Rabu, 19 Juni 2013
Doaku untuk Liza, Sahabatku Seorang ‘Cancer Survivor’
Rabu, 19 Juni 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti

Dokumen Pribadi
Liza yang selalu tersenyum, walau kanker menghadangnya …..
Sebagai ‘cancer survivor’ juga, aku
sangat merasakan betapa menderitanya untuk ‘menunggu’ apa yang kanker
itu hendak lakukan dalam tubuh kita. Akankah diam di satu titik saja,
ataukan semakin menyebar? Karena ketika dokter sudah memvonis kita
mempunyai kanker ( atau tumor ganas ), dokter pasti sudah memprediksi
arah sebarannya.
Tetapi pun jika dokter sudah menyatakan
’sembuh’ dan tidak ada anak sebarannya, tetap saja kita harus terus
memantaunya. Seperti kanker rahimku setelah rahimku diangkat (
hysterektomy ) dan dokter mengatakan aku terbebas dari kanker, tetap
saja aku harus memantaunya, juga dokter menyarankannya. Tiap periodik
sekali, aku check-up dan terapi.
Salah satu teman sejak SMP ku yang
tinggal di apartemen dekat kantorku, tiba2 aku mendapatkan update status
di Facebooknya. Berhubungan dengan kesehatannya dan yang membuat aku
trenyuh ketika dia sangat terbuka sedikit ‘bercerita’ tentang fisiknya
yang harus menjalani kemoterapi. Dan diapun dengan terbuka juga memasang
fotonya ‘dulu dan sekarang’. Yang masih segar dengan rambut cantik, dan
sekarang dengan wajah tirus dan tanpa rambut …..
Sungguh, aku sangat trenyuh dan aku
merasakan sendiri ketika aku sangat ‘menderita’, batinku terpuruk (
fisikku masih sehat ) untuk ‘menunggu’ apa vonis untukku. Baik dari
dokter sendiri,juga vonis dari hatiku …..
Karena Liza, temanku itu tinggal di
apartemen proyekku, tidak ada salahnya aku mengundang dia untuk sedikit
berbincang. Aku hanya ingin berbagi, ketika aku membaca kata2nya di
update statusnya, terpancar sinar keterpurukkan, waau diselimur dengan
emoticon tersenyum dan pasrah. Aku pun demikian, dahulu. Bahkan sekarang
ketika aku sebagai insan pasca stroke, seringkali aku harus menyelimuti
dengan kedok ‘kesenangan dan kebahagiaan’ ketika tiba2 datang kabut
keterpurukkan dalam momen2 kemanusiaanku.
Beberapa hari lalu, Liza datang ke
lantai 43 untuk menjemputku, turun ke mall dan mencari sebuah cafe
nyaman. Kami harus saling menguatkan, saling peduli dan saling berdoa.
Masing2 dengan kankernya ( untuk aku, dulu ) dan masing2 dengan
permasalahannya. Dan ketika dia datang ke lantai 43 dan aku keluar
ruanganku untuk turun ke mall, mataku melihat Liza sangat kurus, hitam
dan tidak seperti Liza yang dulu. Dan aku semakin trenyuh …..
Aku langsung memelukknya dengan tangan
kiriku. Aku mengusap2 punggungnya sambil berbisik, bahwa aku peduli
dengannya. Liza memang ceria. Walau dia membungkus egelisahannya dengan
lamuran keceriaan di wajahnya, aku tetap menangkap sebagai suatu hal
yang wajar dalam selimut kemanusiawiaan-nya. Liza tetap terlihat tegar
dan terus tersenyum, ketika aku melepas tutup mulutnya.
Ya, Liza menjemputku memakai kaos yang
dia suka, dan celana panjang serta membungkus tubuhnya dengan selendang
kotak2 besar dan menutup kepalanya yang sudah gundul serta menutup
mulutnya dengan masker.
***
Dengan enak, kami bedua dengan Liza
menuju ke sebuah cafe yang nyaman. Aku, seorang dalam keterbatasan yang
harus bergantung dengan kekuatan tangan Liza, dan Liza yang
menggandengku dengan dandannya yang mungkin membuat orang lain diluar
kami meihat dengan aneh. Ah, kami tidak mempedulikannya. Yang ada hanya
hatiku yang peduli dengan Liza. Aku ingin cepat2 mendengarkan cerita
Liza …..
Ketika papa meninggal bulan Maret
2013 lalu, Liza datang bersama kakaknya untuk mengucapkan bela sungkawanya
kepadaku dan keluargaku, karena dia memang cukup dekat denganku dulu.
Waktu itu, Liza masih terlihat segar dan cukup gemuk. Wajahnya berseri
dan senyumnya terus memancar hangat ketika dia memelukku.
Tetapi ketika Liza menjemputku, dia
sangat jauh berbeda! Aku benar2 trenyuh mendapatkan sahabatku yang
sebenarnya terus selalu berusaha tersenyum, dia tetapi terus tersenyum,
tetapi dia menyembunyikan kesulitannya sendiri dengan senyumnannya.
Kami duduk di sebuah cafe yang nyaman,
dn langsung memesan minuman serta masing2 sepotong cemilan. Dan Liza
mulai membuka ceritanya tentang apa yang dia rasakan ……
***
Beberapa tahun lalu, tepatnya tahun
2011, Liza terserng kanker payudara. Cerita Liza sendiri, bahwa kanker
itu terdeteksi sangat dini. Masih belum stadium dan dia cepat2
membuangnya, sampai beberapa terapi dan dokternya mengatakan bahwa kanker
tersebut tidak akan muncul lagi. Dan Liza senang karenanya, walau tetap
dia chek-up ke dokternya dulu periodik sekali.
Tetapi beberapa bulan lalu, ternyata
anak sebar kankernya mulai menjalar sampai di beberapa organ2 penting
tubuhnya. Sadar bahwa anak sebar kanker tersebut semakin lama semakin
ganas, Liza diminta untuk terapi dengan kemoterapi.
Tiap 3 minggu dia
mengalami mual2 di perutnya, tubuhya semakin kesakitan karena efek
kemoterapi tersebut sampai dia agak susah menelan ( bahkan menelan air
liurnya sendiri ) …..
Tetapi kemo-nya sendiri menurutnya
sangat membuat aktifitas hidupnya sangat terganggu. Liza tidak bisa
makan, perutnya terus mual2. Dan dia harus selalu menyiapkan kantong
plastik di tas nya karena dia tidak mampu menelan air liurnya sendiri.
Tubuhnya kurus karena tidak bisa makan, dan rambutnya rontok sampai
benar2 gundul. Dia selalu memakai topi dan selendang untuk membungkus
tubuhnya yang ringkih ……
“Tuhan ….. aku tidak bisa berbuat
apa2 selain terus berdoa untuknya. Aku tahu, bahwa ini adalah kehendak
MU, sesuai dengan rencana MU.Doaku untuknya adalah semoga, Liza bisa
melewati ini dan rencana MU akan terjadi. Dan aku sangat percaya bahwa
rencana MU adalah yang terbaik untuknya, seperti juga untukku …..”
Dan setelah banyak cerita yang keluar
dari mulutnya, Liza membuka selendangnya. Dia meminta tanganku meraba
dadanya, tepat di ujung lehernya. Dan aku merasakan sebuah benjolan
cukup besar dan keras, membuat tulang rusuknya menonjol. Dan Liza
berkata bahwa ini sebagian dari anak sebar kankernya, sudah sampai
kesana ……
Hatiku hancur menatapnya. Dengan cepat
aku mengusap tangannya dan mataku berkaca2. Tetapi Liza tetap tersenyum
dan sering tertawa. Aku tahu, dia ingin ‘mengelabuhi’ dirinya sendiri
dan mengelabuhi aku. Dia terus ingin terlihat sehat, dan tidak ingin
terus terpuruk. Tetapi aku bisa melihatnya! Ya! Aku kan juga pernah
menjadi seorang cancer survivor, dimana aku mengerti bahwa bukan fisikku
saja yang digerogoti kanker ganas itu, tetapi hati dan pikiranku juga
digerogotinya lewat perasaan dan ketakutan …..
Aku mendengarkan ceritanya dengan
seksama. Walau aku menangkap kegelisahan dalam dirinya, tetapi dia terus
berusaha untuk tetap tegar! Keluar-biasaannya lah yang membuat aku
merasa tidak ada apa2nya dengan kelumpuhanku. Ya, memang kami merupakan
2 orang produk dengan 2 penyakit yang berlainan, tetapi tetap semua
penyakit ini tertumpu dengan akhirnya, menuju kematian!
Mungkin tidak semua orang sadar bahwa
bukan hanya kita yang bermasalah dengan kesehatannya, yang lebih dahulu
dipanggil Tuhan. Tuhan akan memanggil kita, jika DIA menghendakinya, dan
tugas kita sudah selesai di dunia. Jadi, tidak benar bahwa kita, orang2
yang sedang berpenyakit, yang akan duluan dipanggil Tuhan, tetapi semua
orang beresiko akan di panggil Tuhan, kapanpun!
Itulah yang membuat aku terus
berpengharapan! Bahwa jika Tuhan memang masih mempunyai tugas untukku,
pasti semuanya akan diberikan kepadaku, walau mungkin aku tetap dalam
keterbatasan.
Pengharapan itu selalu ada. Dan ketika pengharapanku yang
terus berpendar untuk mengasihi keluargaku, aku sangat tegar untuk terus
mengucap syukur kepada NYA dan terus percaya bahwa masa depanku dan
keluargaku semakin bersinar …..
Begitu juga dengan Liza. Sangat senang
melihat Liza selalu tersenyum, walau tetap memancarkan kegelisahan
seorang cancer survivor. Dan aku terus beerdoa dengan keadaannya …..
Catatan :
Hari ini dia mulai berobat ke sebuah
negara, sebagai alternatif dari terapi kemo-nya yang sangat
mengganggunya. Jika berkenan, untuk bisa mendoakannya supaya dia mampu
melewati ini ……
Tulisan ini sudah melalui
persetujuannya, termasuk keadaanya. Dan dia mengharapkan doa teman2nya
untuk terus bisa bertahan dalam kemungkinan2 terbaik.

Liza beberapa bulan yang lalu ( memakai baju merah ) …..
Terima kasih, Tuhan berkati!


Tentang Saya:

Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Doaku untuk Liza, Sahabatku Seorang ‘Cancer Survivor’”
Posting Komentar