

space.kunci.or.id
Indahnya Taman Monas jika terbuka ( tanpa pagar kokoh dan tinggi ) …..
Aku pernah ke banyak kota, dan ibu kota
negara. Di masing2 kota pasti mempunyai icon tertentu, dan yang jelas di
kota2 tersebut selalu di desain taman cantik, taman bermain ataupun
ruang2 terbuka hijau untuk sekedar daerah peresapan air hujan. Selalu
ada! Sebuah taman kota yang cantik dan bisa untuk ‘meeting point’
ataupun sekedar berjalan2 bagi warga kota, dengan keluarganya serta
wisatawan sangat nyaman untuk berjalan2 disana.
Bahkan pemda pun
memberikan ijin untuk sekedar ‘piknik’ di taman kota ASALKAN semuanya
harus menjaga kebersihan, kemanan dan kenyamanan.
Aku juga pernah mengamati dengan detail
dan serius, sebuah taman kota di London, berseberangan dengan icon kota
itu, Buckhingham Palace. Taman kota disana, disebut Hyde Park, sebuah
taman yang sangat cantik yang benar2 di desain sesuai dengan martabat
kota London dengan Buckhingham Palace nya, tempat Ratu Elizabeth dan
keluarganya bermukim.
Taman Monas memang berbeda dengan Hyde
Park atau taman2 kota di tempat lain. Dan yang jelas, masing taman kota
mempunyai konsep dan budaya lokal dikedepankan.
Sebenarnya, tidak susah untuk membuat
sebuah taman kota, sebagai icon ibu kota. Yang jelas, tanaman2nya sesuai
dengan suhu dan lingkungan, sebagian besar berasal dari negara masing2 (
karena tanaman lokal merupakan tanaman yang terbaik untuk sebuah taman
kota ). Begitu juga dengan perawatannya. Harus tidak terlalu susah,
walau tetap memakai jasa warga kota untuk merawatnya, seperti periodik
sekali untuk menggunting dan memotongnya, serta menyiramnya sesuai
dengan waktu2nya.

jakarta.panduanwisata.com

news.detik.com
Aku memang sudah lama tidak kesana (
sejak aku sakit ini ), sehingga tidak tahu keadaannya sekarang. Tetapi
jika tidak berubah, Taman Monas sebenarnya cantik, menarik serta mampu
membuat nyaman setelah elihat kemacetan di sekelilingnya.
Dengan jasa memeliharanya,
seharusnya Taman Monas akan membuat warga kota mempunyai tempat bermain
dan berekreasi yang murah dan cantik bagi keluarganya …..


Pada kenyataannya, jasa pemeliharaan
tidak sesuai dengan keinginanku, sebagai warga kota. Sering kita
melihat daun2 kering dan rumput, yang tidak dipotong, atau penyiaraman
yang hanya sekedarnya. Artinya, springkler2 yang tidak sesuai dengan
waktunya, sehingga ada daerah2 mana yang kering dan justru ada daerah2
yang sangat becek, karena skringkler2 yang tidak diatur.
Kembali dengan Taman Monas. Warga
Jakarta menurutku memang sangat ‘brutal’. Artinya, mereka memang tidak
peduli dengan kebersihan. Jika mereka ‘dibiarkan’ berkeliling taman
kota, serta mereka piknik disana, bakalan semuanya akan kotor dengan
sampah2 bertebaran! Itu memang benar sekali!

berita8.com
Jika seperti foto diatas, memang
seakan2 solusinya adalah dengan menutup akses taman bagi wawrga kota.
Jika warga kota ingin masuk, harus melalui ’serangkaian’ tata cara untuk
menataati peraturan2 disana.
Peraturan2 itu seharusnya juga sudah merupakan KEHARUSAN
BAGI SEMUA ORANG untuk menjaga kebersihan, keamanan serta kenyamanan.
Edukasi2 bagi warga kota lah yang harus terus dilakukan.
Di tambah dengan pramuwisma yang
biasanya bisa tidur dimana2 saja, apalagi di taman. Mereka akan memenuhi
taman2 kota. Juga aku pernah melihat taman kota menjadi ajang
berpacaran muda mudi dengan tidak senonoh. Duh …..

beritajakarta.com

kfk.kompas.com
Bagaimana warga kota yang terus
melanggar peraturan? Bahkan pagar yang kokoh pun bisa dirusak untuk
mereka masuk ke Taman Monas …..
Pedagang keliling yang duduk di
Taman Monas?? Jika tidak di edukasi, taman ini akan menjadi kotor dengan
sampah2 yang bertebaran serta pedagang2 tanpa izin …..
Tidak heran melihat Taman Monas dipagari dengan pagar tinggi dengan kesan angkuh dan sombong!
Ok! Sekarang, mari kita lihat taman2
kota di sekeliling Jakarta. Dimana aku sebelum aku sait stroke ini, aku
sering berkeliling dengan anak2ku untuk bermain di beberapa taman kota
di Jakarta. Aku sering bermain otopet, atau bermain sepeda serta
virgorboard dengan anak2ku di Taman Menteng serta Taman Surapati. Aku
beerapa kali bermain di Taman Kelapa Gading serta di Ragunan.
Taman Suropati memang hanya taman kecil,
tidak sebnding dengan Taman Monas, begitu juga Taman Menteng. Tetapi
aku mengamati kedua taman ini tetap terpelihara dengan baik. Sepertinya
pengelola ‘keras’ dengan wawrga kota yang bisa membuat gaduh disana.
Seperti para tunawisma yang tidak pernah terlihat disana, mud mudi yang
berpacaran dengan tidak senonoh atau pedagang2 yang tertib berdagang di
luar area taman. Sehingga ku dan anak2ku nyaman bermain disana …..
Lalu bagaimana dengan Taman Monas?
Memang, Taman Monas tetap terbuka untuk umum. Mereka bisa masuk lewat 1
pintu masuk saja. Tetapi, sunggu, dengan paga2 besar dan tinggi yang
terlihat angkuh dan sombong, warga kota merasa segan dan malas untuk
masuk kesana! Apalagi, jika ada wisatawan lokal dari luar kota ( apalagi
belum pernah ke Jakarta ). Aku sangat yakin, mereka taku untuk masuk
dan hanya berdiri di pinggir2 pagar2 tinggi, dan Taman Monas tetap
‘angkuh’ menjaga martabatnya ……
***
Sebagai warga kota, apalagi sebagai
urban planner serta arsitek humanis, aku sangat menyayangkan sebuah icon
Taman Kota yang dijaga oleh pagar2 angkuh untuk menjaga martabat taman
kota yang bersih dan nyaman. Tetapi taman ini tidak bisa dinikmati oleh
warga kota.
Seharusnya, pemda tidak hanya memberi
solusi hanya sekedar memagari Taman Monas saja. Taman Monas memang benar
kebih bersih tetapi Taman Monas tidak bisa dinikmati warga kota.
Menurutku, seharusnya pemda atau siapapun yang me-manage taman ini untuk
terus mengedukasi warga kota untuk menjaga kebersihan, keamanan dan
kenyamanannya. Serta menambah personil yang bisa mengawasi Taman Monas,
berkeliling serta terus memberikan teguran jika warga kota atau
pengunjung berbuat yang tidak2.
Solusi seharusnya bisa saling
menguntungkan, bukan hanya sekedar memutuskan hubungan interaksi antar
warga kota dengan lingkungannya …..
Tulisan berikutnya adalah
‘bagaimana membuat Taman Monas mampu membuat warga kota menjalin dan
berinteraksi dengan penghijauan dan lingkungannya tanpa keangkuha dan
sombong dalam pagar2 kokoh’ …..


Tentang Saya:

Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “‘Keangkuhan dan Kesombongan’ Taman Monas”
Posting Komentar