Rabu, 24 Juli 2013
‘Wisata Naik Kendaraan Umum di Jakarta?’ Mimpi, kaleeeeee…
Rabu, 24 Juli 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti

www.wirawiriwisata.com
Sebenarnya, aku malas sekali setir mobil
sendiri, ketika aku masih sehat. Aku sih suka setir mobil, hanya aku
malas sekali macet! Cape dan stres! Bahkan karena malas macet, aku harus
bela2in pulang malam di dari jam 22.00 walau sedang tidak ada deadline
di pekerjaanku. Lebay? Aku rasa tidak!
Terbukti, setelah jam kantor,
sebagian besar eksekutif menunggu di cafe2 searah ke rumah mereka, untuk
‘menunggu kemacetan!’, bahkan yang lebih lebay lagi, banyak dari antara
mereka justru ‘terpuruk’ di tempat penungguan tersebut karena ‘main
mata’ dengan penunggu kemacetan yang lain, hehehe …..
Ketika aku kuliah bisnis di Australia
sekitar 20 tahun lalu, papaku menanyakan aku, apakah aku mau dibelikan
mobil untuk kegiatanku sehari2, walau bukan mobil baru. Dan aku menjawab
untuk tidak usah membelikan aku mobil. Aku ingin membumi, sekalian
mencoba hidup di negeri orang dengan naik kendaraan umum saja. Toh
australia mempunyai kendaraan umum massal yang sangat baik! Jadilah aku
mulai mempelajari peta jalan dan kendaraan umum apa saja yang bisa aku
tumpangi.
Diantar orang tua angkatku disana ( lihat tulisanku Jejak Nostalgia : Masa-Masa Kuliah di Perantauan …..),
aku membeli tiket untuk 1 bulan kedepan, untuk pertama kalinya. Semua
kendaraan umum boleh aku tumpangi, sesuai dengan kebutuhkanku. Waktu itu
aku hanya mengeluarkan uang sekitar AUS$ 20.00, untuk semua kendaraan
umum 24 jam setiap hari! Murah sekali! Dengan waktu itu hanya 1500
rupiah tiap Dollar Australia nya ( AUS$ 20.00 = 30.000 sebulan ) untuk
bus, kereta listrik serta ferry. Sebuah ’surga’ dengan kendaraan umum
yang komprehensif dan terintegrasi!

ferryswanriver.au

www.expartarrival.com
Ferry dan keret listrik, salah satu
contoh di kota2 dunia, bukan hanya untuk melayani warga kota saja,
tetapi ‘mereka’ dipersiapkan lebih cantik dan apik untuk mengankut
wisatawan2 dunia ketempat2 yang ditawarkan .

city bus from Boston to New York
….
Atau bus kota yang sangat terpelihara apik dan rapi, setiap saat …..
Dan aku sering hanya ‘berwisata’ menikmati kendaraan umum yang cantik, apik dan nyaman, hanya sekedar makan ‘fish n chips’
di Fremantle ( dari rumaku, naik bus dan kereta listrik ) atau makan es
krim di Pert Downtown Post Office sambil bermain bersama burung2 camar
atau ketempat sahabatku, angsa hitam di Lake Monger, naik bus ( lihat
tulisanku Lake Monger - Perth : Ber-BBQ dengan ‘Keluarga’ku dan ‘Keluarga Angsa Hitam’ [sad ending] ).
Atau sekedar berjalan2 di Perth Zoo untuk menyapa koala2 lucu dan
wombat yang unik serta kanguru2 yang lincah, atau ke Rottnest Island,
naik ferry …..
***
Sebenarnya, aku sangat merindukan kegiatan seperti itu. Di Jakarta, kota
kelahiranku, dan kota pengharapanku tercinta, sungguh! Aku adalah
nasionalis. Cinta Jakarta dan cinta Indonesia dengan beragam budaya nya.
Dan aku adalah arsitek humanis, coba lihat ratusan tulisan2ku di
Kompasiana. Keinginan2 idealisku untuk Jakarta terutama, terus
menyeruak dengan banyaknya protes sosial-ku yang membangun untuk
Jakarta lebih baik. Bukan protes sembarangan tanpa solusi, tetapi aku
selalu memberi konsep2 solusi, sesuai bidangku sebagai arsitek dan urban
planner.
Sejak aku mengerti tentang kehidupan
Jakarta dan sejak aku tertarik untuk ikut peduli dengan Jakarta (
sewaktu aku masih SMP sekitar tahun 1984 ), aku tidak menemukan
‘kenaikan posisi’ bagi kepedulian warga Jakarta tentang kendaraan umum,
atau ‘kenaikan peringkat’ kendaraan umum itu sendiri! Yang ada hanyalah :
1. Pertumbuhan penduduk yang luar biasa banyaknya lewat keluarga serta urbanisasi
2. Perubahan jenis kendaraan umum.
Dulu ada bus, bemo, helicak dan becak, sekarang ada beberapa jenis bus,
angkot dan bajaj, tetapi tidak menaikan kualitas kendaraan2 umum itu
sendiri.
3. Kebutuhan warga berkendaraan umum karena meningkatnya kemacetan di setiap lini kehidupan Jakarta.
Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat
dan ‘membludag’, membuat ‘pasar’ kendaraan pribadi ( mobil dan motor )
juga meningkat pesat. Itulah salah satu penyebab kemacetan, selain tidak bertambahnya panjang dan lebar jalan Jakarta. Setiap tahun, ribuan mobil baru dan motor baru, masuk Jakarta, import atau lokal. Bagaimana tidak macet?
Pemda memang meningkatkan jenis
kendaraan serta beberapa konsep angkutan umum sampai yang terakhir
adalah adanya Trans Jakarta dengan jalannya yang khusus, busway.
Tetapi
kelihatannya, seperti aku aku sering tulisan di artikel2ku sebelumnya
adalah ketidak-peduliannya warga Jakarta untuk menjaga
‘milik Jakarta’ dan milik kita semua, dalam rasa ’sense of belonging’
dengan kesadaran untuk membuat Jakarta lebih baik.
Seperti
Metro Mini, bajaj dan bus2 umum, sepertinya mereka tidak di maintenance
per-periodik untuk kendaraan itu terus ’sehat’. Lihat saja! Metro Mini
dan bajaj sudah seperti rongsokan belaka, dimana untuk banyak orang (
termasuk aku ) sudah ngeri menumpang karena bisa saja kendaraan tersebut
mogok atau ringsek! Kemungkinan besar, warga Jakarta yang masih
menumpang kendaraan ini karena tidak punya pilihan lain. Tidak ada
kendaraan pribadi atau naik taksi terlalu mahal. Kendaraan2 tersebut
harus sudah dibuang ke tempat sampah!
*Pertanyaannya, apakah pemda tidak
memberi instruksi kepada kendaraan umum untuk ‘merenovasi’ kendaraan2
tersebut tiap periodik sekali?


