Kamis, 06 Desember 2012
‘Monkey Mia, Perth’ : Bermain dengan si Lumba-Lumba Hidung Botol
Kamis, 06 Desember 2012 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Ketika aku belajar di Perth, Australia
Barat, yang aku sangat suka adalah : WEEKEND ! Karena, pertama aku tidak
harus belajar di kampus. Kedua, aku bisa bebas kemanapun, bahkan keluar
kota Perth untuk memuaskan hatiku dalam survey dan bersenang2. Akhir
mid-term sewaktu disana, dalam liburan serta weekend, aku mengajak
temanku ( dan ternyata dia tidak mau, sehingga aku hanya kesana sendiri )
untuk berlibur ke Monkey Mia …..
Monkey Mia, 800 km dari utara Perth, Australia Barat
Monkey Mia adalah sebuah tempat atau
resort atau kota kecil, sekitar 800 km sebelah utara Perth, di Teluk
Shark Park. Kota yang menaunginya adalah Denham. Daya tarik di Monkey
Mia adalah selalu ada lumba-lumba botol ( Bottlenose Dolphin ) yang
mencari makan di pantai sampai kita bisa memegangnya, tanpa kita
berenang di laut! Sangat menarik secara aku memang sangat suka binatang
…..
Pemerintah Daerah sangat berhati2 dengan
lingkungan lumba-lumba ini, sehingga sangat ’strik’, semua penjaga
pantai untuk selalu memberitahukan kami, wisatawan2, dengan TIDAK BOLEH
MEMBERI MAKAN, KECUALI IKAN-KAN YANG DISEDIAKAN PENJAGA PANTAI.
Hukumannya tidak main2, yaitu penjara jika kami memberi makan lumba2 itu
dengan makanan yang lidat disediakan oleh penjaga pantai …..
Awalnya, daerah Monkey Mia didirikan
tahun 1890 dan kota ini digunakan sebagai kota industri mutiara Perth
dan untuk memancing. Tidak mengerankan, laut di Teluk Shark Park sangat
indah, biru dan banyak sekali ikan2 besar yang dilirik para pemancing
kelas kakap internasional.
Awalnya, tidak ada lumba2 sebanyak itu
di pantai. Biasa saja. Tetapi mungkin karena banyak pemancing disana
serta banyak ikan2 kecil yang merupakan santapan ikan2 besar, sehingga
lumba2 yang memang bukan sebagai umpan si pemancing, tertarik ke pantai
untuk melahap ikan2 kcil disana, yang memang merupakan makanan juga bagi
si lumba2.
Sampai tahun 1990, perairan di Monkey
Mia dinyatakan sebagai Marine Park, yang dikelola oleh Departemen
Konservasi dan Pengelolaan Tanah. Dan secara significan, lumba2 hidung
botol terus bertambah seiring dengan wisatawan2 yang beerlibur kesana
…..
Pemerintah daerah disana meneliti tiap
lumba2 itu untuk kepentingan mereka, dan dipelajari secara ekstensif
oleh tim ilmuwan internasional sejak tahun 1984. Mereka sangat peduli
dengan lumba2 yang sejak itu diburu oleh pemburu2 ikan paus dengan tidak
bertanggung jawab.
Aku sempat berfoto di persimpangan
ke arah Monkey Mia. Lihatlah, semua padang pasir atau padang ilalang,
tidak ada kehidupan disana. Palingan hanya kangguru2 liar, berlompatan
…..
Setelah sempat mempelajari daerah itu (
maklum Monkey Mia memang jauh dan berkelok2 melewati gurun pasir dan aku
hanya sendiri mengendarai bis dalam perjalanan 1 malam ) di
perpustakaan dan bertanya2 pada teman, aku langsung ke terminal bus
untuk menuju kesana. Jam 8 malam bus itu berangkat ke Monkey Mia dan
sampai disana sekita jam 6 pagi berikutnya. Dengan suasana dingin yang
cukup dingin ( waktu itu bulan Juli, adalah masih musim dingin disebelah
selatan bumi ).
Aku meringkuk kedinginan, ketika yang lain bisa
berpelukan karena masing2 tidak bepergian seorang diri. Tetapi aku
ingat, malam itu aku tidur dengan cukup nyenyak walau kedinginan dan
bangun besok pagi dengan segar …..
Jam 7 pagi, aku langsung berlari keluar
bus ketika laut membentang di depanku. Matahari bersinar cerah, bannyak
sekali burung2 pelikan menghampiri wisatawan untuk ‘berkenalan’. Suasana
alami sangat menarik hatiku. Sinar matahari yang ramah, walau masih
berasa dingin, ternyata sangat nyaman setelah aku membuka jaketku, untuk
mencoba air laut. Waahhh ….. ternyata airnya masih dingiiiiinnnnnnn ……
hiiiiiii, sehingga aku tidak beeranjak untuk ikut menceburkan diri ke
laut …..
Selamat datang di Monkey Mia, sebuah resort terpencil dengan lingkungan yang sangat alami …..
Aku berjalan2 dipantai, bermain air
dengan kakiku. Aku memunguti kerang2 yang menmpeldi kakiku serta banyak
bertanya kepada penjaga pantai disana. Ternyata, lumba2 pasti datang
kepantai sekitar jam 10.00 pagi sampai jam 11.00 pagi. Katanya, untuk
makan pagi dan siang.
Setelah itu, mereka berenang lagi ke tengah
lautan, bermain2 dengan kelompoknya dan kembali lagi ke pantai sekitar
jam 4.00 sore. Waaahhhh …… ternyata lumba2 lebih disiplin dibanding
dengan manusia, sepertinya …..
Dari jam 7.00 pagi itu, aku hanya
berjalan2, survey, mencari makan sambil mencari teman ngobrol. Burung2
pelikan sangat jinak. Ketika aku menemukan pelikan dewasa sedang tidur
di atas pasir, gemas sekali aku, ingin memegangnya. Tetapi aku tidak
berniat mengganggunya, sehingga aku hanya minta teman baru untuk
memotretnya bersamaku …..
Burung pelikan dewasa, berani tidur di atas pasir, secara daerah itu bisa penuh dengan wisatawan.
Wisatawan2 masih berdatangan. Semakin
siang, semakin penuh. Hmmmm …., aku takut tidak kebagian untuk melihat
dan memegang lumba2 itu, secara banyak sekali wisatawan yang hadir.
Beberapa penjaga pantai sudah bersiap membawa ember2 besar berisi ikan2
kecil segar, diletakkan di bibir pantai. Waktu itu sudah jam 9.30 pagi.
Di beberapa titik, mereka bersiap untuk memberi makan lumba2 itu.
Jam 10.00 kurang sedikit, aku ingat
betul, kami menatap jauh kelaut. Sekelompok lumba2 hidung botol, belomba
berenang timbul-menyelam gaya lumba2, untuk berenang ke pantai. Karuan
saja, kita semua berderet di bibir pantai dan menunggu mereka datang.
Lumba2 itu berenang santai, sambil bercengkerama. Gemas aku melihatnya
….. sebuah keajaiban alam di Monkey Mia, tempat alami yang sangat peduli
untuk menjaga kelestariannya …..
Lumba2 hidung botol yang selalu berada di dekatku. Berenang, seakan dia mengajaku bercengkerama bersama di laut …..
Aku hanya membayangkan, ketika ada
seekor lumba2 beenang ke arah pantai Ancol, mungkinkah lumba2 itu bisa
mencapai bibir pantai? Bisakan ada orang yang peduli dengan keinginan
mereka untuk bercengkerama dengan manusia? Mungkinkah aku bisa
memegangnya untuk memberi makan ikan2 kecil?
Atau, ketika seekor lumba2 ke pantai
Ancol bisa sampai ke bibir pantai, pun dia akan mati karena polusi air
laut, dengan warna air yang kehitam2an dengan bau yang menyengat …..
Berapa lumba2 yang sepertinya sudah
biasa, sangat dekat dengan kami. Sama sekali tidak takut dan manissss
sekali. Aku bisa memegangnya, tetapi ketika aku ingin memeluknya, si
penjaga pantai melarangnya, karena katanya akan memberi polusi dengan
baju2 kami. Lumba2 itu sangat rentan karena kami memang pasti membawa
virus manusia.
Satu jam kami bermain bersama lumba2
itu. Para wisatawan sangat patuh untuk larangan2 dari si penjaga pantai.
Mereka tidak boleh berenang dulu, jika lumba2 itu belum pergi. Kami
berbaris untuk memberi makan lumba2 tersebut. Sangat menyenangkan …..
Si penjaga pantai sedang
menceritakan tentang lumba2 itu dan si lumba2 sempat menggigit celana si
penjaga pantai. Mungkin dia ingin menarik si penjaga pantai untuk
bermain bersama, tetapi si penjaga pantai tidak menggubrisnya …..
Aku berusaha untuk memberikan
tanganku, ketika seekor lumba2 yang selalu mengitariku, mulai bergerak
menuju le lautan. Selamat tinggal lumba2ku, selamat jalan dan hati2
dengan hiu2 putih ( predator lumba2 ) disana …..
Ketika jam 11.00 tepat, satu persatu
lumba2 itu pamit mundur, dan seketika bibir pantai sepi dari mereka.
Wisatawan saling melambaikan tangannya, berharap bisa berkumpul kembali
jam 4 sore nanti. Tetapi aku harus pulang, karena besoknya aku harus
mengurus pelajaranku ….. sayang sekali, ketika aku tidak bisa mengamati
apakah masing2 dari lumba2 tersebut masih mengenali kita …..
Setelah jam makan siang, aku bersama
rombonganku malam sebelumya, bersiap pulang ke Perh. Sebuah pengalaman
yang luar biasa, sebagai pencinta binatang dan lingkungan hidup …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “‘Monkey Mia, Perth’ : Bermain dengan si Lumba-Lumba Hidung Botol”
Posting Komentar