Selasa, 22 Mei 2012

‘Woman on Top’, Siapa Takut ???




By Christie Damayanti

1337664509687353557
thepersonaldevelopmentcompany.com
Siapa bilang wanita tidak bisa menjadi boss? Siapa bilang dunia bekerja di ‘pegang’ oleh kaum pria? Siapa bilang waniat tidak disegani oleh kaum pria dalam bekerja? Dan siapa bilang wanita tidak bisa menjadi pemimpin negara?

Setelah konsep emansipasi era Kartini, kaum wanita Indonesia mulai berlomba dengan kaum pria. Semua pekerjaan yang dulunya hanya diminati oleh pria, sekarang wanita banyak yang melakukannya. Seperti aku, sebagai pekerja lapangan, aku berada di dunia kaum pria, dan justru dengan ‘kehalusan’ gerakan2 dan pemikiran wanita, pekerjaan di lapanganpun bisa lebih baik, bisa tidak sampai ‘baku hantam’ dan justru wanita bisa membuat kerja sama antar tim lapangan dengan ’smooth’ dan lancar …..

Sedikit sharing tentang wanita bekerja yang ingin menjadi pemimpin, mungkin bisa berkenan untuk sahabat2 wanita :

1. Kenali tim

Jika kita sudah diberi kepercayaan dari atasan kita untuk menyelesaikan tugas2 kita, kita harus ‘mengenali’ tim kerja untuk terus berdiskusi dan me’manajemen’kan tim. Berbagi tugas ( jangan semuanya mau dipegang sendiri ) dan memonitoranggota tim satu demi satu. Intensif jika memang tugasnya banyak serta berusaha untuk SALING mendukung, apaalgi kita yang diberi tugas untuk menyelesaikan tugas2 itu.

Jika kita tidak mengenali anggota tim, apalagi justru ‘memusuhi’ mereka, tugas itu pasti tidak akan selesai. Kalau pun selesai, hasilnya tidak maksimal. Dan sebagai pemimpin, kita harus mempunyai ’sense’ untuk tim kita supaya mereka nyaman bekerja sama dengan kita.

2. Ambil resiko

Biasanya, kita segan untuk ‘keluar’ dari zona nyaman kita. Kita tidak mau ambil resiko untuk menjadi ’seorang yang lain’ dalam diri kita. Misalnya, jika sudah di posisi yang nyaman dalam pekerjaan kita, kita akan malas untuk berusaha dan malas untuk ‘memimpin’ tim yang dibuat atasan kita, karena biasanya kita ingin bekerja biasa saja. Biasanya kita pulang jam 6 sore, tetapi jika harus memimpin tim, mungkin kita bisa pulang jam 9 malam, karena biasanya boss kita untuk laporan akan memberi waktu kita diatas jam kerja, seperti tim kami di banyak proyek.

Wanita tetap bisa bekerja di atas jam kerja, asalkan tidak mengganggu komunikasi dengan keluarga. Seperti aku sebelum sakit, walau aku selalu pulang malam bahkan sampai pagi jika dealine, aku selalu menyempatkan diri untuk telpon, sms atau bbm dengan anak2ku dan selalu menyediakan waktu paling tidak 1 hari untuk bercengkerama dengan mereka. Dan yang jelas, bahwa aku tidak menyarankan anak2 yang masih terlalu kecil ditinggal mamanya untuk bekerja. Jika memang ingin meniti karier sebagai atasan, tunggulah jika anak2 sudah bisa ‘dilepas’ dan tetap dalam pengawasan keluarga, seperti aku, yang selalu meminta tolong kepada orang tuaku untuk mengawasi anak2ku.

Resiko memang besar, jadi pandai2lah kita ‘melihat’ anak2, apakah mereka memang bisa dilepas atau mereka memang tidak bisa / belum bisa dikendalikan. Jika memang mereka masih harus terus diawasi, sebaiknya berkonsultasilah dengan keluarga, bagaimana menjaga mereka, apalagi kita yang sudah ditinggal suami karena meninggal atau cerai, yang memang harus menghidupi anak2nya.

3. Jaga komunikasi

Komunikasi memang penting. Dalam tim, walau tidak ada tugas besar yang harus diselesaikan, kita harus tetap menjaga komunikasi. Sekali2, datanglah pada mereka ( tim kita ), ajak makan, diskusi ringan ataupun boleh juga sedikit hang-out di suatu waktu. Anggota tim, anak2 buah kita, pasti senang dan bertambah respek kepada kita. Dan justru wanita banyak dipilih untuk tugas2 yang lebih ‘memanusiawikan’ setiap anggota tim.

Begitu juga jaga komunikasi dengan anak2 dan keluarga. Jangan terus ‘lupa diri’ untuk mencari uang. Karena, yang ada, mencari uang bukan sekedar untuk anak2, tetapi justru menjadi ‘ambisi diri’, untuk yang terbaik sebagai wanita. Kita akan lupa diri bahwa wanita tetap harus menjalankan kodratnya sebagai wanita dan ibu dari anak2 kita. Tuhan sudah menciptakan bahwa pria memang lebih kuat secara fisik dan pria memang di tugaskan untuk menghidupi keluarga. Tetapi, wanita tetap harus bisa jika memsng dibutuhkan, dan wanita tetap mempunyai ‘hati’ seorang wanita yang lembut …… ( ciiieeeee ….. pasti banyak yang tertawa, aku menulis seperti ini ….. ).

4. Satukan tim

Sebagai pemimpin, mungkin kita mempunyai bannyak tim, bukan hanya 1 tim saja. Tim2 kecil inilah yang menjadi perpanjangan tangan kita, mendelegasikan tugas2 kita. Dan tim2 kecil ini harus kita satukan untuk mempunyai visi dan misi yang sama dengan kita. Tidak apa2, tim itu berbeda tugas, tetapi kita tetap selalu memantau serta mengawasi anggota2 tim kita, supaya jika ada perbedaan, cepat bisa untuk didiskusikan besama untuk kepenting bersama.

Begitu juga tim kita dalam pekerjaan dengan ‘tim’ kita sebagai keluarga. Buat aku, pekerjaan itu memang tempat aku mencari uang. Tetapi jika tim keluargaku tidak suka aku bekerja, hasilnya adalah sebuah ‘neraka’. Jadi, menurutku tim kecil keluargaku ( anak2ku ) selalu aku perkenalkan kepada tim2 dalam pekerjaanku. Sering hang-out dengan timku di pekerjaanku, gathering keluarga. Dari dulu, aku selalu  berusaha untuk ‘menyatukan’ tim kecilku dan tim2 dalam pekerjaan, sehingga masing2 anggota tim saling kenal, bahkan ‘bersahabat’. Dan dalam bekerja, tim dan atasanku bisa mengerti jika tiba2 aku harus pulang karena anak2ku membutuhkanku sebagai mamanya …..

5. Kekuatan positif dan terbuka

Ketertutupan adalah ’sesuatu’ yang susah untuk bisa membuat kita menjadi pemimpin. Dalam memimpin, kita harus mengalirkan kekuatan positif, menyalurkan dalam keterbukaan. Karena jika ita tidak ‘terbuka’ ( tetap harus bisa memilah2, mana yang memang bisa untuk share dan mana yang tidak untuk di share, baik tentang  pekerjaan, apalagi tentang pribadi ). Konon, pemimpin akan mendapat respek lebih dari anak buah, jika si pemimpin bisa diajak ‘ngobrol, bukan hanya tentang pekerjaan, tetapi juga tenntang permasalahan anak buah.

Dan justru inilah, sifat2 wanita yang bisa melegakan bagi anak buah. Sebagai pemimpin, jika salah satu anggota tim kita mempunyai permasalahan dan kita tidak mengetahuinya ( atau tidak mau tahu ), pastilah tim kita akan ‘bermasalah’. Kita harus selalu memantau anggota tim kita, dan salurkanlah kekuatan positif kita sebagai wanita, dan kita akan mendapat respek darinya ( walau itu kita lakukan bukan untuk respek, tetapi memang karena kepedulian kita untuk mereka ) ……

Masih banyak yang harus ilakukan, agar sebagai wanita bukan hanya ‘nomor 2′ dalam pekerjaan, walau masih banyak juga perusahaan yang masih membeda2kan bagi karyawan pria dan wanita. Tetapi, tetaplah berpikir positif tentang itu. Tetaplah kita sebagai wanita, bekerja keras, sama seperti pria, untuk bisa menjangkau apa yang di cita2kan oleh ibu Kartini …..

Berjuanglah terus, sahabat ….. jika kaum pria bisa melakukan tugas2nya, mengapa kita tidak bisa? Tuhan memberikan otak dan kemampuan yang sama untuk pria dan wanita. Dan, Tuhan justru memberikan ‘kekuatan hati’ lebih bagi wanita. 

 Tetapi, tetap ingatlah dengan kodrat dan kewajiban wanita untuk keluarga.






13376646441452006450
oakgov.com







Jadi, jadi boss wanita, siapa takut???

Salamku …..



Tags:

0 Responses to “ ‘Woman on Top’, Siapa Takut ???”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks