Selasa, 29 Oktober 2013
Komunikasi Antar Gender : Saatnya Kita Terus Melangkah …..
Selasa, 29 Oktober 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Aku melangkah lagi …..
Tidak sebatas untuk insan pasca stroke,
insan disabled ataupun untuk anak2 dan remaja, teryata Tuhan menunjukkan
kepadaku untuk aku melebarkan sayapkku dalam melayani perempuan2 masa
kini, yang ternyata tidak mudah untuk berkarya.
Apa? Susah untuk berkarya?
Ya! Ternyata, walau sekarang merupakan
jama modeern, ternyata masih banak perempuan2 muda yang masih mengalami
‘patriarkisme’ dari suami2 mereka atau dari tempat bekerja mereka.
Ah, masa? Sepertinya, ga tuh! Semua perempuan sudah ‘merdeka!’
Benar! Semua perempuan sudah ‘merdeka!’
Tetapi merdeka yang bagaimana? Merdeka yang sekedar ‘merdeka’ dalam arti
hanya bisa berjalan2 saja, bisa kongkow2 bareng atau bisa berbuat apa
saja? Tidak! Itu bukan arti kata merdeka. Yang aku inginkan adalah,
perempuan2 jaman modern sekarang ini, HARUS BISA BERKARYA! Catat :
BERKARYA!
Dari sejak jaman ibu Kartini, sampai
Martha Tiahahu, atau ibu Sartika, atau pshlawan2 wanita yang lain,
perempuan Indonesia memang terus maju. Sampai di suatu titik, dimana
kodrat perempuan mengharuskan kita, aku, atau perempuan Indoesia, memang
tidak bisa atau lebih tepatnya TIDAK MAU untuk melakukan sesuatu yang
diluar kodratnya. Bahwa semua perempuan tetap harus memperhatikan
keluarganya, apalagi untuk anak2nya,walau tetap harus bekerja …..
Apakah harus dikatakan bahwa perempuan Indonesia ‘mundur’ lagi dari kacah persaingan hidup dari kaum lelaki?
Tidak! Tentu tidak. Ambil contoh saja,
aku. Dalam hal ini, aku adalah seorang ibu, single parent dari 2 orang
anak ABG, yang bekerja keras untuk anak2ku, karena mantan suamiku tidak
memberikan nafkah bagi kami, bahkan bagi anak2ku, yang dengan kata lain,
anak2nya juga. Aku, seorang perempuan cacat karena stroke, lumpuh ½
tubuh sebelah kanan, tetapi harus tetap bekerja keras demi masa depan
anak2ku.
Dan aku yakin sekali, diluar sana,
banyak sekali perempuan2 muda seperti aku, baik yanglebih memprihatinkan
dari aku atau yang lebih baik dari aku, terus bekerja dan berkarya demi
buah hati mereka, karena tidak ada tempat lagi untuk mendapatkan
fasilitas2 bagi keluarganya. Aku yakin itu. Justru aku dan perempuan2
itu, dengan perkembangan jaman ini, kita harus terus berkarya, berhak
dan berkewajiban untuk membangun masa depan bagi keluarganya. Bahkan
ketika keluarganya terus berkembang dan anak2nya menjadi berguna bagi
orang lain, itu berarti prestasinya menjadi asset negara, dan mengisi
pembangunan nasional.
Aku sih tidak terlalu peduli tentang
gembar gembor gender. Bahwa masing2 gender saling ‘berebut’, masing2
gender mengatakan bahwa kaum perempuanlah yang harus diapresiasi, atau
kaum lelakilah yang harus di’sembah’. Aku tidak peduli itu. Tetapi yang
jelas, aku tidak memikirkan aku adalah perempuan atau si A adalah laki2.
Tetapi kita semua masing2 mempunyai kebutuhan hidup sendiri2. Tidak
peduli perempuan atau lelaki, kita butuh hidup! Kita butuh masa depan!
Tuhan memang menciptakan berbeda antara
perempuan dan lelaki. Tetapi Tuhan tidak membedakan antara perempuan dan
lelaki dalam mencari uang. Tuhan hanya menciptakan perempuan dan lelaki
dan membagi tugas antar mereka, sesuai denan kodratnya. Antara
perempuan dan lelaki seharusnya ( dan aku yakin ) bisa melakukan yag
sama. Bedanya adalah, perempuan mengalami menstruasi, mengandung dan
melahirkan! Itu yang tidak bisa dialami oleh lelaki. Dan masing2 mempunyai tugas untuk membangun keluarga dengan kasih …..
Tetapi selain itu, semua bisa dilakukan
oleh perempuan dan lelaki. Contohnya, aku saja. Seorang perempuan yang
bekerja sebagai seorang arsitek lapangan. Sebelum sakit, aku bisa
melakukan apaoun yang dilakukan teman2ku sebagai arsitek lapangan
lelaki. Naik tuurun proyek, mengkoordinasikan mando dan tukang, menyetir
mobil pagi2 buta sampai larut malam, ataupun tidur di timbunan pasi dan
semen ketika ada ‘deadline’ proyek.
Tidak aman? Tidak pantas?
Apanya yang tidak pantas? Tidur di
lapangan? Berjaga sampai pagi? Atau makan dengan tukang? Apanya yang
tidak aman? Sepanjang kita bisa membawakan diri kita, semua lelaki yang
disekelilingku ( dulu ), justru menjagaku, ketika aku memang harus
berjaga sampai pagi untuk sebuah prestasi kerja. Bagaimana kita
bersikap, bagaimana kita ‘merangkul’ merekapun akan menjadi pertimbangan
mereka untuk menjadi ’sahabat2′ku.
Tidak pantas?
Sepanang aku melakukannya dengan satu
tujun untuk membina masa depn anak2ku, apanya yang tidak pantas?
Mendingan aku melakukan ‘yang tidak pantas ( julukan orang2 lebay )’
untuk tujuan masa depan anak2ku, dari pada anak2ku akan tidak bisa
sekolah, kan? Dan aku sudah melakukan itu, sepanjang hidupku!
***
Bukan aku melawan arus tentang feminisme
kaum perempuan, tetapi menurutku kita semua masing2 mempunyai tugas dan
keinginan yang berbeda2. Baik kaum perempuan atau kaum lelaki, pasti
mempunyai rencana yang berbeda untuk masa depan keluarganya. Semuanya
pasti tujuannya baik adanya. Masa depan bahagia. Jadi, mengapa kita
hanya mementingkan diri sendiri ( perempuan atau lelaki ) sesaat saja?
Perempuan membela kaumnya sendiri saja, begitu juga kaum lelaki. Mengapa kita tidak bersama2 untuk berkarya?
Ketika perempuan yang katanya lemah dan
gemulai untuk melakukan kegiatan yang katanya juga hanya untuk kaum
lelaki, tidak ada salahnya juga kan, jika perempuan diberi kesempatan
untuk berusaha melakukannya, seperti bossku memberikan kesempatan untuk
aku sebagai arsitek lapangan?
Dan pada kenyataannya, AKU BISA! Aku
bisa melakukan semua ang dilakukan teman2ku yang lelaki. Dan aku tidak
terlalu peduli, apakah bossku mengapresiasiku untuk pekerjaanku atau aku
juga tidak peduli dengan ‘ketidak-pantasan’ sebagai perempuan
mengerjakan pekerjaanku di lapangan! Yang jelas, aku melakukannya untuk CINTA keluarga, dan KASIH pada Tuhan tuntuk berkarya!
Sementara kaum perempuan sibuk dengan
gembar gembornya untuk minta diapresiasi sebagai perempuan luar biasa,
kaum lelakipun sibuk dengan mencari akal untuk tidak dikalahkan oleh
kaum perempuan, aku pun tidak peduli! Untuk apa?
Bahkan ketika semua
orang mencibirku dalam keterbatasanku yang katanya lebay dengan kerja
kerasku untuk masa depan anak2ku, mereka tidak mampu membuat hatiku
menangis! Jangankan menangis, menoleh ke mereka saja, aku tidak akan
mau, tidak peduli. Bahkan aku dengan tersenyum dan terus tersenyum,
terus berjalan dengan tegar demi anak2ku. Kupikir, apakah mereka mau
memberi uang untuk anak2ku? Tidak kan? ……
Pun ketika pandangan orang lain tentang
apresiasi kaum perempuan yang sudah kerja keras bekerja keras sama
dengan kaum lelaki, aku juga tidak peduli. Semuanya aku lakukan dengan
sebaik2nya. Apresiasi dari pendapatan atau dari fasilitas yang sering
kali berbeda dengan kaum lelaki, pun aku tidak peduli. Yang jelas, aku
tetap bekerja dengan sebaik2nya, dan Tuhan akan menutupi kekuranganku,
sebagai perempuan …..
So?
Mengapa harus terus memperjuangan gender, kalau hanya sekedar ‘baju’ untuk masing2 tujuan?
Saling
mendukung, terus berkarya, menuju masa depan keuarga, adalah yang
terbaik. Baik perempuan dan lelaki bisa bahu membahu dalam
memperjuangkan keluarga, yang akan menjadi asset negara, ITU LEBIH
INDAH, bukan?
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Komunikasi Antar Gender : Saatnya Kita Terus Melangkah …..”
Posting Komentar