Bukan aku sombong untuk tidak mau
menumpang kendaraan ini, tetapi apakah Jakarta tidak bisa melayani
warganya dengan kendaraan umum yang lebih baik lagi? Secara Jakarta
merupakan ibukota Indonesia dan ( sebenranya )mempunyai kapasitas untuk
melayani warganya secara lebih baik …..
Angkot memang lebih baik, mungkin karena
kendaraannya cukup kecil dan reltif lebih murah, sehingga pemilik
angkot sering ‘revonasi’ dengan mobil2 baru. Tetapi?
Karena warga Jakarta memang kepeduliannya untuk semuanya sangat rendah,
supir2 angkot justru yang membuat salah satu lalu lintas di Jakarta
selalu macet, dengan ‘ngetem seenaknya saja tanpa pedulu dengan yang
lain! Begitu juga penumpangnya. Seenaknya menyetop atau menumpang angkot
di tengah jalan atau bukan di tempat2 yang semestinya, tanpa
mengindahkan pengguna jalan lainnya …..
Lain lagi tentang Trans Jakarta dan
busway nya. Konsep ini sempat dicibir, tetapi memang kenyataannya sudah
banyak pegawai Jakarta menggunakan sarana angkotan ini, karena memang
lebih murah dibading mobil pribadi dan lebih cepat. Tetapi tetap saja Jakarta ( pemda dan warganya ) TIDAK BELAJAR dari yang sudah2! Jakarta
memang bisa membangun dari konsep2 yang mengacu dunia, tetapi Jakarta
sama sekali tidak peduli dengan pemelihaannya! Trans Jakarta yang
relatif masih baru, tetapi fasilitas jalan serta stasiunnya sudah
seperti ‘tempat sampah!’
Jalan busway yang tidak rata ( apa yang terjadi? Lihat tulisanku Gali Sana, Gali Sini… Memang Mereka Tikus? ),
berlubang2 serta tambalan2 aspal, serta garis batasnya sudah gumpil2
bahkan bisa untuk masuk sepeda motor. Belum lagi stasiun Trans Jakarta
yang sudah bolong2, pintu yang rusak serta membahayakan calon penumpang,
serta ramp nya sering dipakai untuk parkir sepeda motor gratis! Padahal
ramp tersebut sebenarnya untuk pejalan kaki dan calon penumpang Trans
Jakarta! Pastinya pejalan kaki menjadi terganggu! Ckckck …..
***
Hellooowwww …… Begitu tidak pedulinya kah warga Jakarta dengan ‘barang2nya’ sendiri? Warga Jakarta itu adalah ‘pemilik Jakarta!’. Pemilik Jakarta bukan pemerintah daerah, juga bukan pemerintah pusat.
Kita ini, warga Jakarta, adalah pemilik Jakarta! Seharusnyalah kita peduli dengan barang2 Jakarta. Toh yang memakainya adalah kita sendiri! Bukan orang lain, bukan watga kota lain dan bukan pemerintah!

metro.news.viva.co.id

www.beritajakarta.com
Corat-coret dan pengerusakkan yang menjadi ‘budaya warga Jakarta’ …..

www.jakarta.go.id
Di’jarah’ dan dijual ??? Duh ….
Ah, sudah capek terus ‘mengomeli’ (
siapa ya yang harus diomeli? ). Untukku sendiri, puluhan tahun aku
berusaha untuk berbuat yang terbaik untuk Jakarta bersama papa,
sepertinya tidak ada hasilnya. Sebelum papa pensiun dari Pemda Jakarta,
sangat terasa hasilnya, yang berhubungan dengan bangunan, tetapi semakin
kesini, Jakarta ( menurutku ) semakin semrawut dan tidak karuan!
Dunia
hedonisme sangat kental mempengaruhi bangunan2 di Jakarta ( lihat
tulisanku Memangnya Jakarta Mau Diubah Menjadi ‘Kota Shopping?’ ), dan kendaraan dan lalu lintas di Jakartapun merupakan ‘buntut’ dari hedonisme tersebut …..
Belum lagi tentang copet, perampok serta
keamanan keseluruhan kendaraan fisik Jakarta. Bahkan sekarang pemerkosa
di angkutan umum terus mencari mangsa! Keamanannya saja masih jauh dari
yang diharapkan, apalagi tentang kenyamanan?
Jadi, kapan mimpiku terlaksana untuk berwisata naik kendaraan umum di Jakarta??
Dan tidak salah kan, jika aku atau
banyak warga Jakarta sangat merindukan kehidupanku lagi di Australia
dengan kenyamanan dalam berkendara secara massal? Tetapi, apakah ber-etika jika kita merindukan negara dan kota2 dunia, dari pada Indonesia dan Jakarta pada khususnya??
*Lama kelamaan, aku pindah juga deh
ke kota yang aku ingin bisa aman dan nyaman dalam berkendara secara
massal serta menjalani kehidupanku sebagai insan pasca stroke yang dalam
keterbatasan ….. ( Lihat tulisanku ‘Hidup di Jakarta itu Serasa Dalam Hutan, Siapa yang Kuat Dialah yang Menang!’ dan Di Sebuah Kota yang Ramah bagi Warga ‘Disabled’, seperti Aku ….. ).


Tentang Saya:

Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “‘Wisata Naik Kendaraan Umum di Jakarta?’ Mimpi, kaleeeeee…”
Posting Komentar