Senin, 18 Maret 2013
Sebuah Buku untuk Papa …..
Senin, 18 Maret 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Ketika DIA Menjemput Papa …..
Detik-detik Akhir Papa….
Cerita Cinta PapaAku Sebagai ‘Asisten’ Papa …..
“Bidadari Kecil” Papa
Papa dan Aku dalam Pelayanan
Kisah Sekotak Nasi Untukku dari Papa …..
Persiapan Papa Menjadikan Kami Berguna…
__________________________________________________________________________________
Aku tahu, papa memang sedang banyak
menulis, sekitar 1 tahun belakangan ini setelah aku hanya bisa menulis.
Papa selalu mengimbangi aku dengan ikut melakukan apapun yang aku
lakukan. Sewaktu aku mulai aktif filateli lagi 2 tahun lalu, papa memang
tidak ikut berkecimpung dalam dunia filateli, tetapi beliau selalu ikut
menemaniku di komunitas filateli bahkan tiap aku pameran papa selalu
membantuku seperti beliau sendiri yang ikut berpameran …..
Tulisan2nya yang aku tahu adalah tentang
manajemen umum untuk dibagikan kepada anak buahnya, manajemen Gereja (
papa sudah menerbitkan buku tentang ‘Manajemen Gereja’ dan dipakai
sebagai buku panduan bagi calon2 Pendeta ). Setelah itu papa juga banyak
menulis tentang manajemen Jakarta, yang sering kami, aku dan papaku,
diskusikan. Apalagi setelag pasangan Jokowi-Ahok, dimana beliau sangat
bersimpatik, ingin bersama2 membangun Jakarta. Dan beliau sering
meng-email tulisan2nya tentang Jakarta kepada Jokowi-Ahok.
Aku juga tahu bahwa papa mulai menulis
tetang kehidupan pribadinya sejak dilahirkan tahun 1939 ( yang
diceritakan oleh eyang-ku ) sampai sekarang, sejak ( kalau tidak salah )
3 atau 4 tahun lalu. Tetapi, sungguh aku tidak menyangka, bahwa papa
menulis kehidupannya sangat detai! Dari papa mulai ingat kehidupannya
jaman Belanda sebelum berganti dalam penjajahan Jepang, sampai
Kemerdekaan, cerita papa sangat detail! Bahkan sewaktu masih jaman
Belanda, keluarga papa harus mengungsi, seekor burung di halaman
rumahnya di Yogyakarta-pun sempat beliau ceritakan!
Ingatannya sangat luar biasa, ketika
diumur senja papa mampu mengingat sedetail itu, apalagi itu jaman
Belanda. Tiap langkah kehidupan papa, dituliskan dengan sangat indah,
walau kata2 papa tidak seperti aku yang meng-eksplore perasaan. Kata2
papa memang begitu apa adanya, dengan kewibawaan seorang papa, itulah
papa. Sampai papa menikah, kehilangan anak pertama ( kakakku ),
kelahiran aku dan adik2ku, bagaimana papa berjuang untuk menjadikan
anak2nya berguna dalam Tuhan.
Kehidupnnya tidak lepas juga dari
penderitaan, sejak kecil jaman pemerintahan Belanda, mengungsi,
kehidupan keluarganya yang bukan sebagai orang2 kaya, masa2 mudanya
dalam bersaksi untuk terus berbuat yang terbaik, ataupun ketika papa
harus berusaha tegar, walau banyak orang yang ‘mencibirnya’ karena
beliau tidak mau tunduk terhadap keinginan keduniawian …..
Lalu bagaimana papa bergulat dalam hati
dan pikiran, menemani aku dalam sakit stroke-ku. Kata2 papa dalam
tulisannya, tetap penuh kewibawaan dalam menemaniku dalam keterbatasan.
Tetapi di sebuah paragraf, papa tidak mampu menyembunyikan perasaannya,
ketika beliau selalu menangis dalam hati melihat aku menggandengan
tangan papa sambil aku meniti dan berjalan tertatih2, sangat perlahan
….. Padahal papa menulis bahwa dulu aku adalah seorang perempuan yang
‘mobile’, tidak pernah berhenti bergerak dan sangat cekatan …..
Mataku berair, ketika aku membaca ini.
Bahwa papa yang sangat tegar, ternyata selalu menangis melihat aku. Dan
aku tidak mampu berbuat apapun untuk tidak membuat papa menangis …..
Maafkan aku pa ….. dengan
keterbatasan dan sakitku, aku tidak mampu untuk membuat papa sampai
dijemput Yesus, untuk bahagia ….. maafkan aku, paaaa …..
Tetapi selebihnya, tulisan papa tentang
perjalanan hidupnya lebih membuat aku dan pasti siapapun yang
membacanya, sangat terinspirasi. Bahwa seorang manusia, sebagai anak,
suami, papa dan eyang kakung, mampu berbuat yang terbaik untuk seluruh
keluarganya, bahkan untuk orang lain, yang mungkin tidak mengenalnya.
***
Ketika beberapa hari lalu kami sudah
mulai menata hidup kami sepeninggal papa, aku menemukan tulisan papa
dalam komputer kanto papa. Ternyata, papa sudah meminta anak buahnya di
kantor untuk meng-print tulisan itu, lebih dari 800 halaman A4. Dan
ternyata juga, papa sudah memina anak buahnya tersebut untuk sedikit
meng-edit typo2. Dan hasilnya, diberikan kepadaku, pada saat anak2
buahnya ke rumahku untuk memberikan penghormatan yang terakhir kepada
papa …..
Sebuah hasil tulisan papa yang sangat
luar biasa! Aku jilid dan aku baca, bbelum selesai karena tulisan itu
sangat menarik, apa lagi cerita di tulisan itu sejak jaman Belanda.
Banyak sisi kehidupan papa yang aku belum tahu, dan semuanya ada di buku
ini. Sangat luar biasa …..
Aku ingin menerbitkannya. Dengan tulisan
papa yang asli, tanpai editing. Cerita2 itu, di hidup papa, benar2
sangat menginspirasi aku. Dan jika ada yang dengan senang hati membaca,
pastilah mereka juga akan terinspirasi ….. Bukan hanya inspirasinya
saja, tetapi banyak berupa bentuk kesaksian serta sebuah solusi dari
ketidak-berdayaan karena kehidupan …..
Tuhan memang tetap memberikan ‘papa’
lewat tulisan2nya, lewat ajaran2nya juga lewat inspirasinya. Tulisan2
papa pasti akan sangat menggugah ba nyak orang, dengan kewibawaannya,
dengan kelembutan hatinya serta dengan kasihnya. Tulisan2nya pun bukan
hanya untuk anak2 dan keluarganya saja, tetapi untuk banyak orang.
Sehingga, aku ingin membagikannya dalam bentuk buku.
Sebuah buku untuk papa …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Sebuah Buku untuk Papa …..”
Posting Komentar