Kamis, 21 April 2011

Masa Depan Filatelis Indonesia: Mau di Bawa Kemana ?


By Christie Damayanti


13034015721175489384
Ilustrasi/Admin (antarasumut.com)

Siang itu, aku ditelpon pak Lutfie, sahabatku yg selalu mendukung aku, seorang kolektor prangko dan pengurus filatelis Jakarta, untuk ikut dalam diskusi tentang prangko, dengan pembicara bapak Richard Susilo, seorang kolektor Jepang dan pernah menjadi pengurus filateli Jakarta. Aku senang sekali karena aku memang kolektor prangko walau ‘tidak ada apa2nya’ dibandingkan dengan beliau2 ini.

1303385769937581197

Pak Lutfie, sahabatku dan kolektor perangko sejak 40 tahun lalu, pengurus filateli Jakarta.

Hari Rabu, 20 April 2011, dengan diantar papa dan mamaku dan tanpa kursi roda, aku ke Museum Prangko di Taman Mini Indonesia Indah dan sana jam 11.30. Wah, senangnya, bertemu banyak teman baru setelah seminar tentang  “Peran Museum dan Prangko sebagai Media Pembelajaran” ( lihat tulisanku Kompasiana dan Museum Perangko, Membuat Aku Mulai Bisa Merefleksikan Diri di Balik Ketidak-sempurnaanku ). 

Ada pasti pak Lutfie, pak Bambang ( penggerak guru2 SMP ), beberapa guru2 SMP, PT Pos Indonesia ( diwakilkan oleh pak Aljohan - Kompasiana ), kolektor2, facebookers ( diwakili oleh mas Lukman Hakim ), pak Yohanes Widyawan - Kasubdis  Filatelis dan Prangko Kementrian Kominfo, dan lainnya.

13033858401379996370
13033858951721220775

Diskusi mengenai prangko ini sangat membuatku termenung. “Mau dibawa kemana filatelis Indonesia?”. Ternyata, era globalisasi di dunia, termasuk Indonesia, membuat barang2 filateli menjadi ‘tertinggal’. Anak2 di era sekarang ini sama sekali tidak tahu “apakah perangko itu? Buat apa dan bagaimana memakaiya?” Ahhhh ….. menyedihkan sekali ….. juga termasuk anak2ku …..

Sewaktu aku membereskan prangko2 koleksiku, anak2ku bertanya, “Mama, gimana sih memakai prangko? Buat apa?”. Aku menerangkan apa guna perangko dan buat apa. Walau mereka tetap tidak mengerti ( karena tidak pernah ada surat setelah ada email, hanya surat2 tagihan karti kredit kami tanpa perangko, atau surat2 undangan ). Aku hanya geleng2 kepala : sebegitu jauhkan anak2 kita mengerti tentang ‘bersahabat dengan surat?’ …..

13033859458318137

Bapak Richard Susilo.

Menurut PT Pos Indonesia, perangko Indonesia hanya menargetkan sekitar 20 milyard untuk penjualan perangko, dimana banyak Negara / hampir semua negara, hidup dari perangko, terutama negara2 kecil di Eropa, Afrika dan negar2 kepulauan Pasific. Lihat saja, perangko2 mereka sangat indah dan cantik ….. Dan negara2 lainnya mencetak perangko sampai puluhan ribu buah dengan banyak seri yang bisa mendapatkan milyard-an dollar !

Filatelis ( orang yg mengumpulkan benda2 filateli ), seharusnya berhubungan dengan pos / surat, masyarakat, bisnis dan kolektor. Dimana, masyarakat mengirim dan menerima surat, para kolektor adalah yg mengkoleksi benda2 filateli ( perangko, stam, sampul hari pertama, dll ) dan pe-bisnis benda2 filateli dengan mencari benda2 filateli dan menperjual-belikan antar mereka atau dengan kolektor serta masyarakat.

Menurut bapak Richard Susilo, sekolah filateli ada di Pennsylvania,  Amerika Serikuta dengan gelar khusus, dimana yg bisa bersekolah tetang filateli di calonkan, tidak bisa ‘masuk’ sendiri. Dan yang jelas, prangko adalah sebagai bagian dari pendidikan dan investasi, sehingga masa depannya harus tetap di’maintain’, seperti kebutuhan2 manusia yg lain.

