Jumat, 04 Oktober 2013
‘Palais Garnier-Paris’: Tunggu Aku Menjemput Mimpiku…
Jumat, 04 Oktober 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Aku tidak bisa tidur malam itu, gelisah tak menentu. Paris
terlalu romantis untukku, dan aku tidak bersama orang2 yang
mengasihiku. Aku berada di paris, seorang diri. Hanya bekerja, dan
menunaikan tugasku sebagai seorang arsitek. Tetapi Paris benar2
‘menyihirku’. Paris benar2 mau membuat aku atau semua yang ada disana,
penuh keromantisan. Hatiku ‘penuh’ dan sepertinya aku harus
‘mengeluarkan’ rasa romantisku, walau aku tidak tahu caranya. Sehingga,
pagi2 buta setelah hampir semalam tidak tidur, aku keluar kamar, di
hotel tempat aku menginap 1 minggu disana …..
Hotel kecil itu termasuk sangat romantis. Hanya sebuah hotel kecil, tepat 1 blok di belakang Champs Ellisye, sebuah pusat kota Paris. Hotel itu dijaga oleh sepasang orang tua Perancis, yang tidak bisa berbahasa Inggris lancar, sehingga kami berkomunikasi hanya lewat bahasa isyarat. Tetapi itu pun bisa membuat hati kita menyatu. Aku hanya sendiri disana, dan aku mendapatkan ‘orang tua angkat’ yang melayaniku dengan sepenuh hati kia aku berada di hotel …..
Jam 6.00 pagi aku sudah siap di meja makan untuk sarpan bersama dengan ‘orang tua angkatku’. Sambil bercakap dengan bahasa isyarat, aku mengatakan bahwa aku hanya ingin berjalan2 seharian karena tidak tahan dengan apa yang ada di hatiku. Aku harus melepaskan semua rasa, dan aku haru berteriak sekeras2nya untuk melepaskan beban di dada. Dan mereka tersenyum arif, mengerti rasa apa yang ada di hatiku …..
Dengan berbekal jaket besar, karena aku tidak tahu kapan Paris akan hujan atau dingin sewaktu2 ( maklum, aku yang tinggal di Indonesia dengan ramalan cuaca yang tidak sinkron ), di awal musim semi itu, sehinga lebih baik aku bawa jaket besar dan payung lipat untuk aku seharian berjalan di Paris. Aku mulai melangkah, menuju Champs Ellysse.
***
Aku tidak tahu mau kemana, aku hanya ingin kesebuah tempat yang belum pernah aku datangaai jika ke Paris. Tempat2 wisata di kota Paris nyaris sudah pernah aku datangi ( lihat beberapa link dibawah ini ). Eh, tunggu! Aku belum pernsh masuk ke Opera House! Ya betul! Segera aku mencari taksi untuk menuju ke Opera House Paris, The Opera Palais Garnier. Dan aku langsung menuju 8 Rue Scribe 75009 Paris, sejajar dengan Le Louvre …..
Palais Granier didirikan oleh Louis XIV pda tahun 1669. Dibangun atas perintah Napoleon III dengan arsiteknya Charles Garnier berumur 35 tahun waktu itu. Pekerjaan proyek ini berlangsung sejak tahun 1860 - 1875, tetapi terganggu dengan beberapa insiden termasuk perang tahun 1870 dan jatuhnya Kekasiaran Perancis. Dan the Palais Garnier diresmikan tanggal 5 Januari 1875.
Foto sejarah Palais Garner seabad
yang lalu dan potongan bangunan ini. Tahun 1870-an, mereka sudah mampu
mendesain dengan konstruksi seperti ini, menandakan sebuah karya manusia
yang luar biasa …..
Aku berkeliling bangunan ini, tidak cukup dalam 1 hari saja untuk mengamati dan bermimpi …..
Taksiku berhenti tepat di depan Palais Garnier atau Opera House Paris. Aku turun setelah membayar taksi, hmmm …. cukup mahal. Nanti aku akan pulang ke hotel denan bus saja, pikirku, sambil melihat2 pemandanan. Dan aku sempat hanya berdiri saja tepat di depan Palais Garnier, tanpa melakukan apa2 ……
Wow! Sebuah karya agung nan cantik! Luar biasa! Bukan hanya ke-klasikkannya yang membuat aku terkagum2 saja, justru aura keromantisannya menyeruak lewat tatapan mata kagumku!
Bangunan ini masih sama dengan pertama kali dibuka ( lihat foto sejarah diatasnya ), dengan bangunan ‘chocolate’nya ……
Aku mulai bejalan menuju masuk Palais
Garnier. Perlahan sambil memotret apa yang aku inginkan, aku masuk ke
foyer utama.Tiet masinya untuk wisatawan gratis, kecuali jika ingin
menonton opera. Aku melangkah masuk. Dan tatapan mataku benar2 terfokus
berada dalam alam mimipi! Sebuah mimpi indah sejak aku kecil! Ya ….. aku
dulu ( dan masih sampai sekarang ), ingin memasuki sebuah istana dalam
cerita Cinderella. Dan aku benar2 ingin melihat, dn mencari tahu, apa
yang dikerjakan putri2 cantik di sebuah kerajaan atau pangeran2 tampan
dalam kesehariannya!
Foyer Palaise Garnier itu bisa mereflesikannya dengan tepat, sesuai dalam bayanganku! Ya! Aku merasa berada dalam suasana ‘de ja vu’. Sepertinya, aku pernah kesana, tetapi dimana ya? Aku menggeleng2kan kepalaku, tersenym dan mengingat2. Ya, pasti ‘de ja vu’ ini memang ada. Ya, aku ‘pernah’ berada dan merasakan tempat disini, pasti dalam mimpiku ……
The Great Staircase adalah sebuah titik yang paling terkenal dari Palais Granier. Dad tangga ganda ke beberapa tempat di berbagai tingkat auditorium. Dindingnya dilapisi marmer Perancis, yang aku tahu sangat mahal. Berwarna emas kecoklatan, tidak ada di Indonesia, aku tidak tahu namanya. Dinding itu dilapisi beberpa marmer klasik dengan arsitektur jaman Victoria denan lampu2 klasik yang cahayanya kuning redup, menambah romantisnya tempat itu, dan juga romantisnya hatiku.
Aku membayangkan, aku sedang berada
di istana Cinderella, memakai baju pesta, diundang oleh pangern tampan
yang sedang mencari permaisurinya. Membayangkan Putri Cinderella yang
kebingungan untuk mencari ruang pestanya, berjalan sendiri karena istana
iu sangat luas! Bahkan suaa pesta nya pun tidak terdengar!
Mimpiku seperti menjadi seorang putri Cinderella, berpesta dan mendapatkan pangeran tampan …..
Detak sepatuku menggema seantero ruangan. Ya,waktu itu baru jam 9.00 pagi. Baru aku sendri yang memasuki ruang itu. Dan aku benar2 berada di puncak mimpiku …..
Plafondnya, semua dilukis tangan. Menggambarkan alegori musik yang berbeda. Di kaki tangga berdiri 2 buah ‘torcheres’ perunggu, tokoh perempuan yang mengacungkan karangan bunga bercahaya. Dan di daerha ini tersimpan buku2 perpustakaan yang melestarikan catatan dari 3 abad masa palais Garnier tersebut. Dan sepanjang gallery ini, juga menyajikan banyak gambar, lukisan, foto2 sejarah dengang maket model bangunan klasik nan cantik ini. Perpustakaa ini disebut Rotonde de l’Empereur.
Detail2 apik dan cantik jaman abad pertengahan, memenuhi semua bangunan ini …..
Aku terus berjalan, terus memasuki
ruang2 besar yang masih bisa dimasuki. Semua kubah2 foyer ditutupi
mozaik2 indah dalam warna berkilau pada latar belakang emas. Cermin2 di
dinding dan jendela2 dinding menonjolka dimensi2 yang luar biasa luas!
Megah! Lukisan2 di plafond dilukis oleh Paul Baudry yang menggambarkan
tema dari sejarah musik. Kecapi, adalah unsur dekoratif yang dominan.
Dan replika patung Charles Garnier oleh pematung Carpeaux, berdiri di
tengan2 foyer, depat salah satu jendela yang bisa melihat kebawah, Avenu
del’ Opera yang menuju Louvre …..
Mimpiku tercapai dalam ruangan ini …..
Berjam-jam aku mengelilingi Palais Garnier. Berjalan, duduk di sofa sendiri, merenung, memfoto2 atau sketsa. Bermimpi dan terus bermimpi ….. sayang, aku tidak bersama dengan orang2 yang mencintaiku. Dadaku penuh dengan mimpi yang ingin aku wujudkan. Dan Palais Garnier ini menjadi media untuk aku men-transformasi-kan hatiku dalam sebuah cerita yang tidak akan aku lupakan. Dan suatu saat nanti, aku akan datang kesana lagi, bersama denan orang2 yang aku kasihi, menjemput mimpi itu ……
Palais Garner, Tunggu aku, tunggu kami datang lagi, dan lagi, dan lagi ……
Me and Palais Garnier, Paris …..
Link tentang Paris :
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “‘Palais Garnier-Paris’: Tunggu Aku Menjemput Mimpiku…”
Posting Komentar