Selasa, 08 Oktober 2013
Jakarta Belum Siap sebagai Ibukota Negara yang Membanggakan? Entahlah…
Selasa, 08 Oktober 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Jakarta hanya dilihat dari ‘yang
baik2′ saja, tetapi kita tidak mau berjalan ketempat yang ‘gelap’
seperti illstrasi foo diatas ini. Bangunan2 tinggi melambangan
‘kemewahan’ dan sering menjadikan ‘kepongahan’. Dan sisi gelapnya, dalah
bangunan2 kecil dan pendek, sampai tidak terlihat seperti apa bentuknya
……
Sepertinya tidak salah, jia aku sering
mengatakan bahwa Jakarta sebagai ibukota negara, agak susah menanggung
beban demi kewibawaan dan identitas negara. Jika kita telisik lebih
lanjut, sebuah kota Jakarta atau setingkatnya sebagai ibu kota negara,
Jakarta harus mampu sebagai pusat kegiatan dan administrasi negara,
perdagangan dan jasa, penyelenggara kepemerintahanan ataupun kegiatan
bernegara skala nasional maupun internasional. Dan jika kita harus
menyelenggarakan even2 internasional, siapkah Jakarta? Menurutku, belum
siap!
Semua kegiatan di Jakarta, menurutku TERLALU DIPAKSAKAN! Produsen
mengadakan banyak barang, warga Jakarta menerimannya tetapi pemerintah
tidak memberikan ruang gerak. Misalnya, mobil tetapi tidak menambah ruas
jalan. Developer membangun apartemen, perumahan serta banyak mall,
tetapi pemerintah kurang peduli dengan ‘kejenuhan pasar’ beberapa tahun
kemudian.
Atau juga ketika kemoderenan Jakarta melanda generasi muda
dengan ‘booming’ teknologi, pemerintah tidak siap dengan antisipasinya
dengan aturan2nya, dan sebagainya ……
Jika even skala nasional, Jakarta adalah
salah satu kota terunggul di Indonesia secara fasilitas2, tidak kita
pungkiri. Walau pun tetap harus berkaca untuk itu. Tetapi skala
internasional?
Namanya juga even internasional, dengan
negara2 maju yang peduli dengan lingkungannya serta fasilitas2 yang
super cantik dan apik, belum lagi dengan jalan2 dan lalu lintas yang
sudah sangat terkendali, membuat Jakarta seperti berada di titik terjauh
dari kota2 skala internasional, bahkan negara2 Asia yang ’setara’ dan
sederajad dengan kemerdekaan Indonesia, Jakarta sangat jauh tertinggal!
Menggapai mimpi untuk Jakarta lebih
baik, aku selalu mengamati keadan fisik Jakarta, terutama yang
berhubungan dengan arsitektur dan tata kota serta kehidupan urban kota
metropolitan. Pemanfaatan tataruang kota, menjadi salah satu faktor
permasalahan fisik dan psikis kota Jakaarta. Peruntukkan lahan sebagai
ruang kota sama sekali ( atau sedikit sekali ) tidak di indahkan!
Sehingga penurunan kualitas hidup dan lingkungan alam kota, semakin
memprhatinkan, apalagi menyangkut dengan penyerapan dan ruang terbuka
hijau ( RTH ).
Seperti di banyak artikelku tentang RTH
Jakarta, paling sediki adalah 20%, yang tersebar di seua daerah Jakarta.
Semuanya berhubungan dengan keterkaitan ekologis antar wilayah. Tetapi
pada kenyataannya, RTH Jakarta sekarang sangat - sangat - sangat minim.
Jangan2 nantinya, hanya pemakaman saja sebagai RTH untuk Jakarta! Itupun
tidak dipedulikan dengan konsep2 yang saharusnya bisa menjadi ‘rumah
bagi pepohonan’ sebagai paru2 kota!
Lihat tulisanku : Cerita di TPU Menteng Pulo, Pak Jokowi, Mengapa TPU Tidak Diprogramkan Sebagai RTH yang Memadahi dan Tanah Pemakaman Tidak Harus Menyeramkan!
Ditulisan2ku tentang RTH jelas aku
terangkan tentang fungsi RTH, sebagai daerah resapan air, sebagai tempat
tumbuhnya pepohonan yang berfungsi bagi paru2 kota serta sebagai
saringan debu sehingga kota Jakarta terhindar dari debu2 jalanan. Dan
iklim kota seperti ini, akan menghasilkan terciptanya warga kota
yang
lebih nyaman dan sejuk bagi fisik kota.
Jika dilihat dari ‘mata’ satelit lewat ‘Google map’, secara kasat mata, kira2 berapa persen RTH Jakarta?
Mari kita lihat :
Foto diatas terlihat warna hijau di
Jakarta serta sekeliling Jakarta. jika di jakarta sendiri, mataku
melihatnya, luas RTH kurang dari 10%, tetapi jika kita melihat dengan
kota2 penyangga Jakarta seperti Depok dan Pamulang ( RTH nya masih
lumayan besar, karena daerah selatan Jakarta merupakan daerah penyerapan
) , RTH Jakarta setara dengan belasan persen. Pun tidak menyebar rata
di seluruh Jakarta!
Jadi, tidak salah kalau aku mengatakan bahwa,
‘Banjir di Jakarta Membaik Hanya isapan jempol di Jakarta! Lihat
tulisanku : Jakarta Bebas Banjir? Berusahalah untuk Mengelola ‘Ruang Terbuka Hijau!’, Jakarta Bebas Banjir? Ah, Itu Hanya Illusi!, Pak Jokowi, Bagaimana Pengaturan Daerah Hulu sebagai ‘Kota Pendamping’ Jakarta? dan Banjir di Jakarta, Penyebab serta ( Sedikit ) Saran mengatasinya,
Dengan kata lain, semakin kecil RTH Jakarta, semakin besarlah banjir yang akan melanda Jakarta, juga semakin luaslah polusi udara di Jakarta!
Sebenarnya, peraturan pemda Jakarta suda
sangat idealis. Misalya, dengan desain bangunan dan keberadaan GSB (
Garis Sepadan Bangunan ), seharusnya setiap warga Jakarta bisa memberi
ruang terbuka hijau masing2. Bisa menanam pohon dan rerumputan. Tetapi
GSB tersebut semakin tidak jelas karena ketidak-pedulian petugas
lapangan dan ketidak-pedulian pemilik bangunan!
Pekarangan yang
seharusnya ada di setiap bangunan, banyak yang di bangun dengan beton
menjadi ruang, sehingga RTH semakin sempit. Bahkan, pepohonan hanya bisa
di tanam di pot dan hanya di letakkan di sedikit ruang gerak pedestrian
…… menyedihkan sekali!
Masih adakah yang peduli dengan
’slum-life’ di Jakarta? Masih ada lho, warga Jakarta yang hidup seperti
ini di tengah2 kepongahan Jakarta ….. Dan jika banjir, semua tidak akan
bisa untuk memberikan ruang gerak bagi mereka ……
Itu baru yang berhubungan dengan RTH,
dimana dengan RTH yang kecil, jika ada even internasional dalam masa
musim penghujan, apakan kita tidak takut banjir? Secara walau hanya
hujan beberapa menit saja, Jakarta beberapa ruas jalan dan daerah sudah
digenangi air …..
Lalu bagaimana dengan ketersediaan
infra-struktur jalan? Lain lagi masalahnya! Even internasional adalah
sebuah kegiatan yang melibatkan banyak negara sesuai dengan kegiatan
tersebut. Sehingga ruas jalanpun akan berpengaruh jika kita menjadi tuan
ruamh pada even internasional, apalagi negara2 yang ikut banyak.
Protokoler masing2 negara berbeda dan pasti melibatkan banyak orang.
Sehingga jika 1 negara presidennya datang, selalu membawa belasan bahkan
puluhan orang untuk ‘menjaga’ kepala negaranya. Belum lagi jika mentri2
nya datang. Dan berapa negara yang datang? Jadi, berapa orang yang ke
Jakarta? Berapa mobil yang harus mengiringi mereka semua? Bagaimana
dengan kemacetan? Dan sebagainya …..
Bagaimana dengan fasilitas2 umum
Jakarta? Sangat disayangkan, jika ada tamu negara di Jakarta, hanya
mendatangi tempat2 yang fasilitas umumnya sangat bagus. Tetapi pun,
biasanya persiapan menyambut tamu negara, ber-budget cukup besar.
Fasilitas2 umum diadakan sesegera mungkin HANYA menyambut tamu negara
atau even yang sudah dijadwalkan. Kadang2 aku terpikir jika hal itu
terjadi,
“Mengapa fasilitas2 itu diadakan
karena ada tamu penting atau karena untuk kegiatan? Padahal, seharusnya
fasilitas tersebut memang dibutuhkan sebelumnya”.
Alhasil, ketika kegiatan tersebut
selesai, banyak permasalahan yang menghadang yang berhubungan dengan
fasilitas2 yang selesai dibangun. Baik dari segi pembayarannya, atau
‘defect’ dan kesempuraannya. Karena biasanya, untuk deadline yang ketat,
kesempurnaannya menjadi kurang sempurna, bahkan hanya sekedarnya saja
…..
Ini hanyalah sedikit pergumulanku untuk
berusaha meng-edukasi warga kota dalam kepeduliannya untuk
lingkungannya. Masih banyak lagi yang haarus dipikirkan. Aku tidak mampu
berpikir sendiri. Tetapi bersama sebagai warga kota, KITA BISA!
***
Seringkali, kita tidak siap
untuk menjadi ‘tuan rumah’ bagi diri kta sendiri. Seperti Jakarta,
sebagai warga kota, kita harus berusaha untuk mempersiapkan Jakarta
sebagai ibukota negara Indonesia yang membanggakan! Permasalahan2 yang
ada sekarang ini, sebenarnya bisa diatas, ASALKAN semua mempunyai
kepedulian yang sama untuk menjadikan Jakarta yang lebih baik, sebagai
‘Jakarta Baru’ ……
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Jakarta Belum Siap sebagai Ibukota Negara yang Membanggakan? Entahlah…”
Posting Komentar