Senin, 01 September 2014
Di The Hague [Denhaag], ada ‘Javastraat’ dan ‘Restaurant Garoeda’…
Senin, 01 September 2014 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
‘Blue Delft’ memang sangat menarik! Paling tidak, untukku! Aku memang sangat suka dengan benda2 kesenian, barang2 budaya serta etnik dari ragam kota dan negara. Keramik khas Belanda ‘Blue Delft’, sangat terkenal di dunia, dan menjadi salah satu icon Belanda, selain Windmills.
Dari Delft, sudah kenyang Subway dan ‘tea time’ di Blue Delft, bus kami menuju ke kota terakhir hari ini. Ke The Hague, atau Denhaag, sebagai kota pereintahan dan tempat tinggal keluarga kerajaan Belanda.
The Hague memang merupakan kota pemerintahan Belanda. Tempat keluarga kerajaan Belanda dan tempat perwakilan negara2 asing disana, termasuk perwakilan dan Duta Besar dari Indonesia. Kota ini tetap cukup sibuk, walau tidak sesibuk Amsterdam bahkan Rotterdam. Tetapi memang lebih sibuk dari Delft, sepertinya.
Begitu bus kami masuk kota, langsung kami diajak ‘city sightseeing’ keliling kota, terutama ke wilayah rumah2 dan perwakilan dari duta2 besar negara sahabat, termasuk Indonesia. Bahkan kami diajak benar2 melihat perwakilan dan rumah2 masing2 wisatawan di bus kami. Tour guide bercerita tentang suasana dan kehidupan disana, dan aku mengangguk2, walau ada pemikiran tersendiri melihat lingkungan cantik disana.
Kota cantik dengan lingkungan alam yang asri. Sepanjang sungai disediakan bench untuk duduk2, nyaman sekali …..
Kota The Hague merupakan kota pemerintahan dan ibu kota provinsi South Holland. Ternyata The Hague merupakan kota ke-3 terbesar setelah Amsterdam dan Rotterdam, di Belanda. Dan The Hague merupakan pemukiman untuk sebagian besar kdutaan negara2 sahabat dan organisasi internasional, karena The Hague memang kota pemerintahan. Termasuk juga tempat bermukim perwakilan negara2 dari PBB, bersama2 dengan beberapa kota dunia seperti New York, Brussels, Bonn, Wina, Tokyo dan Nairobi.
Bagian The Hague modern
Bagian dari The Hague ‘kota tua’
The Hague ( Bahasa Inggris ) atau Denhaag, downtown nya terkonsentrasi di sekitar Hofvijver dan Binnenhof. Kota ini berupakan perpaduan bangunan2 modern dan bangunan2 tua, seperti kota2 Eropa lainnya. Jalan2nya tidak terlalu lebar di pusat kota, walau sudah ada yang dilebarkan untuk ‘kemewahan’ begi diplomat2 dunia.
Sebuah Gereja Katolik besar yang bersal dari abad ke-15, dan sebuah Gereja Protestan abad ke-17, tetapi dibangun dengan gaya modern, menjadikan The Hague memang terlihat perpaduan Eropa dengan dunia modern.
Delft yang sangat terkenl dengan kota pelajarnya, ternyata tidak menjadi saingan bagi The Haque, dengan Universitas Leiden, kota didekatnya serta Universitas The Hague. Bahkan dengan kota ini menjadi tempat bermukim ngara2 sahabat dalam kompleks kedutaan, menjadikan The Hague penuh dengan ekspatriate2 dan anak2 diplomat bersekolah dan kuliah disana, membuat kota ini sangat beragam kebudayannya. Banyak pub2 asing, toko2 etnik serta event2 budaya.
Menurut referensi yag aku baca, di kota ini banyak terdapat nama2 jalan dari nama2 tempat di negara2 jajahan Belanda, dahulu. Seperti ‘Javastraat’, dari nama Pulau Jawa, yang aku lihat. Juga terdapat ‘Restaurant Garoeda’, yang katanya menyediakan masakan Indonesia di Haulstraat.
Bagian2 kota umumnya mempunyai bangunan2 low-rise atau rumah2 tak bertingkat sampai hana 2 atau 3 lantai. Dengan taman2 hijau yang lua, membuta The Hague sangat nyaman serta tidak ramai, seperti Rotterdam apalagi Amsterdam.
Ada ‘Javastraat’ di kota The Hague
‘Restaurant Garoeda’, di pojokan jalan Haulstraat
Bangunan2 pencakar langit pun tidak terlalu tinggi, misalnya Hoftoren, Het Strijkijzer serta De Kroom, terlihat bagai pemusatan sebuah lingkaran kota.Tata letak kota ini lebih luas daripada kota-kota Belanda lainnya dan karena penggabungan perkebunan bangsawan besar dan tua, penciptaan berbagai taman dan penggunaan zona hijau di sekitar sungai alami, itu adalah sebuah kota yang jauh lebih hijau dari yang lain dalam Belanda.
Wilayah kedutaan di The Hague, memang cantik. Beberapa penuh dengan pepohonan rindang, dengan taman2 kota yang nyaman, lingkungan ini patut dikatakan sebagai ‘golden area’. Dan beberapa lagi berupa bangunan2 dalam 3 lantai di area perkotaan padat. Jalanannya sepi, tanpa penjagaan. Karena memang wilayah ini adalah wilayah kedutaan, jika orang kesana pasti ada tujuannya, sehingga jalanan memang sepi.
Daerah kedutaan di downtown, dengan gedung2 seperti perkantoran tanpa pengamanan dan penjagaan, bahkan langsung berada di sisi jalan umum …..
Kedutaan di sisi suburb The Hague, suasanya lebih baik dan nyaman dengan pephonan menghijau …..
Tidak seperti di Jakarta, rumah2 atau kantor2 perwakilan negara sahabat dan kedutaan besar, yang sangat dijaga dengan ketat, tidak seperti di The Hague. Jangankan penjagaan yang ketat, antara gedung dengan jalananpun hanya dibatasi dengan pedestrian kecil tanpa pagar! Dan antara kedutaan satu dengan sebelahnya, tanpa batas, hanya seperti antar ruko, di Jakarta ……
Bendera semua perwakilan2 negara sahabat …..
Masing2 rumah atau kedutaan negara sahabat itu, yang berada di sedikit tepi kota, memang merupakan ‘rumah’ bukan gedung bertingkat seperti kantor. Rumah2 itu cukup besar, semua berlantai 2. Desainnya berdiri sendiri, tergantung si arsitek. Sayang, kedutaan Indonesia secara eksterior, tidak mencerminkan negara Indonesia, kecuali Bendera Merah Putih, dan plat bahwa ini adalah kedutaan Indonesia.
Untuk anak2,The Hague tidak terlalu menarik, apalagi hanya dilihat dari bus saja. Tetapi untukku sendiri, apapun kotanya, dimanapun daerahnya apalagi negara yang lain, sangat menarik minatku, sebagai hasil pengamatan serta peminatanku. Semuanya sangat menarik, yang bisa menjadi referensiku untuk sebuah inspirasi …..
Sebelumnya :
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Di The Hague [Denhaag], ada ‘Javastraat’ dan ‘Restaurant Garoeda’…”
Posting Komentar