Jumat, 11 Januari 2013

Puncak Terus Menjadi Obyek Bisnis, Lalu Bagaimana dengan Hutan Lindung dan Banjir Jakarta?



By Christie Damayanti

1357894037839286124
tempo.com
 
Apakah Jakarta akan benar2 TENGGELAM karena hutan lindung menjadi lahan bisnis: hutan produksi, pemukiman dan perkebunan?

Benar kata Peneliti Pusat Pengkajian dan Pengembangan Wilayah ( P4W ) IPB untuk meminta pak Jokowi menengok kawasan Puncak, Bogor. Dimana pak Jokowi perlu tahu permasalahan tata ruang wilayah di daerha hulu Sungai Ciliwung, terkait dengan pengendalian banjir di Jakarta. Karena pasti ada keterkaitan dalam pengendalian banjir di Jakarta, dan tidak hanya menyelesaikan di hilir saja, seperti yang aku tuliskan di tulisanku ‘Rusun Kampung Deret’: Konsep Menarik bagi Warga Jakarta, Tetapi ….. dan Jangan Tanggung-tanggung, Pak Jokowi

Dengan tataruang kota Jakarta sudah diperbaiki-pun, jika tata ruang hulu Sungai Ciliwung di puncak Bogor, kemunginan banjir Jakarta pun masih bisa terjadi. Karena memang banjir di Jakarta lebih banyak karena kiriman air dari Bogor, dari ketinggian air di Bendungan Katulampa.

Sepanjang Sungai Ciliwung sekarang ini benar2 kotor, jorok karena sampah. Sehingga sampah2 itu membuat Sungai Ciliwung menjadi dangkal, karena sampah2 yang terus dibuang ke sungai sampai mengendap. Ditambah dengan rumah2 ilegal di daerah ’slum’ di sepanjang Sungai Ciliwung dari hilir sampai ke hulu di Jaaarta, membuat penyerapan air tertutup karena lahan hiau menjadi beton …..

Dari data tata ruang Kabupaten Bogor sampai tahun 2012, terdapat sekitar 400-an bangunan ilegal. Ini bukan rumah2 di daerah ’slum’, tetapi bangunan2 atau villa2 atas nama kepemilikan warga Jakarta, yang sebagian besar merupakan ‘orang2 penting’ Jakarta! Jika MEREKA juga tidak peduli tentang tata ruang dimanapun ( dalam hal ini adalah tata ruang Puncak Bogor ), bagaimana Jakarta akan aman dari banjir? Bagaimana dengan slogan ‘Jakarta bebas banjir?’

Sangat dimengerti, jika pemda bingung dan dilematis, ketika yang semula merupakan lahan hijau untuk penyerapan, berubah menjadi villa2 mewah. Pemda akan kesulitan jika villa2 mewah itu disegel, bahkan dihancurkan. Karena seperti yang kita ketahui bahwa, 10% lahan hijau di Puncak Bogor boleh dibangun dan 90% lahan hijau tidak boleh dibangun, tetapi untuk penyerapan. Dan pada kenyataannya, justru kebalikannya. 90% lahan hijau ternyata dibangun villa2 mewah dan 10% lahan hijau untuk taman …..

Pak Jokowi perlu tahu, bahwa warga Jakarta, yang notebene warga pak Jokowi, mempunyai lahan di puncak Bogor, dan lahan tersebut membuat penyerapan hulu tidak bisa melakukan tugasnya lagi dengan baik …..

*Mungkin aku salah, tapi jika warga Jakarta semena2 dengan lahan di Puncak Bogor yang salah satu menyebabkan banjir Jakarta, apakah memang pak Jokowi bisa untuk melakukan sesuatu? Entahlah …..*

Tetapi menurutku, paling tidak pak Jokowi harus tahu tata ruang Puncak Bogor, untuk kebijaksanaan yang harus diambil demi slogan ‘Jakarta bebas banjir’ …..

Konsep tata ruang, sebenarnya jelas adalah membuat daerah itu menjadi sesuai  denan apa yang kita inginkan. Zoning2 seperti daerah hujan untuk penyerapan dan paru2 kota, daerah pemukinan, daerah  industri, daerah wisata dan sebagainya. Pemerintah daerah dengan dibantu oleh ahli2 merumuskan tentang tata ruang. Tetapi pada kenyataannya, konsep tata ruang yang sudah dirumuskan dengan baik, dilanggar demi kepentingan sekelompok warga bahkan hanya seseorang yang berkuasa, dan demi segepok uang, sehingga daerha tersebut menjadi tidak bermakna …..

Rencana Tata Ruang Wilayah ( RTRW ) Bogor, sepertinya berencana untuk melakukan revisi  peraturan yang berpotensi menghapus keberadaan hutan lindung di wilayah Puncak Bogor, seperti yang aku baca di DetikNews, Agustus 2012.  Hutan lindung kawasan itu sekitar 8.745 hektar dikonversi menjadi hutan produksi, pemukiman dan perkebunan! Wilayahnya di Cisarua, Mega Mendung dan Ciawi. Artinya, hutan lindung kawasan puncak Bogor tersebut benar2 akan hilang dan bertambahlah derita Jakarta! Astagaaaaa ……

 

*Sungguh, jika kita benar2 sadar bahwa kawasan Puncak Bogor dijadikan hutan produksi, pemukiman dan perkebunan, akan sangat mengerikan! Jakarta akan benar2 TENGGELAM! Bayangkan, di hulu air sudah tidak bisa terserap dengan baik, dan air akan terus meluncur turun ke daerah landai, yaitu Jakarta. 

Lalu air lautpun terus melesak menggerus tanah Jakarta akibat reklamasi yang tidak sesuai dengan tata ruangnya tanpa melestarika hutan mengrove …… lalu, bagaimana Jakarta?*

Semakin banyak hutan lindung dijadikan lahan bisnis ( yaitu hutan produksi, pemukinan dan perkebunan, artinya semakin besarlah potensi banjir di daerah itu, bahkan terus melaju ke Jakarta ……

Kawasan Puncak Bogor memang merupakan kawasan yang sangat strategis untuk warga Jakarta membangun tempat peristirahatannya.  Daerahnya memang sejuk dan indah. Tetapi jika kita tidak memeliharanya, daerha itu akan hancur. Aku ingat ketika aku masih kecil, berjalan2 di Puncak adalah sangat menyenangkan. Berjalan2 di kebon teh sambil menikmati satu bakar serta jagung bakar. Tetapi sekarang, susah menikmati seperti itu karena penjual sate dan jagung bakarpun sudah seperti pasar, dan tidak nyaman lagi ketia banyak pedagang berbebut mencari pembeli …..

Memang tidak bisa disalahkan, bahwa penduduk Indonesia sangat banyak dan sebagian besar ada di Pulau Jawa, pembagian yang tidak merata. Tetapi tidak ada salahnya kita sebagai warga, meruncingkan ’sense of belonging’ untuk peduli dengan kota kita. Dan antara Jakarta serta Puncak Bogor, terdapat hubungan yang erat karena hubungan tata ruang yang alami.

Kerja sama antara Pak Jokowi dengan pemda Puncak Bogor, akan membuat kota2 dibawah pemerintahan mereka menjadi lebih baik dan bersahaja …..


Tags: , ,

0 Responses to “Puncak Terus Menjadi Obyek Bisnis, Lalu Bagaimana dengan Hutan Lindung dan Banjir Jakarta?”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks