Kamis, 20 September 2012
‘Pelayanan’ku Sudah Dimulai : Bagaimana Dengan yang Lain?
Kamis, 20 September 2012 by Christie Damayanti
y Christie Damayanti
Ketika aku tidak bisa
apa2 karena kelumpuhanku, ada saudara yang selalu men-doa-kanku, ada
banyak sahabat yang mendukungku, dan ada banyak teman yang peduli
denganku.
Ketika aku terpuruk karena
kelumpuhan dan kecacatanku, ada banyak sahabat yang saling bahu membahu
untuk menarikku dari lingkaran pusara hidupku dalam keterpurukanku.
Dan ketika aku benar2 tidak
bisa berbuat apa2, bukan hanya mereka saja yang selalu peduli dan
membantuku untuk melakukan sesuatu untuk hidupku, bahkan Tuhan
memberikan aku talenta yang luar biasa lewat seorang sahabat dalam
menulis. Dan talenta ini, dengan segala kekuatanku dan hatiku, Tuhan
‘memberikan’ sebuah buku untukku, untuk bisa diberikan yang terbaik bagi
NYA, lewat orang2 yang membutuhkan …..
***
Hari itu, buku-ku diluncurkan ( lihat tulisanku Launching Buku-ku untuk Tuhan: “Ketika Tuhan Mengijinkan Aku Sakit” ).
Siang itu aku harus mengantar Michelle ujian piano di Yamaha Mall Artha
Gading. Dan sambil menunggu aku menyempatkan diri untuk ke salon, untuk
sedikit merapihkan diriku.
Setelah rambutku di cuci, seorang pemuda
mulai meng-blow rambutku. Pemuda itu terlihat dari Indonesia Timur dari
kulitnya yang hitam dan rambutnya yang keriting. Dan dia mulai mengajak
aku mengobrol …..
Namanya Stanley, dari Flores. Umurnya 35
tahun dan belum menikah. Dia mengatakan, pertama kali dia melihat aku
memakai kursi roda dengan tanganku yang memang sering menggenggam, dia
sudah ingin mengobrol denganku, apalagi dia tahu bahwa aku adalah insan
pasca stroke dengan kelumpuhan bagian tubuh kananku.
Lalu Stanley mulai bercerita. Dia lulus
dari Sekolah Theologia ( sekolah Pendeta ), tetapi tidak bisa / tidak
mau untuk menjadi Pendeta. Aku bertanya,
“Mengapa?”
Dia menjawab,
“Sebenarnya, saya ingin menjadi
Pendeta ( dengan suaranya yang khas dan logatnya yang ‘medok’ ), tetapi
tidak mungkin, karena mama saya sudah 5 tahun terserang stroke dan saya
harus membiayai beliau. Mamanya stroke dengan separuh tubuhnya lumpuh
dan hanya tinggal di rumah. Apalagi papa saya sudah meninggal dan saya
menjadi tulang punggung keluarga …..”
Sebagaima yang kita ketahui, bahwa
seorang Pendeta tidak bisa bekerja untuk dirinya sendiri, tetapi memang
harus bekerja untuk Kemuliaan Nama Tuhan, sehingga dia memilih untuk
bekerja sebagai stylish di sebuah salon di MAG.
Berlanjut dengan cerita2nya, bahwa dia
ingin menguatkanku dalam keadaanku, sebagaimana dia juga selalu
menguatkan iman dan percaya mamanya, bahwa Tuhan akan selalu menjaga
kita. Dan pada akhirnya, sambil dia meng-blow rambutku, dia mulai
bernyanyi2 memuji Nama Tuhan dari Kidung Jemaat dan juga mengajakku
bernyanyi juga …..
Akhirnya, sambil bernyanyi2 dan
meng-blow rambutku, kami banyak tertawa dan tertawa, dan banyak orang
memperhatikan kami. Aku melirik ke orang itu, dan tidak malu koq,
mengapa harus malu? Untuk memuji nama Tuhan, mengapa harus malu?
Aku bergantian bercerita tentang
beberapa kesaksianku dan mengatakan bahwa sore itu aku meluncurkan
buku-ku tentang keadaanku dan Stanley sangat tertarik mendengarnya. Dia
banya bertanya, dan akhirnya dia mengatakan bahwa,
“Ini bukan kebetulan, mba Christie.
Tuhan sudah menunjukkan jalan untuk saya, dan mba Christie ada di depan
saya untuk memberi semangat kepada saya dan mama saya, untuk saling
memberi semagat …..”
Ya Yesus! Aku merinding memikirkan dan
mengingat itu. Sejak di mobilpun, aku memang tidak pernah merencanakan
ke salon hari itu. Aku hanya ingin menunggu dan menemani Michelle ujian
piano tetapi ternyata agak lama menunggu sehingga aku ke salon. Lalu
Stanley memang meminta seseorang yang mengatur salon itu untuk meng-blow
rambutku, yang sebenarnya aku ‘dipegang’ oleh temannya, bukan Stanley!
Sungguh, bukan sutu kebetulan dan aku merinding mengingat itu!
Tuhan sudah mengatur semuanya, tanpa kita sadar.
Aku berjanji untuk membawa buku-ku sekitar 2 minggu lagi untuk
diberikan kepada mama Stanley untuk penguatannya dalam Tuhan. Dan aku
berjanji dalam hati, untuk aku datang ke rumah Stanley di Depok untuk
bertemu dengan mamanya. Dan mungkin aku bisa membantu untuk mamanya
berobat, lewat buku-ku …..
Kami bertukar nomor telpon, dan Stanley
berdoa untukku dalam acara launching buku-ku. Dan dia sangat senang
ketika aku berjanji untuk membawa buku-ku untuk mamanya. Puji Tuhan!
Sahabat,
Tingkap2 langit sudah terbuka untukku.
Pelayananku sudah dimulai. Sudah ada seseorang yang membutuhkan uluran
tangan Tuhan, lewat buku-ku. Doaku akan terkabulkan segera, bahwa aku
ingin terus berkarya dalam keterbatasanku, untuk Tuhan ( lihat
tulisanku Berbagi dalam Keterbatasan ) …..
Bahwa Tuhan memang selalu memberika yang terbaik bagi kita, walau mungkin jalannya sangat berliku ( lihat tulisanku Dalam 1,5 Hari Terjual 528 Buku : Jika Tuhan Berkehendak, Siapa yang Dapat Melawan? ). Dan waktu Tuhan tidak sama dengan waktu kita.
Tetap percaya dan teguhlah dalam iman, sahabat …. dan tetaplah menggantungkan diri kita dalam Tuhan …..
Salamku …..
Untuk memulai pelayanan bagi Tuhan,
silahkan membeli buku-ku “Ketika Tuhan Mengijinkan Aku Sakit” di
www.leutikaprio.com atau inbox kepadaku ….. Tuhan senantiasa memakai
tangan2 demawan sahabat2 ku sekalian …..
*Teruntuk sahabatku, tetap percaya bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik*
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “‘Pelayanan’ku Sudah Dimulai : Bagaimana Dengan yang Lain?”
Posting Komentar