Jumat, 25 April 2014
Gara-gara Kurir Pengantar Tagihan Kartu Kredit, Aku Dimaki Bank Nasional
Jumat, 25 April 2014 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Selamat Hari Bumi ……
Tags:
bisnis ,
manajemen
Memang sangat menyebalkan dengan orang2
yang tidak mempunyai etika dalam hidup bermasyarakat. Jika kita hidup
dengan baik dan bekerja dengan sebaik2nya untuk Tuhan dan masyarakat,
semuanya akan sesuai dengan yang diharapkan.
Aku ingat ketika aku menikah dulu, akhir
tahun 1994. Waktu itu orang tua kami mengundang sekitar 2000 orang
tamu. Sekitar 1 bulan sebelumnya undangan susah disebarkan. Ada yang
dikirim per-pos, catatan kilat, atau menitipkan teman atau keluarga dan
ada yang dikirim melalui jasa kurir. Tetap dari 2000 undangan yang
tersebar, tanda terima yang masuk sekitar 1500-an. Sisanya, alamat tidak
ada atau sudah pindah dan sudah meninggal, karena networking orang tua
memang cukup besar.
Undangan hampir 100% datang, semua
saudara dari pelosok Indonesia datang bahkan teman2 orang tua dari jaman
sekolah pun ikut mengucapkan selamat. Tetapi ketika beberapa teman
tidak ada, padahal kami sangat mengharapkannya, ternyata mereka menjawab
bahwa,
“Tidak ada undangan, tidak terima”, ketika kami tanyakan.
Usut punya usut, kami datangi jasa kurir
itu dan membawa tanda terima yang ada di kami. Serta bertemu dengan
orang2 yang mengantarnya. Ternyata, kurir itu mengakui bahwa mereka
tidak mwngantar ke alamat rumah2 yang jauh ( Dejabotabek )! Mereka malas
karena jauh dan macet, dan mereka menandatangani tanda terima dengan
asal2an! Dan undangannya mereka buang!
Astaga!
Itu pengalaman ku pertama dengan jasa kurir tahun 1994.
Yang kedua, ketika aku menjadi nasabah
kartu kredit disebuah bank nasional besar, pertama aku mampunyai kartu
kredit sendiri, tahun 1995. Bangga, tentu. Bank itu cukup baik
layanannya, sampai beberapa tahun, dan mulai bermasalah tentang
pengiriman tagihannya.
Pertama kali tanpa tagihan di sekitar
tahun ke-4 sebagai pemegang kartu kredit, aku masih bingung, bagaimana
cara tahu mengapa tidak ada tagihan. Telpon juga susah. Sehingga tagihan
terlambat membayar, beberapa kali, setelah bank itu menelponku.
Aku masih baru di dunia dalam
kenyataannya. Masih hijau. Tetapi ketika bank tersebut marah karena
tagihan sering terlambat dan bank itu selalu menelponku, aku balik
marah! Karena bukan aku tidak mau bayar tagihan, tetapi TIDAK ADA
TAGIHAN! Sehingga, aku memberanikan diri untuk mendatangi bank tersebut
dengan surat protes tentang masalah ini ( karena susah sekali berbicara
kepada layanan publik di telpon )! Aku menulis surat protes kepada
manajer mereka!
Aku disambut manajernya, dan memprotes
keras masalah ini. Yang salah karena tidak ada tagihan, mereka
menelponku sambil marah2 ( seperti debt collector ), dan aku disuruh
membayar bunga! Tetapi setelah beberapa bulan seperti ini, aku marah!
Jadilah, bank tersebut meminta maaf padaku, datang kerumahku untuk
silaturahmi, setelah aku menuliskannya di Surat Pembaca di Suara
Pembaruan dan di Tempo ( waktu itu ).
Hasil investigasinya adalah, masalah
kurir lagi! Kurir2 mereka tidak menyampaikan tagihan karena banyak hal!
Ada yang tidak ada orang dirumah sehingga kurir malas balik lagi jadi
tanda tangan sendiri saja. Ada yang rumahnya jauh, malas macet. Dan itu
adalah rumahku dulu, di Pulo Gebang! Jasa kurir itu diberhentikan oleh
bank tersebut. Dan mereka membujuku untuk mendaftar sebagai nasabah
kartu kredit mereka. Tetapi aku menolaknya! Aku tutup karena trauma.
Begitu juga ketika aku menjadi nasabah
kartu kredit sebuah bank asing yang terkenal. Tapi customernya tidak
ramah, kurirnya bermasalah dan aku tutup kartu kreditku disana. Dan aku
juga tuliskan ke Surat Pembaca. Itu sekitar awal tahun 2000-an.
Bermasalah lagi dengan kurir, yang ke-3 kali nya.
***
Kemarin terjadi lagi. Aku ditelpon dari sebuah bank nasional ( ngakunya )
tetapi memakai nomor pribadi ( nomor handphone ). Katanya, aku tidak
bayar tagihan kartu kredit yang sudah jatuh tempo. Ajku tidak kaget
karena 1 tahun belakangan ini, aku sering tidak menerima tagihan yang
biasanya dikirim lewat kurir. Aku menjadi nasabah kartu kredit di bank
ini, sudah lebih dari 10 tahun. Tidak pernah bermasalah sama sekali dan
aku selalu membayar lunas tagihanku di bulan berikutnya.
Tetapi sekitar 1 tahun belakangan ini
menjadi bermasalah, tetapi aku masih tifak mikir apa2. Jika ditelpon,
aku selalu langsung membayarnya. Tidak ada pikiran2 aneh. Sampai semalam
ketika yang ngakunya dari bank tersebut, ngoto dan marah2 karena aku
belum bayar tagihan, padahal karena tidak ada surat penagihan dan baru
jatuh tempo 1 hari saja!
Setahuku, debt collector akan
menjalankan tugasnya setelah 3 bulan jika kita ‘ngeyel’ dan membangkang
tidak mau membayar. Lah, ini baru 1 hari dan bukan karena tidak mau
membayar!
Serta merta aku ganti ‘menginvestigasinya! Berdasarkan pengalamanku temtang pengiriman tagihan, aku berani balik memarahinya!
Tapi laki2 yang mengaku pegawai bank
tersebut, tidak mau menyebutkan namanya, bahkan memarahiku serta
memotong semua perkataanku, seakan aku adakah terdakwa dengan tidak
bayarnya tagihan kartu kredit. Sampai sekian menit, kata2ku selalu
dipotong, aku menjadi sangat marah!
#Hmmmmm …… belum tahu dia, betapa
pemarahnya aku sebelum sakit, sebagai ‘preman proyek’, dan betapa aku
sekarang bisa lebih kasar jika aku tidak bisa mengedalikan otakku yang
memang sudah cacat karena stroke! Coba saja!
Dan aku semakin marah ( belum keras
apalagi kasar ), ketika dia terus tidak mau menyebutkan nama. Sampai aku
mengancam akan menuntut bank itu serta membeberkan cerita ini di media
masaa, lebih2 ke media sosial di internet! Setelah itu, dia baru
menyebutkan namanya : Aditya. Dan aku langsung menutup telponnya.
Karena semalam aku sedang meeting, aku
belum langsung menelpon bank tersebut. Baru lebih jam 10 malam kemarin,
aku menelpon dan bicara dengan salah satu customernya. Aku dibantu untuk
melapor dan solusinya, tagihanku bulan2 berikutnya, dikirim lewat
email, bukan lewat pengantar surat. Karena hasil investigasinya sesaat
setelah itu mereka menelpon aku.
Ternyata memang 1 tahun ini, tagihanku
‘macet’, karena kurir lagi! Modusnya, sedikit berbeda. Sebenarnya, sama
saja, kurir yang mengantar tagihan ke rumahku, malas atau mungkin di
rumah tidak ada yang membukakan pintu, sehingga si kurir menandatangani
asal2an dan tagihanku dibuang!
Dan masalahnya, tanda terimanya ditanda
tangani oleh pembantuku yang sudah tidak bekerja lagi dirumahku setelah
Lebaran tahun lalu! Begonya, kurir itu menuliskan nama pembantuku,
sehingga dengan mudah ‘membaca modus operandinya!
Ini yang ke-3 kali nya aku bermasalah
dengan kurir pengantar surat! Kurang ajar! Dan dari kurir, berbuntut
menjadi ke instansinya. Sudah 3 bank yang mengeluarkan kartu kredit, aku
‘black-list’ dan aku tidak mau berhubungan lagi dengan bank2 tersebut.
Jika bank nasional pertama yang ‘legowo’
menerima kesalahannya dan meminta maaf serta bersilahturahmi kepadaku,
bank asing yang kedua justru membual aku ill-fill. Pongahnya luar biasa
dan mereka tidak meminta maaf sama sekali walau aku sudah membeberkan
nama bank tersebut di media massa, dengan KTP ku sebagai penanggung
jawab jika terjadi apa2.
Dan bank nasional ketiga ini, sama
saja. Customer service nya memang meminta maaf lewat telpon, untuk
pekerjaan kuririnya tetapi tidak meminta maaf tentang yang mengaku dari
bank tersebut, yang memarahiku! Ya sudahlah! Solusinya memang lebih
baik, tagihannya dikirim lewat email. Semoga tidak ada masalah baru …..
***
Ya, masalah kurir pengantar surat, menjadi momok untukku. Tetapi kurir pengantar barang, aku angkat jempol!
Ketika aku melakukan bisnis kecil2an
untuk jual beli kain2 tenun dari swluruh Indonesia, kurir2 pengantar
barang tersebut akan tetap mengirimkan ke rumahku dan kostumerku, walau
lebih dari jam 10 malam!
Pernah ada kurir menelponku karena dia
sudah berada di depn pintu rumahkku untuk mengantar paket dari Kupang
kam 10.30 malam! Begitu aku turun untuk membukakan pintu dan menerima
paketku, aku bertanya,
“Koq malam sekali? Kan gpp kalau besok pagi?”
Dia menjawab, “Soalnya kostumer
sudah membayar denag paket ‘hari ini sampai’, dan sudah membayar mahal
termasuk asuransinya. Dan kami sudah sepakat untuk saling bekerjasama”
…..
Aku salut dengan komitmen kerjanya! Terima kasih ya ……
Tetapi tidak dengan kurir pengantar
surat lokal. Dari tahun 1994 sampai 2014 ini, sudah 20 tahun sepertinya
tidak ( semoga : belum ) berubah! Komitmen kurir tidak sesuai dengan
etos kerjanya, bahwa surat harus diantar sesuai dengan alamatnya!
Aku tidak tahu, bagaimana training dan
etos kerja mereka. Sebenarnya sama saja kan, sebagai jasa pengantar ( kurir
), baik kurir surat atau kurir paket barang? Entahlah …..
Ada yang mempunyai pengalaman seperti aku? Mari berbagi ……
Selamat Hari Bumi ……
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Gara-gara Kurir Pengantar Tagihan Kartu Kredit, Aku Dimaki Bank Nasional”
Posting Komentar