1303386049172535385
1303386150392061753

Bapak Richard Susilo, kolektor Jepang, bukunya tentang “Mengenal Filateli di Indonesia” sudah cetakan ketiga tahun 2002, di buat di Tokyo.

Masa kejayaan filateli di Indonesia adalah sekitar tahun 1980-an, dimana surat menyurat sangat vital bagi semua orang. Dari orang per-orang, perusahaan per-perusahaan, instansi per-instansi bahkan dari negara per-negara. Dulu, pada saat hari raya ; Natal, Tahun Baru, Lebara dan sebagainya, banyak sekali kartu2 berdatangan. Tetapi sekarang bisa lewat email, sms atau bbm. Seperti ceritaku tentang bersahabat pena dari dalam negri sampai ke luar negeri, bahkan ‘bersahabat’ dengan banyak kelapa negara di dunia, itu dimulai tahun 1980-an ( lihat tulisanku Bermula dari Sahabat Pena, Aku ‘Berteman’ dengan Para Pembesar Banyak Negara ).

Untuk masa depan filateli Indonesia, seharusnyalah ada kerja sama antara pos, orang2 yg sangat peduli dengan filateli ( disebut Pembina ) dan ‘club2′ filatelis antara seklah, instansi bahkan antar kota sampai antar dunia. Para pegawai PT Pos seharusnyalah peduli dengan ‘benda2′ nya dan saling mengkoleksi. Tetapi ternyata, banyak pegawai PT Pos tidak terlalu peduli. Bagaimana mereka bisa mempromosikan prangko tetapi mereka sendiri tidak peduli ?

Setelah era itu, munculah era globalisasi, dimana semua memakai telpon / handpone, email, SMS dan BBM, bahkan Facebook dan Twitter atau yang lain. Mulai tidak ada Pembina tentang filatelis Indonesia. Para Pembina, kolektor dan club2 filateli serta yg lainnya mulai tidak bisa berbuat apa2 dengan adanya ‘dunia direngkuh hanya dengan ’smartphone’. Tidak perlu ‘perangko2′an. Mahal, kata mereka. Bahkan banyak penawaran SMS gratis dan pengguna Blackberry hanya mengeluarkan kurang dari 100-an ribu / bulan untuk ‘menjangkau’ dunia …..

Filatelis2 Indonesia mulai menyadari hal ini beberapa tahun terakhir. Dengan memberikan seminar2 atau workshop2 ke sekolah2 ( dimulai dengan kegiatan anak2 dan remaja dengan mengumpulkan perangko ) dan sebagainya. Tetapi apakah hasilnya? Apakah sekolah2 sudah mulai ada club2 filatelis? Dan jika memang sudah ada, bagaimana realisasikannya? Apakah ada instansi ( atau PT Pos sendiri ) memberikan bantuan dana untuk sekolah2?

Para filatelis yg sangat peduli, bisa ‘membina’ beberapa orang untuk langsung mencari bibit2 filatelis muda yang langsung mulai terjun ke lapangan. Dananya diberikan. Saling berkumpul dan berdiskusi, menjadikan kita ‘kuat’ untuk saling melengkapi.

Bagaimana dengan ‘exploitasi’ perangko? Jika anak2 dan remaja sudah mulai menyukai perangko, tidak seharusnyalah selalu meminta uang ke orang tuanya untuk membeli perangko baru. Bisa saja saling tukar menukar dan banyak membaca buku tentang perangko, karena perangko adalah ‘cermin berbangsa dan bernegara’ ( lihat tulisanku Perangko Indonesia ( ku ) dari Masa ke Masa : Cermin ber-Bangsa dan ber-Negara ).

Exploitasi perangko, misalnya, tentang perangko lambing provinsi Indonesia, tahun 1981 ada 27 provinsi. Mengapa lambing provinsi sekarang yg 33 desainnya tidak di’sama’kan dengan tahun 1981? Bukankah itu ‘exploitasi?’. Seharuskan, desainnya disamakan sehingga hanya membeli kekurangannya. Bila para filatelis mempunyai cukup uang untuk membeli perangko, bagaimana denga ‘embrio’ dan calon2 filatelis muda?

Menurut pak  Aljohan - Kompasiana, dari  PT Pos Indonesia Divisi 4, membuat  “Filateli go to school”, mendatangai sekolah2 dan mencari bibit unggul untuk dibina. Sering membuat whorkshop filateli da nantinya di setiap wilayah menunjuk beberapa sekolah untuk dijadikan percontohan. Ada lomba koleksi, bukan hanya sekolah2 tetapi untuk pegawai2 PT Pos sendri. Lalu ditindak-lanjuti untuk lebih mendapatkan ‘embrio filatelis muda’. Guru2 terlalu berat bila ditunjuk menjadi Pembina, tetapi cukup ‘penggerak.

130338626535271369

Bapak Aljohan - Kompasioner, berbicara di forum tentang pembinaan ke sekolah2.

Lalu, bagaimana dengan ‘penggerak keluarga?’. Mamaku berbicara di forum waktu Tanya-jawab dan saran : bahwa tidak hanya penggerak2 sekolah, tetapi juga ‘penggerak2 keluarga’. Dan mamaku, memang mengkoleksi banyak macam sejak dulu, dan itu ‘menurunkan’ ke jiwaku. ( Aku akan menulis apa saja koleksiku di Kompasiana ).

Dulu, mamaku member ‘modal’ untuk mengkoleksi perangko dengan album dan perangkonya. Aku 3 bersaudara, 2 adikku laki2 dan hanya aku yg ‘berkembang’ tentang surat menyurat dan perangko.

Beberapa cara untuk menumbuhkan minat ber-koleksi ( perangko ) :

1.       Bersahabat pena ( walau sekarang sudak tidak jaman lagi memakai perangko )
2.       Survey perangko ke museum2 dan diskusi
3.       Wisata perangko ke tempat2 bersejarah yang dicetak di perangko
4.       Perangko Prisma, yatu perangko yg bisa dipakai untuk mengirim suray dengan foto kita sendiri ( ada di kanto pos2 besar ) —– itu menyenangkan, bukan?
5.       Mengumpulkan perangko bertema’ misalnya, bila menyukai flora fauna atau hanya tentang olah raga, bisa dimulai dari sini

Dan Facebook juga sudah mempunyai Komunitas Filateli yang di wakili oleh mas Lukman Hakim, yg berbicara di forum tentang komunitas ini. Menyenangkan, bertemu dengan teman2 baru di komnitas yg sama …..
Bapak Pringgodiprojo  serta pak Yohanes Widyawan juga banyak berbicara tentang filatelis2 Indonesia. Dan aku sangat  semangat sekali, banyak teman dan sahabat filatelis sangat bersemangat memajukan filateli Indonesia.

13033863661903434203

Bapak Yohanes Widyawan, Kasubdit Filateli dan Perangko Kementrian Kominfo.

Diskusi ini memakan waktu hingga sekitar jam 4 sore. Setelah itu, untuk memperingati ulang tahun TMII yang ke-36, PT Pos Indonesia mengeluarkan Sampul Hari Pertama dengan perangko bergambar batik, yang aku minta ditanda tangani oleh pak Yohanes Widyawan dan pak Pringgo.

Aaahhhh ….. aku puas sekali. Berbagi pengalaman dengan filatelis2 Indonesia dan Jepang, dan beliau2 semua menganggap kita sebagai taman dan sahabat. Hanya seorang ‘aku’, bisa menjadi sahabat dengan banyak filatelis2 Indonesia dan ( baru, dan akan ke seluruh dunia ) Jepang.

Semoga pada pameran filateli dunia, dimana Indonesia menjadi tuan rumah tahun 2012, aku bisa menggali pengalaman dengan filatelis2 dunia …..

13033865501784643454

Aku dengan pak Aljohan - Kompasioner, saabatku, yang memperkenaklan komunitas pos dan filateli sampai aku diundang seminar dan berbicara disana ( padahal aku belum bisa lancar bicara ) serta memamerkan surat2ku dari banyak tokoh dunia …..

13033867001211119903
13033867861588442586

Aku dengan mamaku, pak Yohanes Widyawan yg sedang membubuhkan tanda tangan di Sampul Hari Pertama-ku, pak Lutfie di belakangku, dan sebelahnya mas Lukman Hakim, Facebookers Komunitas Filateli serta beberapa guru.

Bapak Pringgodiprojo, KA Mupi 1983 - 1985.

Salamku …..

13096071791943036955

Tags: ,

0 Responses to “Masa Depan Filatelis Indonesia: Mau di Bawa Kemana ?”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks