Minggu, 17 Maret 2013

Persiapan Papa Menjadikan Kami Berguna…



By Christie Damayanti

1363512086401291936
Dokumen Pribadi
Meja gambarku, aset seorang arsitek ( dahulu ), pemberian papa …..








___________________________________________________________________________________

Untuk anak2, pastilah kita berusaha sekali memenuhi kebutuhan mereka. Begitu juga papa, untuk kami, termasuk untukku. Ketika kita sudah ‘masuk’ ke ranah pendidikan anak2 kita, untukku dan pasti juga untuk orang2 tua lainnya, pasti merupakan hal yang terpenting, untuk masa depan mereka. Karena anak2 kita adalah aset kita, aset keluarga dan aset Tuhan untuk dunia lebih baik …..

Cerita ini memang hanya tentang aku, walau adik2ku mempunyai cerita2 yang tidak kalah serunya, yang berhubungan dengan papa, untuk mempersiapkan kami, anak2nya berguna di masa depan dalam Tuhan …..

Suatu ketika, aku baru semester 2 Fakultas Teknik Arsitektur di universitas dimana aku kuliah, aku mulai membutuhkan meja gambar beserta penggaris ‘Mutoh’ nya. Aku tahu, meja gambar dan penggaris itu mahal dan ini adalah aset terpenting bagi mahasiswa arsitektur dan bagi arsitek2 untuk mendesain dan menggambar. Dulu belum ada Auto CAD atau 3D, semua masih manual.

Jaman itu, tahun 1988 harga meja gambar + penggaris ( kalau tidak salah ingat ) sekitar 1 juta. Sangat mahal ( jaman dulu ), jadi aku belum meminta kepada orang tua, karena aku masih bisa menggambar dengan penggaris ‘T’ dengan meja tulis sebagai pegangannya. 

Walau sering bermasalah, aku berusaha untuk tidak selalu menyusahkan orang tua, karena bukan hanya peralatan ini yang dipakai, bahkan buku2 khusus arsitekturpun sangat mahal. Belum ada internet, buku2 itu semua import. Jadi, pintar2nya aku saja untuk meminjam perpustakaan atau mem-foto copy walau gambarnya menjadi tidak jelas.

Hari itu adalah Sabtu, aku ingat betul. Orang tuaku sedang dalam tugas ke sebuah kota, beberapa hari itu dan mereka akan pulang hari Rabu, minggu depan.

Aku benar2 membutuhkan meja gambar + penggarisnya, karena aku harus menyelesaikan tugasku dengan detail. Jika aku tidak memakai peralatan ini, aku akan kesulitas karena penggaris ini mampu menggaris se-per-milimeter dan se-per-1 derajat dengan mulus tanpa mataku setajam elang serta tanganku bisa bergerak dengan cepat dan lancar. Jika memakai penggaris ‘T’ dan busur derajat standard, tugasku akan selesai berbulan2 dengan gambar yang sangat tidak sesuai dengan kenyataan.

So, Sabtu itu aku menelpon papa ku untuk tanya kapan pulang dan aku membutuhkan peralatan itu. Bahwa aku tahu, mereka akan pulang hari Rabu, itu sebenarnya aku sudah mengerti, tetapi tetap saja aku bertanya.

Ketika aku bercakap dengan papa, sekonyong2 papa berucap,

“Sebentar lagi, kita pulang. Tunggu ya, sore nanti kita ke Gramedia”, dan papa menutup teleponnya …

Aku kaget dan tidak bisa lagi menghubunginya. Dan beberapa jam kemudian mereka sudah sampai rumah setelah supir menjemput mereka di bandara. Dan begitu mereka datang, papa langsung menggandengku ke Gramedia untuk membeli meja gambar dan penggaris itu, dan papa membayar mahal untuk salah satu aset awalku sebagai calon arsitek ….. 

Dan papa mengorbankan pekerjaannya demi aku yang membutuhkan barang, padahal pekerjaan papa itu pun sebenarnya juga untuk kami ….. Lihat tulisanku [CFBD] Cikal Bakal Dunia Karierku sebagai Arsitek Profesional

Bukan hanya itu saja. Papa sering mengorbankan pekerjaannya, meeting2nya dengan mitra2nya atau pertemuan2nya dengan client2nya, ketika papa mengetahui bahwa aku tidak ada yang mengantar jemput dari rumah atau ke kampus.

Papa tidak pernah membolehkan aku pulang pergi menggunakan kendaraan umum ataupun beliau tidak memperbolehkan aku setir sendiri. Papa sangat takut dengan keselamatanku, karena beliau sangat mengasihiku dan beliau trauma dengan meninggalnya kakakku sebelum aku lahir. Sehingga jika supirku tidak masuk atau ada halangan, jika tidak ada temanku yang bisa mengantarkan aku pulang, papa akan langsung menjemput aku sendiri dan membubarkan meeting2nya atau pertemuan2nya, segera, untuk menjemputku!

Pernah malam2, aku sebenarnya sudah ijin untuk begadang di kampus dengan teman2ku untuk membuat tugas maket. Tetapi entah mengapa ( aku lupa ), jam 1 malam aku harus pulang dan teman2ku tidak bisa mengantar aku. Sehingga aku telpon papa untuk menjemputku. Dan dengan suara serak karena baru bangun mendengar suara telpon, papa cepat2 menjemputku ……

Sering sekali papa melakukan seperti itu, hingga aku hanya bisa trenyuh. Sebagai anak waktu itu, bukannya membantu orang tua tetapi justru menyusahkan orang tua, terutama papa. Sehingga aku bertekad, bahwa aku harus lulus S1 dengan secepat mungkin untuk membanggakan kedua orang tuaku! Dan Tuhan mengabulkan permintaanku … 4 tahun aku lulus dengan gemilang ( dulu lulus arsitek sangat susah. Dengan 5 tahun kuliahpun jarang ada yang lulus. Waktu itu paling tidak 7-10 tahun, ( apalagi sebelum sistim SKS ), sebagai arsitek muda yang membuat tawa bahagia orang tua, terutama papa …..

Dan aku melihat orang tuaku, dengan bangga mengantarku wisuda sebagai seorang aesitek muda. Apa lagi ketika aku lulus S2, dengan menggendong Dennis ( cucu pertama papa ) tahun 1997, papa sangat bangga ketika aku lulus dengan predikat Cum Laude …..

Papa sudah mengajarku tentang tanggung jawab, sejak kecil. Bermain, bersekolah sampai bekerja. Dari jaman SD sampai lulus kuliah, kami ( khususnya aku ) berusaha untuk terus berprestasi, untuk membuat kedua orang tua kami, bangga. Dan ketika kami, anak2 papa bertiga ini, sudah lulus sesuai dengan keinginan kedua orang tua kami, aku tahu bahwa papa dan mama bangga pada kami. 
Dan aku juga tahu bahwa papa sangat bangga padaku, anak sulungnya, yang benar2 mengikuti apa yang papa mau aku lakukan …..

Terima kasih papa. Tugas papa sudah selesai. Tinggal kami, termasuk aku, yang akan meneruskan cita2 papa, menjadikan generasi penerus papa dalam menerapkan kasih Tuhan di dunia  …..

Tags:

0 Responses to “Persiapan Papa Menjadikan Kami Berguna…”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks