Kamis, 16 Mei 2013
Tanah Pemakaman Tidak Harus Menyeramkan!
Kamis, 16 Mei 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Sebuah taman pemakaman yang cantik dan indah dipandang mata, membuat yang ditinggalkan sangat syahdu untuk berdoa …..
Konsep taman merupakan hal yang
artistik, seni dan semua orang pasti mempunyai seni, walau mungkin tidak
semua orang sadar akan hal itu. Apalagi jika orang tersebut tidak
mempunyai kepercayaan diri dan tidak peduli dengannya.
Cerita tentang TPU yang aku tuliskan lewat Cerita di TPU Menteng Pulo.
Seharusnya memberikan keinginan untuk kepedulian pada lingkungan. Jika
kita sedang berada pada sebuah suasana, dimana suasana itu memberikan
efek nostalgi, kekangenan serta penghormatan tentang kehidupan orang2
yang kita kasihi, pastilah kita ingin suasana lingkungannya juga bisa
mendukungnya.
Ketika aku berada di TPU Menteng Pulo
untuk menengok makam papa setiap hari Minggu setelah ibadah dari Gereja,
aku di sadarkan bahwa keinginan untuk berdoa dan khusuk di makam papa
tidak bisa aku alami. Keluar dari mobil, aku sudah dibebani untuk
berusaha melangkah ke makam papa karena tidak ada tempat untuk aku
melangkah karena keterbatasanku. Kaki kananku yang lumpuh sering tidak
mau mengangkat dan melangkah jika permukaan bumi tidak rata, apalagi
banyak batu2 serta rerumputan yang tinggi, dan sering tidak terlihat
tanahnya rata atau tidak …..
Manjakah aku? Tidak! Sebelum sakit
aku adalah ‘preman proyek’. Jangan hanya sekedar bebatuan dan rumput
yang tinggi, tetapi aku bahkan bisa menaiki proyek2 yang belum bertangga
hanya melewati ’scafolding’ saja, atau lewat ‘alimak’ atau lift proyek,
seperti pekerja2 proyek …..
Sebenarnya bukan itu saja. Sebagai orang
yang ditinggalkan orang orang2 yang kita kasihi, sangat ingin kita
berada di tempat2 yang nyaman dan cantik untuk sekedar ‘berduaan’ dalam
doa. Tidak muluk2 kan? Bagaimana kita bisa berdoa jika sejak awal sudah
susah untuk menemui makam, dan tidak ada kenyamanan sama sekali disana?
Untukku, konsep pertamanan dalam
pemakaman tidak sulit. Seperti biasa, aku tidak mau memasuki ranah
keuangan atau politik. Tetapi aku bisa bicara bahwa untuk membangun
taman sebagai daerah pemakaman, dananya tidak terbanyak, dibandingkan
dengan membuat dan merenovasi taman2 di jalan2 protokol dengan banyak
jenis2 tanaman dan ( sering kali ) mahal. Untuk daerah pemakaman, bisa
hanya rerumputan, pun bukan rumput2 yang mahal.
Mungkin di beberapa titik, sesuai
desainnya bisa ditanami dengan beberapa pohon lokal yang tidak mahal,
dan di sisi jalan mobil bisa di tanami perdu2 lokal yang juga tidak
mahal!
Aku tahu benar dengan harga tanaman dan
pepohonan. Mungkin memang luas pemakaman yang sekitar 355,64 hektar akan
memberikan cost yang besar, tetapi jika ada kepedulian dan kerjasama
dengan orang2 yang ingin membuat Jakarta lebih baik ( yaitu pemerintah
daerah dan supplier tanaman, atau Dinas Pertamanan dan Pemakaman dengan
Dinas Kehutanan atau perkebunan ), pasti ada titik temunya! Dari pada
dananya ‘menghilang’ entah dimana?
Yang jelas semuanya harus ada 1 tujuan,
yaitu, membuat Jakarta lebih baik! Karena Jakarta sekarang sudah harus
benar2 diperhatikan untuk semua hal!
Konsep2 pemakaman umum mungkin bisa di
contohkan di banyak negara. Bukan untuk hanya sekedar menjilak saja,
tetapi bisa dimodifikasikan, sesuai dengan keadaan di Jakarta. Misalnya
di foto2 di bawah ini, di beberapa negara :
Ini adalah sebuah pemakaman umum di
Ohio, Amerika Serikat. Konsepnya tidak beraturan, jga termasuk desain
nisannya. Ada yang hanya datar dan diberi rumput sesuai rumput2 di
sekelilingnya, atau ada yang mempunyai ‘menara’ Salib’, sah-sah saja.
Sepertinya, pepohonannya pun apa
adanya. Tidak khusus ditanam, tetapi merupakan pohon2 yang sudah lama
berada disana. Terlihat dengan desain dan titik tanamnya.
Antara kavling satu denan yang
lain, juga tidak beraturan, tidak tahu bagaimana sistim pembagiannya
atau berapa m2 kah masing2 kavling? Kompleks pemakaman ini terlihat
sudah cukup lama, dengan sistim pembagian seperti ini.
Dengan ‘ketidakberaturan’ seperti
inipun, suasananya pun terlihat rapi, kan? Apalagi tidak adanya kabing
dan domba seperti di Jakarta, hihihi …..
Yang jelas, petugas di kompleks
pemakaman ini sangat menghormati sebuah makam ( terlihat dengan adanya
pemotongan rumut yang selalu rapi ) dan kepeduliannya membuat pengunjung
makam merasa nyaman, untuk hanya sekedar berjalan2 saja …..
Ada lagi konsep yang ini, di
Inggris. Adalah berkonsep sama dan seragam, walaupun ini adalah
pemakaman umum, bukan taman makam pahlawan. Nisannya seragam dan tiap
kavling ditanami berlainan tanaman. Rumputnya memang terlihat mahal. Dan
kemungkinan ini memang kompleks pemakaman mahal …..
Ini adalah konsep pemakaman lama di
New Zealand. Sepertinya kita tidak berada di tanah pemakaman tetapi
berada di kebon untuk besantai dan berjalan2.
Hampir di bayak negara, terutama
menganut faham barat, daerah pemakaman bukan hanya untuk ‘rumah masa
depan dan terakhir di dunia’ saja, tetapi juga untuk sebuah ‘taman kota’
yang sama sekali tidak terlihat menyeramkan!
Taman kota adlah Ruang Terbuka Hijau
perkotaan yang menjadi paru2 kota tersebut. Sehingga jika weekend,
banyak orang yang sengaja berjlan2 disana untuk menghirup udara segar
dengan banyaknya pepohonan dan pasti bau rerumputan akan menambah segar
suasana adlam sinar
matahari pagi …..
***
Coba lihat! Adakah yang ‘mahal’ dengan
contoh taman pemakaman diatas? Hanya rerumputan yang selalu terpangkas
rapi, serta pepohonan yang memang sepertinya sudah berada disana sejak
lama …..
Sekali lagi, jika pemda Jakarta mau
peduli dan bekerjasama dengan beberapa instansi, aku yakin mudah sekali
mencari titik temunya! Aku saja, yang hanya sebagai warga kota saja
sudah bisa menghitung ‘biayanya’ ( bukan hanya uang saja, tetapi lebih
ke arah kepedulian ), masak’an pemerintah tidak peduli?
Semuanya memang sangat tergantung kepada
dedikasi hidup kita masing2. Tetapi paling tidak, tugas kita
semuanyalah yang bisa memperbaiki keadaan untuk sebuah kota yang layak
untuk di tinggali dan bisa dibanggakan …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Tanah Pemakaman Tidak Harus Menyeramkan!”
Posting Komentar