Senin, 21 Januari 2013

Jakarta Butuh Peta Contour 3 Dimensi untuk Kebijakkan Banjir



By Christie Damayanti

1358763800210657733
rovicky.wordpress.com

Sering kami berdiskusi dengan papa tentang Jakarta, sejak dulu. Dan saat ini, banjir adalahb fokus utama permasalahan Jakarta. Menurut kami, beberapa penyebab banjir Jakarta :

-          Penggundulan hutan di hulu
-          Buang sampah sembarangan, termasuk benar2 membuang sampah di sungai
-          Penyempitan sungai karena sampah dan bantaran sungai yang dibangun pemukiman ’slum’
-          Pengerukan sungai yang tidak tuntas
-          Pintu air pengendali banjir yang belum efektif
-          Jakarta yang dilalui oleh 13 sungai menuju laut Jawa
-          Banjir kiriman dari Bogor
-          Kurang sekali waduk penampungan di Jakarta dan daerah penyangga
-          Tidak atau kurang adanya perawatan dan perbaikan tanggul2 sungai di Jakarta ( tahun 2013 )

Dari banyak penyebab banjir Jakarta, ada beberapa penyebab lainnya, dan sebagai salah satu yang memang pernah terlibat dengan pembangunan Jakarta dan sebagai salah satu yang sangat peduli dengan Jakarta, papaku melontarkan beberapa ide tentang kebijaksanaan yang berkaitan dengan antisipasi banjir Jakarta :

Kebijakkan Garis Tinggi Permukaan Tanah ( contour / kontur ) :

Konsep ini diperlukan untuk mengatur aliran air di permukaan tanah keseluruh selokan kota yang terangkai dalam sebuah network, serta untuk membangun ketinggian muka tanah ( misalnya, jika ingin membangun bangunan, kita harus tahu yang mana yang harus ditinggikan dan yang mana justru harus dibuat rendah ).

Selama ini, untuk membangun bangunan atau apapun, pemda hanya berdasarkan pada Peta Dasar 2 Dimensi, BUKAN Peta Kontur 3 Dimensi. Artinya adalah bahwa seluruh wilayah Jakaarta ini DIANGGAP semuanya rata dan datar saja, sehingg permukaan tanah dianggap SAMA TINGGI. Padahal secara fakta PASTI terdapat daerah rendah dan daerah tinggi, walaupun Jakarta bukan sebuah kota yang berbukit2. Dan KESALAHAN FATAL ini sudah dilakukan sejak awal dibuatnya Master Plan DKI Jaarta sejak tahun 1965-an ……

Konsep ini, mungkin akan lebih berguna untuk dasar penyusunan Rencana Detail Tata Ruang ( RDTR ), dengan memakai Peta Mastr Plan Ketinggian Muka Tanah di dalam bentuk ‘Peta Kontur Wilayah Jakarta’. Peta tersebut juaa merupakan salah satu saran utama untuk bisa melakukan antisipasi banjir Jakarta, karena  bisa untuk mengatur kebijakkan ketinggian permukaan tanah Jakarta yang dibuat berdasarkan bantuan foto udara.

Dengan adanya peta kontur Jakarta, maka pemda akan bisa mengendalikan developer dan warga Jakarta yang ingin meninggikan atau menimbun suatu lokasi rendah, sehingga di beberapa tempat akan menguntungkan si pemilik bangunan dan merugikan pemilik bangunan yang lain …..

Misalnya, si AN sedang membangun rumah baru di daerah B dan dia menguruk tanahnya karena AN tahu bahwa daerah itu sering kebanjiran dan AN tidak ingin rumah barunya terkena banjir. Rumah baru AN selesai di ketinggian 2 meter dari jalan didepannya, 3 lantai, sementara rumah tetangga2nya tetap setinggi jalan depan. Suatu saat daerha itu memang kebanjiran, dan memang rumah AN aman dari banjir dan rumah tetangganya tetap kebanjiran. 

Sehingga setelah itu banyak tetanganya menguruk tanahnya dan berlomba membangun rumahnya lebih tinggi, sehingga daerah itu memang hanya banjir di jalanan, tetapi ternyata ‘tetangga daerah’ nya mengalami banjir yang lebih parah karena daerah B menjadi lebih tinggi dari ‘daerah tetangga’ Begitu seterusnya, sehingga kontur Jakarta benar2 tidak mendukung air yang memang harus berada di derah yang terendah …..

Contoh daerah2 di Jakarta yang bisa disebut ‘gagal’ untuk pengendalian ketinggian permukaan tanah :
  1. Kelapa Gading, yang tadinya rawa penuh genangan air, diurug menjadi sebuah perumahan elite

  2. Jalan Gunung Sahari yang tadinya memang langganan banjir lalu ditinggikan melebihi ketinggian permukaan jalan, sehingga air mengalir ke pemukiman padat Pademangan.

  3. Suatu saat, daerah elite Menteng dan Kebayoran Baru akan menjadi wilayah terendah dan akan menjadi daerah langganan banjir.

Tentang SDM di Lembaga Tata Ruang

Konsep kami adalah agar perencanaan Jakarta dilakukan oleh tenaga2 secara muli-disiplin Yang semuanya memperoleh pendidikan tambahan S2 sebagai City Planner dari latar belakang berbagai ilmu, seperti Architect Planner, electrical Planner, Civil Enginer Planner, Legal Planner, Demographer planner, Geologist planner, Geodesy Planner, Sosiology planner, Soil Mechanic Planner, Agronomist Planner, Agroculture Planner dan sebagainya. Mereka semuanya dilibatkan dalam perencanaan, minimal sebagai konsultan expertise.

Kata kuncinya adalah Peta Kontur ( 3 dimensi ) sebagai peta dasar Perencanaan Tata Ruang yang dikombinasikan dengan ’super-impose’ dengan Peta Datar ( 2 dimensi ) yang sekarang selalu dilakukan.

***

Tidak gampang memang, kita bisa membangun Jakarta. Permasalahan2 Jakarta itu sangar kompleks, dan sudah terjadi dari awal kota itu berdiri. Pun jaman pemerintahan Belanda sudah terjadi banjir, sehingga justru Belanda membuat BKB dan BKT. Konsep2 kanal ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu, sehingga tidak semestinya pemda Jakarta yang baru, sering dituduhkan sebagai yang tidak siap dalam menghadapi banjir ……

*Pak Jokowi, mungkinkah Peta Kontur 3 Dimensi Jakarta akan segera terlaksana?*

Nara sumber : Bp. Suharto P

Tags:

1 Responses to “Jakarta Butuh Peta Contour 3 Dimensi untuk Kebijakkan Banjir”

Brian mengatakan...
14 Desember 2017 pukul 01.16

Artikel ini ditulis tahun 2013 tapi sepertinya sampai sekarang Jakarta masih belum mencoba mengaplikasikan GIS paling tidak seperti yg dituliskan di sini. Terimakasih, artikel yg menarik.


Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks