Selasa, 08 Oktober 2013

Jakarta Belum Siap sebagai Ibukota Negara yang Membanggakan? Entahlah…



By Christie Damayanti

1381227446997974857
cheap-weekend-gateways.net

Jakarta hanya dilihat dari ‘yang baik2′ saja, tetapi kita tidak mau berjalan ketempat yang ‘gelap’ seperti illstrasi foo diatas ini. Bangunan2 tinggi melambangan ‘kemewahan’ dan sering menjadikan ‘kepongahan’. Dan sisi gelapnya, dalah bangunan2 kecil dan pendek, sampai tidak terlihat seperti apa bentuknya ……

Sepertinya tidak salah, jia aku sering mengatakan bahwa Jakarta sebagai ibukota negara, agak susah menanggung beban demi kewibawaan dan identitas negara. Jika kita telisik lebih lanjut, sebuah kota Jakarta atau setingkatnya sebagai ibu kota negara, Jakarta harus mampu sebagai pusat kegiatan dan administrasi negara, perdagangan dan jasa, penyelenggara kepemerintahanan ataupun kegiatan bernegara skala nasional maupun internasional. Dan jika kita harus menyelenggarakan even2 internasional, siapkah Jakarta? Menurutku, belum siap!

Semua kegiatan di Jakarta, menurutku TERLALU DIPAKSAKAN! Produsen mengadakan banyak barang, warga Jakarta menerimannya tetapi pemerintah tidak memberikan ruang gerak. Misalnya, mobil tetapi tidak menambah ruas jalan. Developer membangun apartemen, perumahan serta banyak mall, tetapi pemerintah kurang peduli dengan ‘kejenuhan pasar’ beberapa tahun kemudian. 

Atau juga ketika kemoderenan Jakarta melanda generasi muda dengan ‘booming’ teknologi, pemerintah tidak siap dengan antisipasinya dengan aturan2nya, dan sebagainya ……

Jika even skala nasional, Jakarta adalah salah satu kota terunggul di Indonesia secara fasilitas2, tidak kita pungkiri. Walau pun tetap harus berkaca untuk itu. Tetapi skala internasional?

Namanya juga even internasional, dengan negara2 maju yang peduli dengan lingkungannya serta fasilitas2 yang super cantik dan apik, belum lagi dengan jalan2 dan lalu lintas yang sudah sangat terkendali, membuat Jakarta seperti berada di titik terjauh dari kota2 skala internasional, bahkan negara2 Asia yang ’setara’ dan sederajad dengan kemerdekaan Indonesia, Jakarta sangat jauh tertinggal!

Menggapai mimpi untuk Jakarta lebih baik, aku selalu mengamati keadan fisik Jakarta, terutama yang berhubungan dengan arsitektur dan tata kota serta kehidupan urban kota metropolitan. Pemanfaatan tataruang kota, menjadi salah satu faktor permasalahan fisik dan psikis kota Jakaarta. Peruntukkan lahan sebagai ruang kota sama sekali ( atau sedikit sekali ) tidak di indahkan! Sehingga penurunan kualitas hidup dan lingkungan alam kota, semakin memprhatinkan, apalagi menyangkut dengan penyerapan dan ruang terbuka hijau ( RTH ).

Seperti di banyak artikelku tentang RTH Jakarta, paling sediki adalah 20%, yang tersebar di seua daerah Jakarta. Semuanya berhubungan dengan keterkaitan ekologis antar wilayah. Tetapi pada kenyataannya, RTH Jakarta sekarang sangat - sangat - sangat minim. Jangan2 nantinya, hanya pemakaman saja sebagai RTH untuk Jakarta! Itupun tidak dipedulikan dengan konsep2 yang saharusnya bisa menjadi ‘rumah bagi pepohonan’ sebagai paru2 kota! 


Ditulisan2ku tentang RTH jelas aku terangkan tentang fungsi RTH, sebagai daerah resapan air, sebagai tempat tumbuhnya pepohonan yang berfungsi bagi paru2 kota serta sebagai saringan debu sehingga kota Jakarta terhindar dari debu2 jalanan. Dan iklim kota seperti ini, akan menghasilkan terciptanya warga kota 
yang lebih nyaman dan sejuk bagi fisik kota.

Jika dilihat dari ‘mata’ satelit lewat ‘Google map’, secara kasat mata, kira2 berapa persen RTH Jakarta? 

Mari kita lihat :

1381227555677404832

Foto diatas terlihat warna hijau di Jakarta serta sekeliling Jakarta. jika di jakarta sendiri, mataku melihatnya, luas RTH kurang dari 10%, tetapi jika kita melihat dengan kota2 penyangga Jakarta seperti Depok dan Pamulang ( RTH nya masih lumayan besar, karena daerah selatan Jakarta merupakan daerah penyerapan ) , RTH Jakarta setara dengan belasan persen. Pun tidak menyebar rata di seluruh Jakarta! 


Dengan kata lain, semakin kecil RTH Jakarta, semakin besarlah banjir yang akan melanda Jakarta, juga semakin luaslah polusi udara di Jakarta!

Sebenarnya, peraturan pemda Jakarta suda sangat idealis. Misalya, dengan desain bangunan dan keberadaan GSB ( Garis Sepadan Bangunan ), seharusnya setiap warga Jakarta bisa memberi ruang terbuka hijau masing2. Bisa menanam pohon dan rerumputan. Tetapi GSB tersebut semakin tidak jelas karena ketidak-pedulian petugas lapangan dan ketidak-pedulian pemilik bangunan! 

Pekarangan yang seharusnya ada di setiap bangunan, banyak yang di bangun dengan beton menjadi ruang, sehingga RTH semakin sempit. Bahkan, pepohonan hanya bisa di tanam di pot dan hanya di letakkan di sedikit ruang gerak pedestrian …… menyedihkan sekali!

13812275991712196193
worldvision.com.au

Masih adakah yang peduli dengan ’slum-life’ di Jakarta? Masih ada lho, warga Jakarta yang hidup seperti ini di tengah2 kepongahan Jakarta ….. Dan jika banjir, semua tidak akan bisa untuk memberikan ruang gerak bagi mereka ……

Itu baru yang berhubungan dengan RTH, dimana dengan RTH yang kecil, jika ada even internasional dalam masa musim penghujan, apakan kita tidak takut banjir? Secara walau hanya hujan beberapa menit saja, Jakarta beberapa ruas jalan dan daerah sudah digenangi air …..

Lalu bagaimana dengan ketersediaan infra-struktur jalan? Lain lagi masalahnya! Even internasional adalah sebuah kegiatan yang melibatkan banyak negara sesuai dengan kegiatan tersebut. Sehingga ruas jalanpun akan berpengaruh jika kita menjadi tuan ruamh pada even internasional, apalagi negara2 yang ikut banyak. 

Protokoler masing2 negara berbeda dan pasti melibatkan banyak orang. Sehingga jika 1 negara presidennya datang, selalu membawa belasan bahkan puluhan orang untuk ‘menjaga’ kepala negaranya. Belum lagi jika mentri2 nya datang. Dan berapa negara yang datang? Jadi, berapa orang yang ke Jakarta? Berapa mobil yang harus mengiringi mereka semua? Bagaimana dengan kemacetan? Dan sebagainya …..

Bagaimana dengan fasilitas2 umum Jakarta? Sangat disayangkan, jika ada tamu negara di Jakarta, hanya mendatangi tempat2 yang fasilitas umumnya sangat bagus. Tetapi pun, biasanya persiapan menyambut tamu negara, ber-budget cukup besar. Fasilitas2 umum diadakan sesegera mungkin HANYA menyambut tamu negara atau even yang sudah dijadwalkan. Kadang2 aku terpikir jika hal itu terjadi,

“Mengapa fasilitas2 itu diadakan karena ada tamu penting atau karena untuk kegiatan? Padahal, seharusnya fasilitas tersebut memang dibutuhkan sebelumnya”.

Alhasil, ketika kegiatan tersebut selesai, banyak permasalahan yang menghadang yang berhubungan dengan fasilitas2 yang selesai dibangun. Baik dari segi pembayarannya, atau ‘defect’ dan kesempuraannya. Karena biasanya, untuk deadline yang ketat, kesempurnaannya menjadi kurang sempurna, bahkan hanya sekedarnya saja …..

Ini hanyalah sedikit pergumulanku untuk berusaha meng-edukasi warga kota dalam kepeduliannya untuk lingkungannya. Masih banyak lagi yang haarus dipikirkan. Aku tidak mampu berpikir sendiri. Tetapi bersama sebagai warga kota, KITA BISA!

***

Seringkali, kita tidak siap untuk menjadi ‘tuan rumah’ bagi diri kta sendiri. Seperti Jakarta, sebagai warga kota, kita harus berusaha untuk mempersiapkan Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia yang membanggakan! Permasalahan2 yang ada sekarang ini, sebenarnya bisa diatas, ASALKAN semua mempunyai kepedulian yang sama untuk menjadikan Jakarta yang lebih baik, sebagai ‘Jakarta Baru’ ……

Tags:

0 Responses to “Jakarta Belum Siap sebagai Ibukota Negara yang Membanggakan? Entahlah…”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks