Kamis, 28 Maret 2013
‘Mereka’ Dewasa sebelum Waktunya
Kamis, 28 Maret 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Aku tersenyum miris. Seorang anak laki2
dengan gagahnya menyanyikan lagu2 Ungu dan memakai baju mirip Pasha dan
seorang anak perempuan menyanyikan lagu cinta2an ala Syahrini dengan
dandanannya yang di mirip2 kan dengan artis tersebut. Gaya anak
tersebut, sangat luwes dengan tatapan mata seperti menghayati lagu
tersebut, seolah ‘menyihir’ penonton. Dan orang tua mereka, dengan
bangganya bertepuk tangan sambil bersorak, mendukung anak2 mereka …..
Gayanya memang lucu, gagah dan centil.
Tidak ada yang salah, jika orang tua mereka bangga dengan anak2 mereka.
Begitu juga anak2 tersebut. Dengan muka berpeluh dan mata polos, mata
mereka berani menatap mata penonton dan senyum mereka yang selalu
terkembang, membuat penonton gemas melihatnya, termasuk aku. Mereka
berumur balita, dan kameramen menyorot mereka, wajah mereka dilumuri
make-up tebal ala artis profesional …..
Dulu, jaman aku masih kecil, orang tuaku
memberikan mainan atau kegiatan untuk aku dan adik2ku sesuai dengan
umur kami. Jaman kami dulu, penyanyi anak2 sudah lumayan banyak. Aku
suka sekali Chicha Koeswoyo dengan lagu ‘Heli Guk Guk Guk’ dan lagu
tersebut sampai mengantarku ke masa pra-remaja. Aku tidak mengenal lagu2
dewasa, kecuali lagu anak2 serta lagu2 klasik semisal Beethtoven atau
Mozart. Begitu juga, aku hanya menonton film kartun di bioskop ‘Woody
Woodpecker’ atau Charlie Chaplin.
Kegiatanku pun beragam, sesuai dengan
umurku. Jaman balita, aku suka naik sepeda, berenang dan main petak
umpet serta bentengan. Mainan yang aku minta untuk dibelikan paling
hanya Lego dan boneka. Semua sesuai dengan umurku, juga umur adik2ku.
Begitu juga ketika anak2ku balita. Aku
membelikan mainan sesuai dengan umurnya. Lagu2 anak2 jaman tahun akhir
1990-an sudah ‘tercemar’ dengan lagu2 serta kata2 dewasa, dengan lagu
cinta2an, sehingga aku membilan video anak2, Sesame Street dan Barney.
Lagu2 indah masa anak2 di Indonesia sudah ‘tercemar’. Tidak ada lagu2
indah dan klasik seperti Balonku, Bintang Kejora, Becak, Ambilkan
Bulanku, dan sebagainya. Aku masih ingat sekali kata2 lagu anak2 itu
sampai sekarang. Tetapi anak2ku hanya tahu lewat ceritaku …..
Cerita diatas, di perburuk lagi, ketika
MC sambil tertawa menanyakan, ‘apa yang akan dibeli dari hasil
kemenangannya, jika lomba tersebut anak2 tersebut menang’. Dan mereka
menjawab,
“Mau beli handphone …..”
Senyum miris ku berhenti. Lomba anak2
balita itu pun sebenarnya tidak sesuai dengan umur mereka, dengan
menyanyi cinta2-an, ditambah dengan pemikiran mereka tentang barang yang
juga belum sesuai dengan umur mereka! Astaga, anak balita minta hp,
yang pastinya ada internet untuk game, atau jangan2 mereka sudah
mempunyai FB? Dan senyumku benar2 ‘mencong’ mendengarnya, ketika
kameramen menyorot ekspresi wajah orang tuanya dengan bangga ( bahwa
anaknya sudah ‘pintar’ dengan ‘kedewasaan mereka’ yang belum waktunya?
).
Sungguh sangat miris. Anak2 kita
sekarang memang lebih dewasa, tetapi dewasa sebelum waktunya! Ketika
mereka seharusnya bermain sepeda, bermain petak umpet atau galasin, atau
semua permainan yang menguras fisik di udara terbuka, tetapi mereka
‘dipaksa’ untuk masuk ke dalam ‘kedewasaan’ mereka. Aku 90% yakin, bahwa
sebagian besar anak2 itu di’paksa’ oleh orang tuanya untuk mengikuti
lomba2 seperti itu.
Beberapa kali aku mengamati ketika kameramen
menyorot wajah anak2 itu, mata mereka tampak kosong, takut dan bosan,
sementara orang tua mereka bertepuk tangan sambil ‘memerintah’ dengan
matanya untuk tetap tersenyum …..
Hanya sebagian kecil dari anak2 tersebut
yang memang senang dengan kegiatan itu. Terlihat mereka yang tampak
berseri2 dan lenggak lenggok mereka yang tanpa ’sensor’. Dan ketika
pemenang lomba tersebut diumumkan, yang menang biasa2 saja, tetapi orang
tua mereka lah yang histeris. Dan yang kalah pun biasa2 saja, tetapi
orang tua mereka terlihat sangat kecewa …..
***
Keponakan2ku yang sekarang tinggal
dengan orang tuanya, adikku, di Amerika, masih mempunyai masa2 bahagia
dunia anak2 mereka. Terakhir kami kesana tahun 2010 lalu, tiap pagi
bangun tidur mereka menyetel video Barney, lalu film2 kartun. Setelah
itu, mereka bermain permainan mereka. Kata adikku mereka selalu bermain
di luar, main bola, jalan2 atau piknik ke danau. Semua permainan yang
menguras fisik mereka.
Hanya kadang2 saja orang tuanya memperbolehkan
bermain game, itupun bukan game online, sampai sekarang ( mereka berumur
10 tahun dan 7 tahun ). Mereka sangat menikmati dunia anak2 mereka. Dan
yang aku tahu, mereka tidak pernah meminta diberikan hp kepada orang
tuanya …..
Cerita dari adikku pun tidak berbeda
dengan kehidupan keluarga teman2 mereka. Anak2 pra remaja di komunitas
tempat adikku tinggal, sejalan dengan kehidupan adikku disana. Apakah
hanya di komunitas mereka saja, atau apakah di komunitas2 yang lain?
Bagaimana dengan di Indonesia? Sedikit
banyak aku mengamati tentang kehidupan anak2 dan remaja di Jakarta.
Bahkan di beberapa kota di Indonesia. Anak2 dan remaja sekarang ini,
benar2 ‘tercemar’ dengan alam modernisasi serta alam kedewasaan. Mereka
didandani sedemikian, sehingga menyamai orang dewasa. Mereka di ‘paksa’
dewasa sebelum waktunya ……
Memang tidak ada yang bias mengatakan
orang tua itu ’salah’. Itu adalah anak2 mereka, yang aku mengerti bahwa
mereka akan berbuat yang terbaik untuk anak2 mereka, menurut pikiran
mereka. Tetapi, apakah orang2 tua tersebut pernah berpikir seperti yang
aku pikirkan? Entahlah …..
Aku memang tidak berhak untuk
‘menghakimi’ mereka. Aku juga bukan seorang psikolog, yang bias dengan
mudah mengdiagnosa mereka tentang ‘kesalahan’ mereka. Bukan aku itu.
Tetapi karena sangat menyolok di depan mataku, setidaknya hatiku marus
mengatakan dan mengekspresikan gejolak pikiranku tentang apa yang aku
inginkan tentang masa depan bangsa.
Karena menurut aku, sebuah bangsa bisa
menjadi bangsa yang besar, jika dari kecil generasi muda bangsa
bertumbuh dengan baik, dengan semestinya, dikelilingi oleh orang2 yang
memperhatikan dan mengasihinya, serta orang2 yang memberikan yang
terbaik bagi umur, waktu serta kegiatannya dalam berpendidikan,
bersosialisasi, bermasyarakat untuk bertumbuh dengan sempurna …..
Anak2 itu sangat luar biasa! Mereka akan
dengan gampang ‘belajar’ dari orang2 di sekelilingnya, dan mereka akan
dengan mudah menjadi ’seseorang’ sebagai idola dan panutannya. Jika
‘belajar dan panutannya’ memang baik, tidak aka nada yang salah, tetapi
bagaimana jika sebaliknya?
Jadi, berusahalah yang terbaik untuk anak2 dan remaja kita, demia masa depan bangsa kita …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “‘Mereka’ Dewasa sebelum Waktunya”
Posting Komentar