Senin, 11 November 2013
Menebar Kasih dalam ‘Komunitas Pendukung’ Berbagai Permasalahan
Senin, 11 November 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Komunitas pendukung
Aku tidak menemukan tentang certa sebuah
komunitas atau kelompok pendukung dalam sebuah rumah sakit. Hanya
sebuah kelompok pendukung pemberian ASI di beberapa rumah2 sakit dan
klinik di Jakarta. Tetapi tidak komunitas atau kelom[ok pendukung untuk
sebah penyakit. Padahal, sebagai insan pasca stroke, aku merasa sangat
terdukung ketika banyak orang2, baik yang memang teman atau orang2 lain,
sangat peduli serta mendoakan untuk pemulihanku.
Ketika aku 2 minggu di sebuab rumah
sakit di San Francisco tahun 2010 lalu setelah terserang stroke,
kelompok2 pendukung di rumah sakit tersebut lah yang terus menemaniku di
ruangku, membawakan makanan2 kecil, bernyanyi untukku, memainkan harpa
bahkan membawaka seekor anjing Golden Retriver cantik untuk aku peluk.
Aku ingat, wajahku bersinar hangat
ketika beberapa kali anjing itu datang ke ruanganku. Sambil dia
menjilat2 tangan kananku yang lumpuh, aku mengusap2 kepalanya. Hatiku
sangt teduh, si pemilik atau kelompok pendukung itu, dengan ramah terus
tersenyum dan tertawa ketika aku membuka mulutku, karena suara yang aku
keluarkan hanya suara ‘alien’ yang tidak bisa dimengerti. Maklum, 2
minggu di rumah sakit disana, aku benar2 belum bisa berkata2 yang
dimengerti …..
Bagitu juga dengan kelompok pendukung
yang lain, yang membawa sebuah harpa besar dengan seorang ibu2 tua yang
memetik harpanya. Sebuah lagi merdu keluar dari harpa tersebut, yang
membuat aku benar2 teduh dan nyaman ……
Ibu2 tua yang memetik harpa untukku, sebagai salah satu kelompok pendukung dan motivator insan pasca stroke …..
Tidak ada yang mau sakit, apalagi sakit
berat seperi stroke. Tetapi jika kita mendapatkan penyakit berat
tersebut, lalu bagaimana? Tetap berserah, dan bersyukur, bukan? Artinya,
kita tetap hars bersemangat untuk hidup kita, tetap berkarya walau
dalam keterbatasan kita.
Sekarang, jika aku sebagai insan pasca
stroke yang sudah merasakan berata luar biasanya Tuhan itu dengan
membuat aku sampai seperti ini, dan terus memberkati hidupku, apakah
yang aku harus perbuat untuk menyatakan terima kasih ku kepada Tuhan?
Aku tetap cacat, tetap dalam keterbatasan, serta aku tetap belum mandiri
ketika aku meman masih harus dituntun untuk berjalan. Tetapiaku ingin
berterima kasih atas ke-luarbiasa-an Tuhan dalam hidupku.
Lalu aku mulai berpikir untuk sebuah
kelompok pendukung atau komunitas pendukung, sebelum aku menjadi seperti
sekarang ini. Mulai aku ‘keluar dari kepompong’ dan bekerja kembali
walau hanya ½ tubuh saa karena tubuh kananku lumpuh, aku mulai bercerita
kepada banyak orang bahwa aku ingin melakukan seperti itu. Tetapi waktu
itu belum terpikir, bagaimana caranya.Aku baru mulai bersosialisasi
saja ……
Dimulai dengan bercerita pada bossku,
papaku, sahabat2ku. Dan aku terus menulis, menulis dan menulis. Aku
ingin membesarkan jaringanku. Sampai aku menghasilkan 3 buku kesaksianku
dan buku2 itu sudah terjual ribuan buku dimana ½ dari royaltinya aku
persembahkan kepada Tuhan. Dan aku sudah mempunyai ‘rekening Tuhan’.
Sebuah rekening untuk pelayananku bagi orang2 yang membutuhkan dari
hasil royalti penjualan ribuan buku2ku. Puji Tuhan …..
Dari situ aku benar2 bisa menyalurkan
berkat Tuhan. Aku memberikan banyak buku2ku serta beberapa kursi roda
untuk yang membutuhkan. Jaringanku semakin besar, sampai aku
memberanikan diri untuk membentuk dan membangun sebuah kelompok untuk
melayani …..
Dimulai dengan membuat grup di Facebook,
beberapa minggu lalu. Lalu aku mengundang teman2 insan pasca stroke
untuk saling bercerita, sharing dang tertawa bersama. Aku juga
mengundang teman2ku non-insan pasca stroke, tetapi peduli dengan kami.
Aku mengundang sahabat2 disabled, bukan hanya yang memakai kursi roda
tetapi juga sahabat2 yang tunanetra, atau tuna rungu. Juga ada beberapa
sahabat sebagai cancer survivor, dan disabled2 yang lainnya.
Di komunitas ini ditekankan untuk saling
terbuka sehingga terciptalah suasana yang akrab. Dari curhat, tertawa
bersama ataupun memikirkan untuk berkarya. Masing2 anggota bisa
berbicara memberikan informasi lewat tulisan2nya. Dan kamipun beramai2
mengomentarinya. Saling mendukung sangat terasa disini.
Ketika ada yang harus kita tengok
berhubungan dengan penyakitnya, atau sahabat kita yang memang membutuhkan
dukungan, kami bisa beramai2 kesana. Saling support, walau mungkin kami
tidak bisa berbuat apa2, karena kami sendiripun sebenarnya dalam
keterbatasan. Tetapi semangat kebersamaan dan saling memberi semangat,
komunitas kami ini terus berkembang. Dan itulah yang aku ingin lakukan
sejak pertama …..
***
Sebenarnya aku tidak penah bermimpi
terlalu muluk, karena aku tahu diri. Maksudnya, aku hanya seorang
perempuan dengan keterbatasan tinggi secara fisik. Dan aku bukanlah
seorang dokter yang bisa memberi ‘obat’ bagi insan disabled. Tetapi aku
sudah merasakan sendiri bahwa ‘obat’ yang aku butuhkan, atau dibutuhkan
insan disabled, bukanlah sebuah obat medis saja, tetapi lebih untuk
‘obat’ jiwa. Yaitu KASIH.
Kasih Tuhan yang luar biasa lah yang bisa
mengobatiku dan insan disabled. Dengan kasih, tanpa obat medis pun, kita
sudah menghantarkan berjat dari Tuhan dan Tuhan sendirilah yang akan
berkenan menyembuhkan kita ……
Kelompok pendukung hanya sekedar alat
untuk memberikan motivasi sesama penderita, dan bagi yang membutuhkan.
Tanpa modal secara materi, sebuah kelompok pendukung, bisa memberikan
KASIH kepada sesama untuk peduli. Hanya sekedar terus tersenyum, tertawa
bersama serta mendengarkan sebagai pendengar yang baik, kelompok atau
komunitas pendukung akan menjawab pertanyaan sahabat2 yang membutuhkan
dukungan,
“Apa yang bisa kami lakukan?”
Kita bisa melakukan apa saja! Tidak
dengan materi, kita bisa memberikan informasi. Tidak mempunyai apaun,
kita bisa tetap memberikan senyum yang tulus. Bahkan tidak bisa apa-apa,
kita bisa memberikan DOA yang tulus untuk pemuihannya. Dan Tuhan akan
nyata melalui KASIH yang kita tebar …..
Sahabat,
Marilah kita terus menebar KASIH,
membangun kelompok2 pendukung untuk berbagai pemasalahan. Berikan
talenta kita. Tersenyum dan tertawa lah bersama mereka, dan KASIH akan
nyata dengan pelayanan2 kita yang dalam keterbatasan ……
Mimpi k tidak muluk, tetapi berkat Tuhan
nyata atas mimpi2ku. Jika seserang berkata bahwa dengan keterbatasanku
bisa memberi inspirasi bagi banyak orang, itu adalah pengucapan syukur
yang tak terhingga. Tuhan nyata di tiap kepedulian kita, dan terus lah
nyatakan KASIH Tuhan lewat pelayanan2 kita, lewat kelompok2 atau
komunitas2 pendukung …..
Tuhan berkati!
Tags: Catatan Harian
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Menebar Kasih dalam ‘Komunitas Pendukung’ Berbagai Permasalahan”
Posting Komentar