Senin, 11 November 2013
Ketika ‘Kemarahan’ Melanda Insan Pasca Stroke…
Senin, 11 November 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Mungkin hampir semua orang berpikir
bahwa stroke bisa mengakibatkan depresi yang berkepanjangan. Atau juga
stres dan kemarahan yangf tidak berujung kepadadiri sendiri, lingkungan
bahkan kepada Tuhan. Strike adalah ‘inti’ dari semua pwrmasalahan, yang
biasanya berujung kepada ‘kematian’. Bukan melulu secara harafiah,
tetapi fisik dan jiwa sudah mati, walau Tuhan belum memanggilnya dan
nyawanya masih berada di dunia.
Rangkaian milyard-tan syaraf yang
membentuk benda yang disebut otak itu menjadi ‘nahkoda’ bagi tubuh kita.
Dan Tuhan menciptakannya dengan sangat luar biasa! Bahkan otak masih
menjadi sisi misterius bagian tubuh kita bagi hidup kita
Seperti yang aku tuliskan di ‘Brodmann Area’ : Mengapa Penderita Stroke dan Metoda Terapinya Berlainan?,
otak manusia dibagi menjadi 47 area dengan masing2 area berlainan
fungsi. Dan milyard-tan syaraf2 dan pembuluh2 otak itu juga mempunyai
kelenturan yang berbeda2, dari masing2 manusia. Ya! Tuhan memang luar
biasa! Milyard-tan manusia tidak ada yg identik sama, termasuk pembuluh2 darahnya!
Sehingga, ketika seseorang pembuluh darah otaknya pecah karena tekanan
darah yang sangat tinggi, atau ketika seseorang darahnya tersumbat di
pembuluh darah otak karena kolesterol tinggi atau darah kental, dan
terjadi stroke, dimanakah lokasinya? Apakah di otak kiri atau kanan?
Apakah di kiri belakang atau depan? Apakah area otak kiri nomor 6 dan
nomo 21 atau yang lain? Apakah kombinasi nomornya cuma 2 atau lebih dari
5 atau 10?
Dan itu menjadikan seseorang yang terkena stroke akan berbeda dengan orang yang terkena di tempat lain, di seluruh dunia …..
Menurut referensi yang aku baca dan
menurut beberapa dokter syaraf ku, insan pasca stroke permasalahannya
belum pernah ada yang sama, tergantung lokasi mana pembuluh darah
otaknya yang pecah atau tersumbat, dan mengakibatkan stroke. Sehingga,
metoda terapi nya pun berbeda. Itulah sebabnya, jika ada seseorang
mengatakan bahwa,
“Ooo, disana ada dokter yang terapi dan sembuh 100%!”
Atau,
“Teman saya sembuh tuh, ga usah diterapi. Hanya diurut2 saja”
Atau,
“Metoda tusuk jarum lebih cepat dan lebih baik dari pada yang lain”
Untukku, semua metoda terapi baik secara medis atau herbal atau yang lainnya, adalah baik, semuanya untuk penyembuhan.
Tetapi harus dipelajari bahwa tidak semua metoda sesuai dengan tubuh
masing2 penderita. Jika si A manjur dengan metoda tusuk jarum, tetapi aku sembuh dengan metoda Jerman ( Bobath ). Atau si B bisa ’sembuh’ dengan senam stroke tiap hari, aku bisa ’sembuh’ dengan terapi menulis setiap hari. Dan Tuhan sudah menciptakan yang terbaik bagi masing2 dari kita, sesuai keinginan NYA.
Salah satu yang hampor semua orang yakin bahwa stroke menyebabkan ‘kemarahan’. Entah kemarahan pada diri sendiri ( karena ketidak-berdayaan untuk mandiri, bahkan karena tudak bisa bekerja lagi ). Atau marah kepada lingkungan karena mereka tidak bisa mengerti apa yang dia inginkan karena bicaranya tidak jelas dan disabled. Atapun marah kepada Tuhan! Ini
yang sangat berbahaya! Karena ketika Tuhan masih terus memberinya hidup
walau lumpuh seluruh tubuh, apa yang kita harapkan? Marah berarti tidak
akan berharap pada pertolongan Tuhan, bukan? Padahal justru pada
Tuhanlah kita berharap …..
Sesuai dengan penemunya, 47 area otak
manusia disebut Broadmann Area. Dimana nomor 3,1,2 (Korteks
Somatosensorik) lah yang membuat insan pasca stroke, dalam kemarahan
yang terus melanda. Pembuluh darah otak di area nomor ini lah yang kena,
dan area itu sempat tergenang darah atau memar karena darah tersumbat
…..
Brodmann Area : 47 area otak dengan fungsi2nya yang berbeda
Coba bayangkan, segumpal kapas putih
tertetes tinta merah. Walau di cuci sedemikian, tetap saja terkena noda
tinta merah. Semakin lama, memang semakin pudar tetapi tetap tidak akan
menjadi kapas putih lagi. Itulah otak kita! Sehingga, di area yang
terkena semburan darah dari pembuluh darah yang pecah atau terkena memar
karena tersumbat, pasti tetap. Tidak putih lagi. Artinya, area itu
tetap menjadi ‘cacat’ sampai Tuhan berkenan menyembuhkannya …..
Kemarahan atau ‘cacat’ lain di otak
insan pasca stroke, bisa diminimalisir, bukan ditiadakan. Karena secara
medis dan logika, ketika otak kita sudah ‘cacat’ karena serangan stroke,
tidak akan 100% pulih lagi, kecuali Tuhan menghendakinya! Tetapi Tuhan
tetap akan menolong kita jika kita berserah kepada Nya!
Pertolongan Tuhan itu ada banyak cara.
Secara medis, herbal, banyak metoda2 terapi atau faktor2 yang
mendukungnya. Kemarahan akibat stroke atau cacat2 yang lainnya, akan
bisa mereda jika ada pendykung yang mengerti tentang cerita ini. Jika
tidak tahu tentang cerita ini pun, tetap bisa mendukung dan men-support
nya dengan cara memahami dan mengerti serta menjadi tempat curhat. Tidak
usah banyak bicara, tetapi dengarkan saja ( menjadi pendengar yang baik
), dan perlahan aku yakin bahwa kemarahannya akan teredam dengan
sendirinya, kami kita mulai ‘masuk’ dalam hatinya untuk bersama
mendukungnya dalam doa, motivasi dan semangat ……
Cacat pada area nomor 3,1,2 tersebut,
memang susah untuk dikontrol. Otak yang terserang stroke, adalah otak
yang sudah cacat, sehingga agak lebih lambat untuk bisa dikontrol. Bukan
tidak bisa, tetapi harus perlahan. Namanya saja syaraf2 otak kita
sempat memar atau terendam darah, pastilah belum terkoneksi dengan baik.
Dan koneksi antar syaraf2 tersebut akan recovery dalam waktu lebih lama
jika kita tidak bisa memahami insan pasca stroke untuk pemulihan
dirinya.
***
Manusia tidak ada yang sempurna. Tuhanlah yang sempurna! Ketika otak
kita menjasi cacat karena stroke, Maha Sempurna-lah yang akan
memperbaikinya. Kita hanya bisa berdoa, berserah dan bersyukur apapun
yang dilakukan NYA pada kita.
Doa adalah kuncinya, dan
semangat adalah ‘obat’ bagi kemarahan akibat stroke, yang melanda …..
Saling mendukung, doa, semangat, berserah dan bersyukur adalah motivasi
utama untuk bisa lebih baik, sebagai bagian dari komunitas insan pasca
stroke …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Ketika ‘Kemarahan’ Melanda Insan Pasca Stroke…”
Posting Komentar