Senin, 18 Februari 2013
‘Gerakan Guru Menulis’ di Kompasiana
Senin, 18 Februari 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Tags:
New Media
Guru-guru di SMPN 1 Sumbang - Purwokerto
Sebelumnya :
Ketika kami mensosialisasikan Internet
Sehat dan Aman kepada orang tua murid SMPN 1 Sumbang, setelah istirahat
makan siang, kami langsung menindaklanjuti dengan sosialisasi kepada
guru2nya dalam 1,5 jam, karena seperti aku tuliskan di link atas, para
orang tua sebagian besar belum tahu bhakan belum pernah tahu tentang
internet, apalagi membukanya. Padahal, sebagian besar anak2 mereka sudah
mengenal bahkan sudah melanglang dunia maya.
Dan hampir semua dari
mereka belum mengenal ‘hantu dunia maya’, yang akan membuat mereka
terpuruk, jika mereka tidak bisa mem-protek dirinya sendiri …..
Guru2 sekolah ini, dengan antusias, tepat waktu untuk masuk lagi kedalam aula. Kamipun bersiap untuk memulai kegiatan itu.
Valentino membukanya dengan banyak
bertanya kepada mereka, dan tim IDKita yang lain siap mencatatnya untuk
riset. Pertanyaan2 itu seputar kegiatan belajar mengajar, kegiatan
siswa, kegiatan guru2 sendiri, yang lebih berhubungan dengan teknologi,
walau hanya sederhana. Ternyata hasilnya tidak jauh dari perkiraan awal,
dengan lokasi sekolah di Purwokerto serta lebih ke pelosok ( bukan kota
Purwokertonya ), guru2 atau orang tua yang notebene adalah sebagian
besar buruh tani, pastilah tidak bisa atau tidak sempat untuk untuk
membuka2 internet.
Juga dengan kegiatan2 yang berbau teknologi, jarang
sekali guru2 memberlakukan teknologi dalam mata pelajarannya, kecuali
mata pelajaran TIK yang hanya 1 minggu sekali selama 2 jam belajar.
Guru TIK, bertanya tentang akses internet di sekolah tersebut, belum memadai
Sebagian guru2 itu pun setelah mengajar
jarang memakai waktunya untuk ‘belajar’ lagi, mengasah ketrampilan diri,
atau jarang untuk membiasakan diri dengan membaca dan menulis. Hampir
semua dari mereka setelah mengajar, ‘bekerja’ untuk keluarga, atau guru2
perempuan mengasuh anak2 mereka. Memang benar2 khas kehidupan di kota2
kecil dan pelosok2 di Indonesia.
Tidak bisa disalahkan, memang. Tetapi
konsep ’selalu belajar dan mengasah ketrampilan diri’, tetap harus
diadakan, paling tidak sedikit waktu untuk membaca atau menulis tentang
apapun, sehingga mereka akan lebih up-date, jika siswa2 menanyakan
sesuatu kepada mereka. Jangan siswa lebih tahu dari mereka, yang mungkin
akan bisa ‘dibodohi’ oleh siswa.
Karena IDKita Kompasiana merupakan
bentukan dari para penulis di Kompasiana, tim inipun memilih menulis
adalah bagian dari kreatifitas untuk mengekspresikan diri. Dan ketika
kami datang kemanapun untuk sosialisasi Internet Sehat dan Aman, tim
kamipun, IDKita Kompasiana, selalu berjuang untuk mereka2 yang sudah
tahu dan mengerti bahwa teknologi akan membuat mereka bisa
berkreatifitas dan berinovasi, kami selalu memdukung penuh sambil
mengajak mereka dalam menulis dan membuka akun di Kompasiana. Dan sampai
sekarang, kami sudah berhasil mengajak banyak orang untuk mau bertahap
terus menulis di Kompasiana …..
Untuk di SMPN 1 Baturaden, sudah ada 2
orang siswanya yang serius untuk menulis dan sudah membuat akun di
Kompasiana. Dan kami akan terus menghubunginya untuk mendukungnya agak
mereka terus berkreasi dalam memanfaatkan teknologi internet. Jika siswa
saja berminat, mengapa tidak guru2nya? Bisa dilihat di Kreatifitas Menulis Siswi SMP di Baturaden.
Tim IDKita Kompasiana, membantu aku memotivasi guru2
Jadi, sebagai penulis, aku mau terus
memotivasinya untuk belajar dan belajar menulis. Dengan Valentino
menayangkan ‘perpustakaankku’ di dunia maya serta bolg ku di Kompasiana,
mereka dapat melihat bahwa aku sebagai seorang perempuan yang ‘cacat’
saja, mampu berkreasi dengan tulisan, walau hanya 1 tangan saja. Dan aku
selalu mengatakan, bahwa ‘aku saja bisa, mengapa kalian tidak bisa?’
Sesi kedua dan forum ini bukan
presentasi, tetapi lebih ke forum diskusi serta melakukan sedikit
penelitian. Sehingga dengan tim kami yang siap dengan apapun yang
ditanyakan oleh mereka kepada kami. Dan beberapa orang mengalami
‘kesibukan’ yang mungkin akhirnya tidak bisa membaca atau menulis.
Tetapi aku mengatakan kepadanya, bahwa ketika aku duduk di belakang
mereka ( tim Kominfo dan Valentino sebagai nara sumbernya, di sesi
pertama ), aku terus membuka bb ku.
Tetapi itu bukan untuk ber-bbm atau
SMS. Aku membuka bb ku adalah untuk menulis! Dan aku mengatakan, bahwa
dalam sekitar 4 jam ( dari jam 9 pagi sampai jam 12 sesaat sebelum makan
siang ) aku menghasilkan 2 tulisan yang akan aku posting setelah aku
mendapatkan foto dari hasil kegiatan ini …..
Aku duduk di depan mereka, aku melihat
ekspresi mereka ketika aku mengatakan ini. Ekspresi mereka sangat
tercengang. Aku tersenyum,
“Belum tahu, bahwa otak cacatku sudah bertumpuk ide-ide yang akuingin tuliskan dengan genre2 yang berbeda!”
Dan kata2ku ternyata berhasil untuk
merangsang mereka untuk mulai bertanya2 dalam menulis atau membuat akun
di Kompasiana. Untuk membuat blog, sepertinya agak susah karena kami
haris workshop sebdiri dengan waktu yang lebih lama. Dan amipun lebih
mendorong mereka untuk membuat akun saja di Kompasiana.
Karena aku
mengatakan lagi, bahwa salah satu hasil Kompasiana adalah, aku bisa
menulis apapun, aku bisa mendapatkan teman dan sahabat dan sekarang itu
kami di tim IDKita Kompasiana terbentuk dari Kompasiana …..
Kami juga mengatakan, bahwa teknologi
bisa menjadi sangat bermanfaat. Bahwa ‘kantor’ IDKita Kompasiana adalah
di dunia maya, dan seretaris tim IDKita Kompasiana adalah mba Deasy,
yang tinggal di Purwokerto, yang selalu membantu tim untuk sosialisasi
kemana2 ke seluruh Indonesia.
Dan kami menunjukkan kepada guru2 itu,
bahwa kegiatan kami ini, Internet Sehat dan Aman ini, dibentuk di dunia
maya. Dan dengan niatan yang tulus, di dunia maya pun bisa mendapatkan
sahabat2 yang terbaik dalam berinteraksi …..
Sekali lagi, guru2 tersebut tercengang2.
Dan mulai antusias untuk menanyakan alamt2 dunia maya kami. Kompasiana,
email, nomor telpon dan sebagainya. Dan aku dengan senang menyambut
pertanyaan2 tersebut.
Hasilnya, seorang guru bernama Ngilman
Safudin, mengirim email kepadaku untuk diskusi tentang bagaimana membuat
akun Kompasiana ( itu hari Sabtu sore setelah kami pulang ). Dan pagi
ini, di akun Kompasiana-nya ada 2 artikel tentang kegiatannya di
sekolahnya, yang baru dibuatnya! Luar biasa sekali! Bisa dilihat di Ngilman Safudin
Kami memang tidak
hanya ingin sosialisasi tentang Internet Sehat dan Aman, hanya selesai
sampai disini, tetapi kami ingin mendapatkan ‘feed-back’ dari apa yang
kami sudah sosialisasikan. Bahwa mereka akan bisa berkreasi di dunia
maya, salah satunya dengan menulis dan membuat akun di Kompasiana.
Semoga, dengan Gerakan
Menulis ini, semakin menambah kepercayaan-diri semua orang2 yang ingin
mengekspresikan dirinya, tanpa hanya ‘curhat’ di FB, serta mulai
berkarya. Bahwa dengan menulis, bukan hanya bsa menghilangkan stress
saja, tetapi kita bisa mendapatkan teman dan sahabat baru, aktualisasi
diri bahkan bisa melipat-gandakan pundi2 lewat menulis ……
Maju terus, SMPN 1 Sumbang – Purwokerto!
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “‘Gerakan Guru Menulis’ di Kompasiana”
Posting Komentar