Senin, 20 Mei 2013

Curahan Hatiku untuk Papa di Surga…



By Christie Damayanti


136904265397343802
Dokumen Pribadi

“Papa, apa kabar? Papa sedang apa sakarang? Aku kangen sekali, pa. Sudah sekitar  2 bulan kita tidak bertemu, dan sepertinya kita tidak ada bertemu lagi di dunia. Hatiku bergetar jika mengingat hal itu, bahwa kita tidak pernah bisa bertemu lagi, di dunia ini …..”

“Sejak papa di jemput Tuhan Yesus, sejak papa meninggalkan kami di dunia ini, terutama aku benar2 terpuruk! Papa tahu kan? Papa adalah matahariku! Papa adalah pelita bagi hidupku! Papa adalah pengganti tangan dan kakiku yaang lumpuh! 

Papa tahu kan, bahwaa aku benar2 membutuhkan papa? Bukan aku tidak membutuhkan mama, tetapi mama juga dalam kelemahan fisik, sehingga aku benar2 mengandalkan papa, apalagi setelah 3 tahun terakhir ini setelah aku terserang stroke …..”

“Ah, sudahlah. Sudah banyak tulisan2ku tentang papa. Bahkan tulisan2ku sudah dibukukan, ketika Valentino membuat buku untuk papa, di hari yang 40 papa berpulang, dan di Hari Anniversary Papa dn Mama yang ke-48 tanggal 14 April 2013 ( 14 April 1965 ) yang baru lalu”.

“2 bulan ini, aku masih seperti di awang2. Melihat apapun, aku selalu melihat papa disana. Di rumah, kan papa selalu membangunkan aku, menarikku untuk ‘memerintahkan’ mandi supaya bisa makan pagi bersama. Di kantor, gedung kantorku ini adalah identik dengan papa! 

Maksudnya, jika aku tidak sakit, aku pasti tidak di gedung ini, aku pasti di lapangan. Karena aku sakit, maka aku berada di holding, di gedung kantorku, hasil karya mega proyek terakhir sebelum aku sakit ……”

“Tiap bangun tidur, aku selalu lanfsung teringat papa, makan pagi teringat papa karena hanya papaa yang sselalu menemaniku di meja makan. Ke kantor apalagi! Dari turun mobil sampai di lantai 43, papa membeserkan mejaku untuk aku duduk, lalu papa menepuk pipiku atau menciumnya. Sore atau malam hari papa menjemputku kembali dan berjalan2 di mall untuk melatih kakiku yang lumpuh …..”

“Kadang2 papa atau aku mengajak nge-date. Makan bersama jika sedang ingin nge-date. Favorite kita adalah di Starbuck atau di Kopitiam ….. Ah, papa ……..”

“Pa, sekarang aku sudah mulai tegar. Aku harus tetapi semangat! Ya kan? Jika tidak, bagaimana hidup anak2ku? Cucu papa? Dennis dan Michelle? Bagaimana hidup mama? Mama mungkin lebih kehilangan papa dibanding aku, karena mama dan papa sudah hidup bersama selama hampir 48 tahun ( papa dijemput Yesus tanggal 5 Maret 2013 dan ulang tahun pernikahan papa dan mama tnggal 14 April 2013. Tetapi aku? Aku baru 43 tahun lebih hidup bersama papa …..”

“Ketika aku sudah mulai bekerja lagi setelah papa berpulang sekitar 3 minggu setelah 5 Maret 2013 lalu, aku mulai belajar untuk menjadi ‘bidadari papa’ yang bisa terus menjaga keluargaku. Aku mulai belajar lagi untuk melayani lagi. 

Dan pada dasarnya, aku ingin melayani, dan papa terus mendukungku, kan? Aku ingat, papa dengan bangga menemaniku untuk bersaksi dimana2. Papa dengan bangga duduk di sebelahku di depan pejabat2 pemerintahan untuk men-sosialisasikan internet sehat dan aman. Papa dengan bangga membaca artikel2ku tentang konsep2ku bagi Jakarta, dan papa dengan bangga beerdisusi denganku untuk memperjuangkan Jakarta sebagai kota yang bermartabat …..”

“Papa, papa juga ingat kan, ketia papa terus menemaniku untuk mengembangkan hobiku? Fillateli dan menulis? Papa bangga ketika beberpa kali aku berpameran, bahkan pameran internasional. Dan papa sangat bengga denganku ketika aku berpameran tunggal! Pameran tunggal! Bayangkan! 

Papa hanya seorang diri, menemaniku ketika semuanya lelah dan capai untuk bertemu dengan pengunjung Museum prangko TMII ketika pameranku yang selama 10 hari, taanpa ada supir atau pembantu untuk melayani pengujung2 pameranku ……”

“Setelah buku untuk papa dan buku otobiografi tentang papa tersebar ratusan dan dibeli banyak sahabat2ku, aku mulai melihat bahwa Tuhan memberikan ‘pengganti’ papa. Bahwa papa tidak tergantikan, itu sangat benar! Tetapi ketika Tuhan memberikan ‘1 paket’ pengganti papa, aku sangat yakin bahwa papa tersenyum di Surga sana bersama Yesus, melihat aku berada di tengah2 orang2 yang sangat mengasihiku ……”

“Pa, tahu tidak? Valentino yang memang sudah mengasihiku sejak 6 tahun lalu, dia lebih dan bertambah mengasihiku lagi, dengan kelembutannya yang seperti papa. Juga dengan perhatiannya yang sangat tulus dan membantuku tentang semua hal, dia mampu membuat aku terus berpikiran positif untuk semua hal. Dan Valentino sangat mengasihi anak2ku dan keluargaku. Papa bahagia kan? Dengan sahabat dan kekasih untukku sebaik Valentino?”

“Juga sahabat2ku yang lain. Mba Vema dengan keluarganya yang sangat peduli bahkan selalu membantuku kemanapun jika aku memintanya. Celin, sahabat kecilku yang selalu mendukungku lewat kata2nya yang menyemangatiku di Facebook, atau di BBM. Bahkan sahabat baruku, mba Soraya Haque yang baru 3 minggu ini memberikan dukungannya dalam bentuk terapi pemulihanku sampai aku sembuh! Luar biasa!”

“Ketika aku harus berpikir ulang dengan kehidupanku setelah papa tidak ada, diatas kertas aku harus mendahulukan kehidupan anak2ku dan mamaku secara materi sehingga aku harus benar2 menabung dan bekerja keras. Tetapi ‘paket’ Tuhan benar2 memberikan kesejukkan bagiku. Seorang mba Aya terus mendorongku untuk semagat dan mendukungku untuk di terapi dengan sahabatnya, seorang dokter. Ya,’paket’ Tuhan bertambah lagi, seorang dokter terapi otak yang menerapiku dan berusaha keras menyembuhkanku, Puji Tuhan, pa ……”

“Papa, aku yakin, papa tetap bangga kan dengan ku? Walau aku cacat, aku tetap bisa berkarya, kan? Aku pernah sedikit takut ketika aku cacat sebagai insan pasca stroke. Takut aku memalukan keluarga. Aku takut tidak membuat papa bangga sementara kedua adik2ku benar2 bisa membanggakan papa. Tetapi seiring dengan kehidupanku serta pelayananku, lambat laun pikiranku tentang hal tersebut mulai terkikis. 

Yang jelas, Valentino berkata bahwa papa selalu bangga akan hidupku, walaupun aku sekarang dalam keterbatasan …… ah, papa ….. terima kasih, pa …..”

“Pa, papa janji kan, untuk selalu mendukungku? Papa janji kan untuk selalu mendoakanku? Aku juga selalu mendoakan papa koq, tapi aku yakin sekali bahwa papa sudah berbahagia di sisi Tuhan Yesus …..”

“Ini sedikit curhatku untuk papa. Yang aku sayangkan, bahwa aku tidak sempat memeluk dan mencium papa sesaat sebelum papa berpulang, karena jam 1.30 dini hari, Tuhan Yesus menjemput papa dan waktu itu aku histeris memanggil2 nama papa ……”

“Papa,

Aku sangat menyayangimu, aku sangat mencintaimu dan aku sangat mengasihimu ….. Tuhat Yesus sangat tahu itu …..”

“Terima kasih papa, atas kasihmu padaku selama ini …..”

Peluk ciumku untuk papa. Papa juga peluk dan cium aku, donk pa ….. aku ingin bermanja2 lagi dengan papa …..

“Sampai bertemu kembali ya pa, jika Tuhan Yesus memanggilku untuk pulang ke Rumah Bapa di Surga ……”

Tags:

0 Responses to “Curahan Hatiku untuk Papa di Surga…”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks