Selasa, 23 Juli 2013
Tahu Tidak, ‘Limbah Manusia’ Membebani Tanah Jakarta?
Selasa, 23 Juli 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti

mobile.solusiproperti.com
Sebuah toilet modern berharga mahal,
kesehatan rumah ini paling tidak sudah terjamin sekian persen. Tetapi
bisa di desain dengan murah, tetapi tidak murahan dan tetap kesehatan
dinomor satukan. Tergantung masing2 dari kita …..
Mungkin tidak banyak yang tidak tahu
atau tidak mengerti, bagaimana pembuangan zat2 racun tubuh kita, sacara
fisik. Karena aku adalah seorang arsitek, aku hanya akan dan selalu
membahas jika berhubungan dengan desain secara arsitektural. Dan desain
secara arsitektural mengenai ‘pengeluaran zat2 racun dari tubuh kita’
adalah membuat fasilitas2 ‘toileteries’ yang sehat.
Jika arsitek mendesain toilet untuk
rumah tinggal, tentulah semua sesuai dengan kaidah arsitektural. Dari
bentuk dan desain yang streamline untuk manusia, dari ukuran yang sesuai
dengan manusia ataupun lebih dalam lagi jika mempunyai dana lebih,
mencari dan membeli barang2 toiletteries sesuai dengan kesehatan.
Misalnya, mencari closet duduk dengan menggelontorkan air dan zat2 racun
dari tubuh kita secara otomatis dibanding dengan menggelontorkan secara
manual. Closet duduk lebih aman dan nyaman ddari pada closet jongkok,
tetapi memang lebih mahal. Jadi, dengan dana yang kecil, sebenarnya
bagaimana si arsitek bisa mendesain toileteries dengan sehat.


Closet duduk otomatis dengan lubang2
yang dibuat dengan aturan2 dan standard tertentu, sesuai denan ukuran
closet duduk tersebut.


Closet jongkok manual (
digelontorkan dengan air dan mengambil sendiri dari bak air ) dan closet
jongkok otomatis, sediki lebih mahal …..
Misalnya, untuk rumah2 sederhana saja,
bisa hanya menggunakan closet jongkok manual ( ada lho closet jongkon
otomatis ), tetapi tetap harus mempunyai septic-tank yang sesuai dengan
standard prosedur secara arsitektural internasional. Tidak usah membuat
septic-tank otomatis yang sekarang banyak diproduksi karena lebih
praktis, tetapi membuat sendiri septic-tank konvensional sesuai dengan
standard2 kesehatan. Dan itu adalah ‘pakem’ bagi arsitek dalam mendesain
rumah yang ’sehat’.
Jarak antara toilet atau kamar mandi sebuah rumah dengan sumur ( tempat
mendapatkan air bersih ) ada standardnya. Sekarang memang banyak yang
terus menggunakan air PAM tetapi kita juga harus memikirkan jika tiba2
distribusi air PAM berhenti karena suatu sebab, atau ketika listrik mati
sehingga tidak bisa mendapatkan air bersih, kita harus tetap mempunyai
sumur ( bor ) untuk keadaan emergensi.
Dan jika kami mendesain tentang
standard plumbing toilet, bukan hanya jarak2nya saja, tetapi ukuran2
pipa sesuai dengan standard, ketebalan pipa, kemiringan pipa sampai
bagaimana sambungan2 pipa yang baik untuk tidak bocor. Apalagi pipa dari
closed yang berisi kotoran manusia.
Itu untuk rumah2 yang benar2 di desain
secara arsitektural ( dari rimah mewah sampai rumah2 sederhana ), yang
biasanya dibangun oleh pengembang2 terpercaya atau pemilik rumah yang
sadar akan adanya ‘rumah sehat’.
Lalu, bagaimana dengan
pemukiman padat ( yang biasanya rumah2 tersebut tidak ada ijin atau
hanhya sekedar ‘ijin’ untuk tempat tinggal? Bagaimana dengan daerah2
hunian kumuh ’slum’ dan rumah2nya dari karton atau doos bekas? Dan
bagaimana pula dengan toilet2 umum yang biasanya dibuat seadanya,
sepetti di daerah pasar tradisional yang belum tersentuh tangan2 pemda?
Mari kita coba amati sebuah pemukiman kumuh di salah satu sudut Jakarta.
Rumah2 padat, sebagian memakai dinding
bata, sebagian lagi memakai dinding tripleks. Atau juga pemukiman daerah
’slum’. Ini lebih lagi, dengan rumah2 karton dan doos bekas. Adakah
yang peduli dengan toiletteries mereka? Pasti tidak ada! Bahkan si
pemilik rumahpun tidak peduli. Yang penting mereka bisa tidur disana dan
berlindung dari serangan alam.
Tiap rumah pasti mempunyai tempat untuk
tidur dan beberapa rumah yang lebih baik pasti ada kamar mandinya. Untuk
rumah2 berdinding tripleks, kemungkinan besar tidak mempunyai kamar
mandi di tiap rumah. mereka pasti swadaya lewat RT atau RW nya untuk
membangun toilet umum.
Dan di daerah ’slum’, aku pastikan bahwa RT / RW
tidak membuat toilet umum, dan kemungkinan mereka mandi menumpang
toilet2 umum terdekat atau mandi di kali dan sungai. Dan mereka akan
melakukan kegiatan toileteris disana, apapun! Mulai dari mandi, BAB,
sikat gigi atau yang lainnya!

a11no4.wordpress.com
Pemukiman padat penduduk. Sebenarnya
daerh ini memang diperuntukkan untuk hunian, tetapi begitu banyaknya
penduduk Jakarta, sehingga banyak sekali mereka yang membangun rumah2
mereka tanpa ijin ( walaupun sebagian sudah ada yang mempunyai ijin
membangun rumah ). Sehingga rumah2 yang tidak mempunyai ijinlah yang
membuat daerah ini begitu padat ……

sudforum.penataruang.net

store.tempo.co
Lalu di foto di atas adalah daerah
’slum’, yang huniannya tidak mempnyai ijin untuk dibangun. Bahwa mereka
masa bodoh saja karena untuk mereka, ‘pokoknya bisa untuk berlindung’,
tanpa peduli dengan kesehatan mereka sendiri dan keluarganya ….. duh …
Dan bagaimana dengan closet
mereka? Jika di toilet umum, paling tidak ada closet jongkok manual,
tetapi bagaimana dengan septic-tank nya? Jika di daerah pemukiman padat
yang mempunyai kamar mandiri sendiri, bagaimana dengan septic-tanknya?
Juga di daerah slum?
Aku hanya membayangkan, bagaimana
membangun septic-tank, tidak ada lahan kosong disana ( namanya saja
pemukiman padat ), kalau ada lahan kosong, tentu sudah di bangun rumah
kardus, dan jika septic-tank nya bermasalah, bagaimana maintenancenya?
Karena sebuah septic-tank bukan hanya di desain menurut standard
kesehatan saja, tetapi ada sebuah ‘lubang hawa’ uang ‘bernafas’ karena
jika tidak ada lubang hawa, suatu ketika bak penampungan bisa jadi akan
penuh dan ‘meledak’. Dan jika itu terjadi, tanah semua daerah itu di
radius tertentu akan tercemar kotoran manusia …..
Dan itu akan membebani tanah Jakarta …..
***
Sebuah septic-tank, standard desainnya
mempunyai ‘ruangan2′ untuk membuat zat2 racun dan kotoran manusia yan
dibuang lewat closet sedemikian, menjadi bisa langsung keluar dari
septic-tank dan masuk kedalam tanah, dengan standard2 tertentu.
Konsep septic tank sederhana ( lihat tulisanku Sedikit Pemikiran untuk Jakarta : Manajemen Pembangunan terhadap Pertumbuhan Fisik Kota ( Bagian : 7 ) :
Rencana Induk / masterplan penanganan air limbah di Jakarta, terutama mewujdkan penangan limbah dengan sistim terpusat / sewerage system.
Terdapat 2 aspek untuk melaksanakan perbaikan lingkungan :
1. Menurunkan beban pencemaran sampai pada nilai ambang batas sesuai yg ditentukan
2. Memelihara stabilnya nilai ambang batas sesuai dengan standard baku mutu yg ditetapkan
Sistim pengolahan air limbah yg ada di
daerah pemukiman umumnya memakai septic tank yg mengolah air limbah wc,
sedangkan iar limbah dari dapur, kamar mandi dan lainnya dibuang
langsung ke saluran umum. Artinya, menjadi beban kota Jakarta.
‘Beban’ bukan berarti berat secara
fisik, tetapi lebih ke beban tanah Jakarta yang terus menerima racun2
dan limbah kotoran tubuh manusia, setelah beban sampah2 ( apalagi
plastik ) yang tidak bisa terurai, dan tanah Jakarta terus dibebani
material2 untuk bangunan yang si pembangun tidak melakukan standardisasi
…..

www.thenaturalhome.com

renaissanceronin.wordpress.com
Tiap rumah, limbah dari closet masuk
ke septic-tank, lalu keluar ke tanah tetapi dengan saringan2 dan
standard2 tertentu. Semua harus dipertimbangkan dan dihitung, tidak asal
dalam mendesian septic-tank ini. Pada ‘drain field’, merupakan limbah
yang sudah diolah sedemikian untuk bisa menyerap ke dalam tanah.
Untuk fisik septic-tank itu sendiri,
konsepnya sederhana, dan kita bisa membuatnya sendiri. Bahwa sudah
banyak septic-tank modern ( dan berharga mahal ), itu untuk yang
mempunyai dana lebih.

chestfobooks.com

www.dexknows.com
Septic-tank efisiensi dan standard, bisa membuat sendiri, dengan bata dan lapisan beton’trasraam’.

www.sipseptic.com

www.septictanksberkshire.co.uk
Septic-tank modern import. Memang
lebih ringan ( dari plastik khusus ) dan sudah langsung diolah
sedemikian sehingga tidak membebani tanah.
Sebuah closet dan septi-tank, mungkin
yang paling belakang dari hidup manusia, tetapi jika kita tidak peduli
dengannya, hidup manusiapun akan terganngu, paling tidak terganggu
kesehatannya dan lebih jauh lagi, kota ita akan terbebani dengan nya.
‘Kasihan Jakarta …… tidak ada yang mau peduli dengannya, padahal Jakarta adalah tempat tinggal kita’ …..


Tentang Saya:

Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Tahu Tidak, ‘Limbah Manusia’ Membebani Tanah Jakarta?”
Posting Komentar