Senin, 11 Agustus 2014
Mahasiswa ‘Cool’ Menjemput Masa Depan di Universiteit van Amsterdam
Senin, 11 Agustus 2014 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti

en.wikipedia.org
Dari Museum Amsterdam, Arie masih mengajak kami untuk ke 2 tempat lagi untuk kami datangi.
Pertama, adalah Universitas Amsterdam, tempat kedua anak2 Arie kuliah
dan lulus dari sana. Dan universitas ini berada tidak jauh dari
Kalverstraat, sekalian kesana, katanya.
Kedua,
adalah sebuah toko temannya, yang menjual benda2 filateli, dimana
memang ini adalah ‘dunia kami’, dunia filateli. Tempatnya pun tidak jauh
dari Kalverstraat dan juga tidak jauh dari hotel kami. Arie ingin
mengantarkan aku berburu prangko, yang aku tahu, Arie sangat mendukungku
dalam berkarya di dunia filateli.
Universitas Amsterdam. Untukku,
universitas ini juga termasuk ‘tersembunyi’, seperti Gereja The Parrot
atau Komunitas Begijnhof, atau juga Museum Amsterdam. Dimana universitas
ini juga berada dalam bangunan2 berarsitektur khas Amsterdam. Tingginya
pun sama dengan lingkungnnya, antara 2 - 5 lantai.
Nama ‘Universitas Amsterdam’ pun tidak
berpromisi dimana2. Aku tidak melihat sama sekalidi papan2 petunjuk atau
di baliho2 kota. Hanya ada 1 kecil di pintu masuk yang hanya selebar 1
ruko! Sama sekali tidak menandakan ini adalah sebuah universitas
nasional Holland. Universitas ini elegan, desainnya sesuai dengan
lingkungannya. Bangunan berarsitektur khas Belanda, dan sangat klasik.
Elegan!
Lalu
juga, aku tidak tahu, apakah pintu masuk ini merupakan pintu masuk
utama, atau jangan2 ada pintu masuk atau gerbang utama, ditepi jalan
besar? Karena pintu masuk ini hanya berada di jalan lingkungan di tepi
dalah satu kanal Amstel River. Tetapi ketika aku googling tentang universitas ini, ternyata terlihat. Memang pintu masuk utamanya adalah yang kami lewati waktu itu …..

Michelle
sepertinya sangat tertarik untuk belajar disana. Dia banyak bertanya
dengan Arie dan Arie setia menjawab semua pertanyaan2 Michelle …..
Memang
ada pintu masuk belakang ( yang kami masuk ) dan dari pintu samping.
Tetapi pun pintu depannya bukan di jalan besar. Sehingga, memang seperti
‘tersembunyi’ …..

Pintu
masuk dari belakang, banyak sekali sepeda dirantai disana. Karena
memang mahasiswa2 disana semua memakai sepeda. Parkir mobil jarang dan
mahal. Ini juga yang membedakan
antara mahasiswa2 di Holland ( khususnya di Amsterdam ) dengan
mahasiswa2 di negara2 lain, khususnya di Amerika, yang bebas memakai
mobil mahal ……
Sedikit tentang Universitas Amsterdam, yang aku tambahkan dari Wikipedia :
Universitas
Amsterdam merupakan universitas riset yang lengkap di Belanda, terletak
di Amsterdam dengan mahasiswa sekitar 23.000 orang dan ribuan pegawai.
Mempunyai 7 fakultas utama, yaitu fakultas Humaniora, Sosial, Psikologi,
Ekonomi, Hukum, Sains, Kedokteran dan Kedokteran Gigi. Universitas ini
ternyata juga saah satu yang utama di
Eropa!
Menyelenggarakan
program internasional dan menawarkan juga 85 program master yang
diselenggarakan dalam bahassa Inggris serta sejumlah kursys bahasa
Belanda …..
***
Universitas Amsterdam. Untukku sendiri, sebenarnya lebih melihat suasana
yang sebenarnya, universitas dunia. Karena anak2ku sudah mejelang
kuliah dimana aku memang menginkan mereka kuliah dimanapun mereka
inginkan. Kerja kerasku adalah salah satu bukti untuk mereka bisa kuliah
yang terbaik untuk mereka.
Sebenarnya
juga, aku belum terpikir untuk menyekolahkan mereka ke Belanda. Pertama
adalah bahasanya dan kedua adalah kami tidak mempunyai keluarga disana.
Jika Tuhan menghendaki, memang akan terjadi, ketika Arie menjadi salah
satu keluargaku di Holland. Tetapi, referensi ke universitas ini bisa
membuat kami merenung dan berpikir untuk anak2ku.
Begitu
kami masuk, suasana perkuliahan pun sangat terasa. Walau ini ‘summer’
dan summer atau musim panas merupakan incaran mahasiswa dimanapun,
ternyata banyak juga mahasiswa2 disana yang mengambil ‘short term and
programme’ di musim panas. Mungkin mekera ingin cepat lulus karena buth
biaya banyak bagi mahasiswa2 dari negeri lain, atau juga karena mungkin
mereka ingin mengambil ‘kerja sambil kuliah’. Menyenangkan sekali,
mengingat masa2 kuliahku dulu, di perantauan ( lihat tulisanku Jejak Kenangan : Masa-Masa Kuliah di Perantauan ).
Mahasiswa2
nya sepertinya bukan hanya mahasiswa2 lokal dari seluruh Holland. Walau
terlihat universitas ini ‘kecil’, tetapi ketika aku mendengarkan mereka
berbicara antar teman, ada yang berbahasa Belanda. Tetapi juga ada yang
berbahasa Jerman, Perancis, Italia bahkan Spanyol. Walaupun mereka
‘bule’, kami bisa sidikit membedakan negara asal mereka. Bahwa ada juga
bule berbahasa yang aku tidak mengenalnya, pun ada!


Beberapa mahasiswa local dan asing dengan tugas2nya …..
Untuk
mahasiswa Negroid, terdengar mereka memakai bahada Inggris. Entah
Negroid dari Amerika atau dari Afrika, aku tidak tahu. Mahasiswa2 dari
Asia pun ada beberapa. Mereka banyak dari Vietnam, China, dan Filipina.
Beberapa juga dari India dan Srilangka. Ada 1 mahasiswa dari Malaisya.
Aku belum melihat dan mendengar mahasiswa dari Indonesia …..
Aku tertawa sekeras2nya, ketika Michelle anakku yang baru lulus dari SMP,
membisikan sesuatu kepadaku, katanya,
“Mama, cowo2 mahasiswanya keren2 yaaaaa …..”
Hahaha
….. sungguh! Lucu skali. Ternyata pandangannya tentang cowo, sama
dengan pandanganku, cowo keren! Hehehe, mereka seumuran anak2ku, remaja
baru gede, tetapi memang beda mahasiswa Eropa ( terutama mahasiswa
Belanda ya ) dengan mahasiswa Amerika, sangat jauh!
Karena
kami sering ke Amerika, aku merasakan perbedaan itu. Mahasiswa Amerika
lebih terfokus denan ‘topeng’ mereka. Baju yang bagus yang pasti mahal,
topi keren, sepatu mahal dengan banyak asesoris yang ‘aneh2’ dan gayanya
sangat flamboyant atau justru sangat urakan.
Di
Universitas Amsterdam ini, aku melihat jauh berbeda. Mereka terlihat
‘cool’ dengan baju seadanya, memakai jeans dan kemeja atau kaos dibawah
kemeja dengan pullover atau jaket ala Eropa. Tidak memakai anting2
nahkan mahasiswinya pun sangat sederhana …..
Akhirnya,
bagai remaja, aku berbisik2 dan tertawa ketika melihat beberapa
gelombang mahasiswa keluar masuk dengan gaya yang ‘cool’, keren serta
terlihat santai. Ya, aku memang bisa ngobrol dengan Michelle menyngkut
banyak hal, termasuk ‘cuci mata’ tentang cowo2 keren, hihihi ……
Sepertinya,
Michelle tertarik untuk bersekolah disana, tetapi bukan Dennis. Dennis
lebih memilih kuliah di Jakarta, menemani aku, mamanya ( dan eyangnya )
yang mungkin dia pikir bisa membantunya, seperti sehari2 sekarang ini ……
Ah, Dennis, mama terharu dengan keinginanmu …..
***
Tidak terasan, mungkin 2 jam kami berkeliling di Universitas Amsterdm
dan kami sempai ‘tea time’ di café disana. Seperti biasa,aku mmesan Hot
Milk Tea, Arie memesan Hot Coffee dan anak2 memesan yang mereka
inginkan.
Café atau kantin mahasis, dengan fasilitas2 penuh yang disediakan universitas …..
Menyenangkan sekali, walau hanya berjalan2 bukan di tempat2 wisata sebuah kota dunia, Amsterdam, karena
senang dan tidak melulu membuang uang dan berjalan2 di tempat
wista saja. Senang dan bahagia harus mulai dengan ‘hati’ yang tulus
untuk saling mengasihi satu dengan yang lainnya …….
Sebelumnya :


Tentang Saya:

Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Mahasiswa ‘Cool’ Menjemput Masa Depan di Universiteit van Amsterdam”
Posting Komentar