Kamis, 30 Agustus 2012
[CFBD] Cikal Bakal Dunia Karierku sebagai Arsitek Profesional
Kamis, 30 Agustus 2012 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti

mutoh.com
‘Barang’ ini adalah kasus ter-jadul bagi
terbangunnya karierku. Adalah meja gambar MUTOH. Namanya memang meja
gambar, sebuah meja untuk menggambar arsitektur. Sebelum tahun2 aku
kuliah ( tahun 1988 sampai tahun 1992 ), banyak mahasiswa arsitektur
yang hanya memakai meja gambarnya saja, tanpa mistar atau penggarisnya.
Tetapi, syukurlah, aku sudah dibelikan papaku sebuah mistar gambar untuk
meja gambar sebagai mahasiswa arsitektur …..
Meja gambarnya sendiri, tidak mahal.
Terbuat dari kayu dengan ukuran besar dan di permukaannya ditempel
kertas milimeter blok dan di lapisi plastik. Ada yang buatan lokal dan
ada juga yang import. Kalau tidak salah, aku beli di Gramedia. Mejanya
saja sekitar 200 ribu, tanpa mistar khusus.
Itu waktu aku baru masuk kuliah tingkat
pertama. Ketika aku beranjak ke semester 3 ( sudah 1,5 tahun ), aku
minta dibelikan mistar gambar, karena tugas2ku jauh lebih detail.
Sebelumnya, aku hanya memakai penggaris ‘T’, bukan mistar gambar
khuusus. Penggaris ‘T’ ini digantungkan di meja gambar, di sebelah atas
untuk ‘mengikat’ penggaris2 kecil jika aku butuh untuk menggaris secara
arsitektural.
Dan ketika semester 3, aku memang harus mulai tugas2
Konstruksi Bangunan, dan gambar serta tugas ini sangst memrlukan
peralatan khusus untuk membuat bagian2 bangunan dari nol sampai bangunan
itu selesai …..

Aku denga MUTOH ku tahun 1991-an ….. hihihihi, jadulllllll ……..
Lalu, papaku mengajakku ke Gramedia dan
aku dibelikan mistar dengan mesin, dengan merk MUTOH, sebuah merk
terkenal bagi dunia arsitekur. Waktu itu mistar panjang serta
asesorisnya termasuk lampu meja gambarnya, seharga 1 juta. Sebuah
investasi yang tinggi sebagai ‘calon’ arsitek muda sekitar tahun 1990-an
……
Setelah itu, semangatku membara! Benar2
membara, secara aku melihat papaku bekerja keras untuk menjadikan aku
seorang arsitek muda yang profesional. Apapun yang aku butuhkan untuk
kuliahku, papaku selalu membelikan, walaupun harganya mahal. Dimana
buku2 arsitektur ( sampai sekarangpun ) masih mahal dan dulu belum ada
internet. Aku sangat ingin membahagiakan kedua orang tuaku, terutama
papaku. Bahwa papa memang benar2 ingin aku berhasil dalam kehidupanku
nantinya, sebagai seorang arsitek …..
Dulu, kuliah arsitektur adalah sebuah
kuliah terlama setelah kedokteran. Kakak2 kelasku yang paling cepat
lulus arsitek tahun diatas aku paling tidak 7 tahun. Banyak yang belum
selesai kuliah setelah 10 tahun belajar. Aku sih tifak ‘neko2′. Aku
hanya ingin membahagiakan orang tuaku, bagaimanapun caranya. Aku belum
punya apa2. Jadi, apa yang aku bisa berikan? Aku hanya bisa belajar! Dan
itu aku, aku belajar dengan sangat giat untuk bisa lulus dengan cepat
dan gemilang, karena aku juga tahu bahwa biaya kuliahku sangat mahal
dengan fasilitas2 khusus bagi seorang calon arsitek …….
Dan sebuah MUTOH melecut semangatku.
Bukan hannya tugas2ku saja yang aku kerjakan, pun aku banyak membantu
teman2ku untuk mengerjakan tugas2 mereka, secara mereka banyak sebagai
mahasiswa daerah dan mereka kos di Jakarta. Jangankan meja gambar MUTOH,
untuk makan merekapun sehari2 harus menunggu kiriman uang dari orang
tuanya setiap bulan. Alhasil, mereka ( yang 80% merupakan pria ) sering
menginap di rumahku, meminjam meja gambarku …..
Aku sih fine-fine saja. Dan itu cikal
bakalku sebagai ‘preman proyek’. Dengan modal meja gambar untuk
mendesain, aku bekerja sama dengan beberapa teman2ku dalam ‘bekerja’,
walau masih kuliah. Dan meja gambar inilah menjadi titik tolak karierku
sebagai seorang arsitek profesional dan mulai dikenal di kalangan
terbatas, sekarang ini …..
Terima kasih meja gambarku. Jika
sekarang sudah ada CAD, sebuah program desain arsitektur lewat komputer,
sekarang pun, sebuah MUTOH TIDAK KALAH HEBATNYA, sebagai modal belajar
arsitektural. Dalam jaman sekarang, ketika aku mengajar sebadai dosen
Studio 1 sampai Studio 4 sebelum aku sakit, setiap awal tahun ajaran
baru, aku mengharuskan mahasiswaku untuk bisa menggambar tanpa CAD, dan
memakai meja gambar.
Karena seperti yang aku sering katakan, bahwa
sebuah teknologi modern harus bisa membuat kita lebih baik, tetapi tetap
menjunjung tinggi fasilitas2 ‘jadul’ yang memang terbaik di jamannya.
Seorang arsitek, tidak akan bisa
mendesain dengan sketsa tangan jika hanyanterus memakai CAD. Padalah,
sketsa tangan ini sangat diperlukan oleh banyak arsitek2 senior di luar
negeri untuk mengekspresikan keingian ita sebagai arsitek serta hati
kita sebagai desainer. Sketsa tangan akan menjadikan desain kita lebih
enak dan apik dilihat. Berbeda jika kita menggambar dengan CAD.
Ini sedikit cerita jadul dari meja
gambar jadul-ku. Meja ini tetap aku rawat dengan ‘baju’ khusus walau
sudah lebih dari 20 tahun tidak aku pakai ….. Mungkin bisa menjadi
sebuah barang antik, jika mimpiku terwujud dalam membuat sebuah gallery
kekuargaku …..
Salamku …..


Tentang Saya:

Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “[CFBD] Cikal Bakal Dunia Karierku sebagai Arsitek Profesional”
Posting Komentar