Senin, 20 Mei 2013

Pak Jokowi, Mengapa TPU Tidak Diprogramkan Sebagai RTH yang Memadahi?



By Christie Damayanti

13690903201337641253
sandiegohills.com
 
Sebelumnya :



Taman pemakaman di Jakarta, ternyata mampu membuat aku penasaran! Aku browsing di internet dan lagi2 menemukan taman pemakaman yang kira2nya sama dengan TPU Menteng Pulo, berantaan, atau jarak antara kavling sangat kecil, sehingga susah untuk bergerak dan berjalan. Dan jika ingin menabur bunga atau berdoa, justru kita duduk di nisan orang lain, seperti foto dibawah ini ……

Goggling lagi, sampai aku menemukan ‘rumah masa depan’ yang cukup baik, bahkan sangat baik! San Diego Hills, Taman Pemakaman di Karawang. Aku mencari berita dan gambar2nya dan San Diego Hills ( SDH ) memang benar2 ‘impian’ untuk kita ‘tinggal’ disana sebagai ‘rumah masa depan’ kita di dunia.

Tetapi, apa yang aku lihat?

Memang, semuanya seperti kita hidup dan berjalan2 di villa, tamannya indan dan cantik menarik. Pepohonannya di semai dengan baik, serta rerumputannya bukan sembarang rumput, itu rumput mahal. Ada bangunan2 utama, aula untuk menerima tamu atau untuk ibada dan doa bersama, cafe sekerta ada juga tman bermain dan kolam renang (?). Dan tidak terlihat ‘keseraman’ sama sekali!

Aku memang belum pernah kesana. Sepertinya tempat itu sangat mahal. Ya, aku sangat mengerti. Pemiliknya atau developernya ( salah satu developer besar di Indonesia ) membebaskan tanah guna membangun taman pemakaman keluarga disana, dengan konsep yang cantik, sebagai tempat ‘beristirahat’ bagi orang2 yang berpulang, dan tempat berdoa bagi orang2 yang diinggalkan ……

1369090384705233907

SDH sebuah ’surga’ untuk Jakarta, jika pemda mampu menciptakan lahan RTH seperti ini, walaupun sebenarnya ini adalah taman pemakaman ( TPU )

Benar saja, tiap detail aku cari dan aku menemukan sedikit berita bahwa untuk dimakamkan disana memang kita harus membeli kavling dengan harga yang luar biasa mahal! Bahkan sebuah koran ibukota berani menyatakan bahwa untuk membeli 1 kavling tanah pemakaman harus mengeluarkan dana 1,8 milyar! Wow, jika itu benar ……

1369090425562607369
13690904661350802086
Wow …..

Tetapi terlepas dari dana yang harus kita keluarkan untuk membeli kavling disana, aku bia mengatakan bahwa, beginilah tanah pemakaman yang kita dambakan, walau sebenarnya agak terlalu lebay …..

***

Sekali lagi, seperti yang aku tuliskan di artikel sebelumnya ( lihat tulisanku Tanah Pemakaman Tidak Harus Menyeramkan! ), sebenarnya pemda bisa membuat konsep2 semacam itu, sebagai sebuah taman umum di Jakarta, walau juga sebagai tempat pemakaman.

Tidak usah seperti SDH, tetapi konsep rerumputannya serta infra-strukturnya diperbaiki. Tidak usah diseragamkan, tetapi pemeliharaannya ditingkatkan.

Mungkin konsep2 yang aku pikirkan bisa berkenan untuk sedikit pemikiranku. TPU-TPU di Jakarta mulai berbenah dengan cara :

1.       Awalnya dengan pembersihan! Rumput2 yang berantakan, di babat habis, tinggalkan rumput2 yang masih baik ( sepertinya sih tidak ada rumput yang baik, kecuali di kavling2 pribadi ). Setelah itu termasuk pohon2 yang sudah rusak. Pohon2 yang baik dan tumbuh subur, di sisakan, dan di perbaiki. Diberi pupuk dan disamaikan.

2.       Membangun infra-struktur untuk selokan, sepanjang lingkungan TPU, untuk mengalirkan air hujan. Infra-struktur itu HARUS! Jangan seperti TPU  Tanah Kusir yang kebanjiran. Kasihan yang beristirahat disana …..

Selokan sepanjang pelataran TPU, digali sesuai dengan perhitungan yang akurat! Besar dan kemiringannya sesuai dengan keadaan lapangan. Jangan sembarangan, karena jika demikian, sama saja ‘bohong’, air tidak bisa mengalir di selokan dan menggenang di permukaan tanah. Selokan ini jangan ditutup dengan beton, tetapi di alasi dengan jeruji supaya air bebas masuk. Tetapi pembersihannya harus terus dilakukan.

3.       Setelah itu, mulai membuat jalan2 setapak antara kavling atau paling tidak untuk dibersihkan, dan jangan terdapat batu2 besar yang bisa menyandung kaki. Apalagi jika orang tua atau disabled yang lewat. Jika di TPU Menteng Pulo sih aku melihatnya masih ada di beberapa titik untuk membuat jalan memakai con-block, sehingga pengunjung tidak kesulitan untuk berjalan, seperti aku.

4.       Jika antar kavling di beberapa titik tertentu sudah dipasangkan con-block, mulailah menanam rumput. Dan menanam pepohonan di beberapa titik dan beberapa titik atau sepanjang sisi, ditanami perdu. Di TPU Menteng Pulo, di jalan utamanya, ditanam perdu2 untuk menghias selokan.

5.       Untuk kavling2 yang masih belum ada, buat aturan untuk mendesainnya, supaya tidak berantakan seperti kavling2 yang sudah ada. Misalnya, pengukurannya, diluruskan dengan kavling yang sudah ada, jangan ‘bengkak bengkok’. Ambil tali dan meteran, buat batasanna untuk digali. Tidak susah, kan?

6. Untuk kavling2 yang sudah ada, jika keluarganya masih sering berkunjung, diminta untuk merawatnya. Jika sudah lama keluarganya tidak pernah berkunjung lagi, petuga TPU harus merawatnya. Memang membutuhkan pengorbanan untuk bisa membuat TPU bisa dibanggakan sebagai taman kota dan paru2 kota. Dan biayanya di bebankan kepada keluarganya, mungkin dengan mengirimkan tagihan ke rumah keluarganya …..

Karena di TPU Menteng Pulo mungkin separuhnya tidak dirawat, sehingga banyak yang dijadikan tempat sampah, tempat tidur kambing2 dan domba bahkan ada lahan yang ‘diambil’ dan dijadikan kavling baru …..

1369090575712076497
Tempat tidur kambing …..
13690906212055598150
Tempat sampah yang kemungkinan besar kavlingnya dipakai oleh pemilik baru …..

Untuk yang dijadikan tempat sampah, terlihat sangat mengenaskan. Tidak ada penghormatan sama sekali, bahkan yang dijadikan tempat tidur kambil dan domba, untukku merupakan sebuah kesedihan. Bayangkankan jika kavling dan ‘tempat tinggal’ orang tua kita yang sudah dipanggil Tuhan, tidak dirawat dan menjadi tempat tinggal kambing dan domba …… bayangkan jika makam papa menjadi tempat sampah dan banyak kambing dan domba yqng tidur disana ….. sedih rasanya …..

7. Di desain dengan ruang fasilitas umum, seperti :

a.       Tempat parkir dengan perbandingan dari pemda DKI untuk sebuah TPU. Karena tempat parkir adalah sesuai dengan gedung atau tempat umum di seluruh dunia! Dan tim desain harus mendesian sesuai dengan kriteria2 nya.

b.      Tempat penjualan bunga, nisan atau asesoris tanah pemakaman. Di desain dengan  apik, cantik dan menarik. Karena pemakaman tidak harus memyeramkan, kan? Coba lihat di tulisanku Tanah Pemakaman Tidak Harus Menyeramkan!. Justru dengan di desain dengan cantik, semuanya akan lebih terobati …..

Tempat ini jika pada di TPU yang besar, bisa di desain di beberapa titik, untuk tidak merepotkan keluarga yang kelupaan atau kehabisan bunga.

c.       Di sediakan juga untuk toilet umum yang dirawat. Juga berguna untuk mencuci tangan dan kaki. Toilet umum juga bisa di tempatkan di beberapa titik jika TPU cukup besar.

d.      Untuk di pintu masuk, sebaiknya ada 2 :
-          Pintu masuk mobil jika untuk memakamkan, beriring2an dengan banyak mobil.
-          Pintu masuk manusia dan keluarga jika tidak memakai kendaraan ( berjalan kaki ). Bisa juga di desain kantin kecil atau hanya sekedar membeli minuman ringan atau kue2 untuk sekedar mengganjal perut.

8.       Jangan lupa bahwa semuanya harus dirawat, karena jika tidak, akan kembali lagi, menjadi tempat ‘hantu2′ berkeliaran dan tempat tidur kambing dan domba …..

Mungkin baru sedikit yang aku usulkan, tetapi setidaknya aku berusaha sedikit bermimpi untuk menghormati keluarga2 yang bersedih karena salah satu anggotanya dipanggil Tuhn untuk berpulang. Untuk konsep ini, menurutku tidak terlalu memakan banyak biaya, wlau memang lahannya luas, sehingga memang besar. Tetapi untuk cost atau biaya setiap detailnya, tidak banyak, apalagi jika di desain berupa ‘repeat order’. Sangat gampang …..

Ketika RTH  ( Ruang Terbuka Hijau ) sangat di butuhkan oleh Jakarta ( karena susah untuk merawat dan tidak gampang untuk membebaskan tanah ), mengapa tanah pemakaman tidak bisa di buat sebagai RTH2 yang benar2 membuat Jakarta lebih rindang?

Sayang sekali …..

Tags: ,

0 Responses to “Pak Jokowi, Mengapa TPU Tidak Diprogramkan Sebagai RTH yang Memadahi?”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks