Senin, 25 April 2011
Enyahkan ‘Monster’ di Dalam Diri Kita untuk Menyelamatkan Bumi Ini
Senin, 25 April 2011 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Membaca tulisan ttg bumi kita / pepohonan di suatu tempat tulisan kompasioner ini ( lihat tulisan Spesies Monster di Kalimantan
), pagi ini tiba2 buat aku emosi. ‘Monster2′ tidak hanyak di hutan2
tetapi juga banyak ‘monster’ untuk bumi kita. Pepohonan kita, kelautan
kita, juga hubungannya dengan polusi dimana2. ‘Monster’ bukan hanya
tentang ’siapa yg memelihara’nya, tetapi ’siapa yang membuat hubungan kita dengan bumi kita ini menjadi rusak’.
Lihat saja, di Kompas beberapa minggu
lalu tentang reklamasi. Penelitian tentang penurunan laju muka tanah di
Jakarta Utara sejak 1985 sampai 2010 mencapai -2,65 meter di Cilincing
hingga -4,866 meter di Penjaringan. Dan karena ini, seharusnyalah
reklamasi tidak pantas di lanjutkan. Amdal kadaluwarsa sejak tahun 2003
dan harus meminta ijin dari Kementrian Lingkungan Hidup dan harus
melibatkan partisipasi warga setempat ( Kompas, 6 April 2011 ).
Melakukan reklamasi tetapi tidak melakukan ‘reboisasi’ hutan mangrove …..
Tetapi, apa yg terjadi? Bukan hanya
melakukan reklamasi, monster2 juga ‘melindas’ lautan untuk dijadikan
daratan dan membangun perumahan, apartemen dan sebagainya. Monster2 juga
‘melindas’ dunia bawah laut, seperti Terumbu Karang dan ekosistemnya
menjadi rusak ( lihat tulisanku Terumbu Karang : Sebuah Catatan tentang Makhluk Hidup yang ‘Tersingkir’ dan Konservasi Laut: Perlindungan Sumber Daya Laut ). Monster2 juga mengeruk ikan2 di laut dengan membabi buta tanpa peduli anak cucu kita …..
Terumbu Karang yg baik dan indah
untuk tempat perkembangbiakkan ikan dan terumbu karang yang sudah rusak,
dengan warna2 kusam dan ‘kotor’.
Reklamasi bisa saja dilakukan sepanjang tidak merusak lingkungan hidup, dengan banyak persyaratan khusus ( lihat tulisanku Reklamasi oh Reklamasi ……
). Jika reklamasi hanya ingin membuat daratan dan tidak melakukan
persyarakat2 khusus, reklamasi akan membuat daratan menjadi rusak.
Alangkah indahnya, bila Jakarta
menjadi impian untuk mangrove2 seperti ini ….. Karena, salah satu untuk
bisa melakukan reklamasi adalah dengan membuat ‘hutan mangrove’. Seperti
gambar ini, kita bisa berwisata ke hutan mangrove denga berjalan kaki
atau dengan menaikki perahu atau sampan ….
Bagaimana dengan pepohonan di hutan2 di
pedalaman Kalimantan dan Papua atau pepohonan di perkotaan? Bagaimana
dengan pertamanan dan penghijauan di ruang terbuka hijau di perkotaan?
Banyak sekali ‘monster2′ yg melahap pepohonan dimana2 ….. jika pepohonan
di hutan pedalaman, wajar jika kita ikut mengawasi karena tidak
‘terlihat’ mata kita. Tetapi bila terjadi di perkotaan, siapa yg mesti
disalahkan?
Sangat menyakitkan melihat hutan2
menjadi gundul ….. lihat, ada ’secercah’ harapan, sedikit tumbuh tanaman
dan warna hijau, pada pohon yg sudah ditebang …..
Ruang terbuka hijau setidaknya 20%
sampai 40% di perkotaan, tergantung lokasinya ( contohnya di Jakarta ),
dan sedikit lebih besar di Jakarta Selatan diatas 50% dan daerah Pucak
bisa sampai 0%., karena untuk peresapan daerah Jakarta. Tetapi,
bagaimana yg terjadi? Seperti yg kita tahu, banyak vila2 di Puncak yg
melanggar dan rumah2 besar di Jakarta Selatan yg melanggar paraturan.
Monster2 itu sudah merusak bumi kita …..
Lalu, bagaimana dengan polusi2 di mana2?
Bukan hanya polusi udara, tetapi polusi suara, bau dan mata. Polusi
udara antara lain terlalu banyak kendaraan. Bis2, truk2 dan kendaraan2
yg tidak dirawat membuat pembuangan2 nya berdampak luar biasa bagi kira.
Monster2 juga lah yg selalu menambah2 kendaraan yg tdk ada batasnya.
Proyek memasukkan kendaraan baru dari luar, dan tidak mengindahkan kota
dan bumi kita, hanyak membuat hanya beberapa orang memadatkan kantong
mereka, membuat monster2 untuk jalan raya, termasuk tidak peduli tentang
‘infra-struktur’ yg tidak pernah bertambah …..
Perkotaan terpolusi oleh kendaraan dan pabrik2.
Bus2 yg rusak tetap dipakai dan tetap
membeli ‘bekas’ untuk menambah keuntungan. Truk2 yg seharusnya tidak
boeh melalui Jakarta karena membawa barang2 ke luar pulau, tetapi
memasuki Jakarta krn tidak mau memutar / belum ada jalan memangkas
Jakarta, membuat polusi udara bertambah ‘padat’. Juga kendaraan kecil
sebut saja, motor dan bajaj, tidak pernah di pelihara dengan
mengeluarkan asap yang tebal.
Jika pulang kantor, aku mencuci
mukaku, walau aku berkendaraan sendiri, terlihat tissue basah yg aku
pakai, menjadi berwarna hitam !
Polusi juga disebabkan oleh peraturan yg
dilanggar tentang pabrik2 dan limbah2nya. Tidak adanya ‘perawatan’
khusus dan lokasi2 untuk pabrik2 besar maupun industry rumah tiangga
sehingga polusi udara bertambah.
Lain lagi dengan polusi suara, bau dan
mata. Kendaraan2 yg tidak dirawat memang merusak telingan dan mata,
disamping pembangunan2 yg tidak pada tempatnya …..
Beberapa issue strategis tentang penataan ruang kota, berhubungan dengan bumi kita :
1. Belum berfungsinya secara optimal penataan
ruang dalam rangka menyelaraskan, mengsinkronkan dan memadukan berbagai
rencana hidup perkotaan. Beberapa tahun belakangan ini, sudah
terjadi ketidakselarasan dalam pemanfaatan ruang antara manusia dengan
alam ataupun antara kepentiangan ekonomi dengan pelestarian lingkungan.
2. Terjadinya penyimpangan pemanfaatan ruang dari ketentuan dan norma yg seharusnya. Penyebabnya adalah inkonsistensi kebijakkan terhadap rencana tata ruang serta kelemahan dalam pengendalian pembangunan
3. Belum ada keterbukaan dan keiklasan serta kurangnya kemampuan menahan diri dari keinginan membela kepentingan masing2 secara berlebihan.
Sangat terlihat dari inisiatif untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat cenderung diselenggarakan untuk
memenuhi tujuan jangka pendek, tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan dan berkelanjutan pembangunan jangka panjang.
4. Belum sepenuhnya menjadikan usaha preventif dalam proses pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.
5. Masih lemahnya kepastian hukum dan koordinasi dalam pengendalikan pemanfaatan ruang.
6. Degradasi lingkungan pada kawasan pesisir
- Luas areal hutan mangrove berkurang
Bila mangrove tidak dapat dipertahankan
maka akan terjadi abrasi pantai, pencemaran dari sungai ke laut dan zone
‘kehidupan air’ pun akan terancam.
- Intrusi air laut
Ini di akibatkan oleh kenaikkan muka air laut serta ‘penyedotan’ air tanah yg berlebihan.
- Punahnya ekosistem terumbu karang
Hilangnya ekosistem terumbu karang yg merupakan tempat perkembangbiakkan ikan2 untuk kebutuhan kita.
Aahhh ….. masih banyak yang harus kita cermati untuk bumi kita. Itu tidak akan terjadi bila kita tidak bersatu padu menyelamatkan bumi ini. Banyak
orang tidak peduli, tetapi orang2 yg peduli seperti kita, harus
menyatakan sikap kita. Jika kita penulis, tulislah banyak tulisan
tentang bumi kita untuk membuka mata dunia, betapa bumi kita sudah
semakin rusak.
Selamatkan bumi kita demi anak cucu kita …..
Jika kita desainer, coba membuat konsep2
desain yg menginspirasi untuk banyak orang tentang bumi kita. Atau jika
kita mempunyai talenta lebih, mencoba berbuat lebih, misalnya bersama2
menanam pepohonan dengan memakai konsep2 yg sudah di buat desainer2 kita
atau ‘membeli’ area perumahan dan membongkarnya untuk dijadikan ruang
terbuka hijau ….. ( terlalu bombastis ? semoga saja, tidak ! ).
Bagaimana bumi kita terselamatkan, anak2 SD sudah ‘bisa’ membuang sampah ke laut disbanding membuang sampah ke tempat2 yg sudah disediakan ???
Jika di Singapore atau negara2 lain, memang pasti bisa diterapkan. Bagaimana dengan Jakarta ?
Mungkin kita hanyak orang2 ‘biasa’ yang
tidak mengerti apa2. Itu tidak menjadikan kita menjadi ‘monster2′ di
lingkungan kita masing2. Dengan tidak membuang sampah sembarangan,
terlebih lagi membuang sampah ke sungai, itu sudah membuat monster2 lari
tunggang langgang ….
Sumber gambar : beberapa dari www.google.com
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Enyahkan ‘Monster’ di Dalam Diri Kita untuk Menyelamatkan Bumi Ini”
Posting Komentar