Selasa, 22 Mei 2012

‘Terpenjara’ di Rumah Sendiri





By Christie Damayanti

13376075131479840300
presentermedia.com
Papaku mengajarkan aku untuk selalu berhati2 dalam segala hal, termasuk juga di rumah sendiri. Sejak kecil, banyak wejangan dari papaku tentang ‘berhati2′. Semula, aku cuek saja, kupikir toh aku punya suami dan dia yang akan melindungiku. Tetapi setelah aku hidup sendiri, walau aku tinggal 1 rumah dengan orang tuaku, aku tetap selalu mengingat apa yang papaku katakan tentang ‘berhati2.

Di rumah sendiri, kita tetap hati2. Bukan hanya tentang adanya pencuri atau pembobol rumah, tetapi juga tentang kekerasan atau desain yang bisa membuat si pemilik rumah terpanggang api karena teralis2 yang kokoh, sehingga si pemilik rumah tidak bisa keluar ketika kebakaran.

Khusus di artikel ini, aku hanya membahas tentang keamanan secara fisik, dan desain yang sembarangan. Dalam desain arsitektur, sebuah rumah atau ruko ( rumah toko ), mempunyai konsep2 tertentu untuk menjadi rumah yang nyaman untuk ditinggali. Rumah yang nyaman bukan sebuah rumah yang besar, tetapi rumah yang nyaman untuk ditinggali adalah sebuah rumah yang desainnya memenuhi persyaratan dalam standard hidup banyak orang.

Beberapa konsep rumah yang sebenarnya sudah di atur oleh desainer ( arsitek ) serta sudah diatur dalam ‘Peraturan Pemda’, adalah bukan hanya untuk keindahan dan kenyaman saja, bahkan untuk keamanan ( safety and security ) bagi si pemilik rumah tersebut. Beberapa diantaranya adalah :

1. Sebuah rumah atau ruko HARUS mempunyai 2 pintu, untuk kedaan darurat

Banyak orang berkata bahwa membuat 2 pintu berarti membuat kesempatan pencuri masuk kerumah, sehingga rumah2 dan ruko2 yang ada di pengembang dan suda di desain oleh arsitek2 dan sudah dibeli oleh si pemilik rumah atau ruko ( biasanya rumah2 yang kecil dan ruko kecil ), biasanya pintu ke-2 akan di’tutup’ untuk membuat uang baru. Pintu itu bukan hanya dikunci dan di buat teralis, melainkan banyak juga pintu ke-2 itu diganti dengan tembok bata!

Apakah ada yang erpikir, ketika kebakaran terjadi, si pemilik rumah keluar dari pintu ke-1, tetapi keluarga yang lain yang seharusnya di dekat pintu ke-2, akan lama dan susah memutar ke pintu ke-1 dalam api yang berkobar2? Juga di ruko. Memang, desain pintu sebuah ruko hanya1 pintu, tetapi di lantai kedeua dan seterusnya, si desainer atau arsitek PASTI mendesain jendala kaca, dan untuk ruko2 panjang ( lebih dari 20 meter ), biasanya didesain pintu atap di lantai teratas.

Pada kenyataanya, jendela2 ruko pasti ditutup teralis, sehingga si pemilik rumah hidup di ‘penjara’ di rukonya sendiri ….. Tragisnya, jika terjadi kebakaran yang terjadi baru2 ini, si pemilik ruko terpanggang hidup2 ketika dia tidak bisa mencapai pintu masuk di lantai terbawah dan dia tidak bisa membobol teralis jendelanya …..

Teralis memang penting untuk mejaga kesempatan pembobol rumah masuk, tetapi sebuah konse desain yang baik, seharusnya dipikiran dahulu sebelum membuat teralis yang sangat kokoh dan kuat, sampai tidak bisa dibuka oleh si pemilik rumah atau ruko untuk menyelamatkan dirinya ….. Bisa saja dengan mendesain terali dengan pintu, bukan teralis yang di patok ‘mati’. Jadi pintu atau jendela itu mempunyai 2 kunci. Itu lebih baik dari pada di pantek mati ……

Karena kami dalam komunitas pekerjaan adalah arsitek dan sipil serta pekerja pekerja lapangan, kami membahas ketika sebuah pagi di TV ada berita tentang si pemilik rumah yang hangus terpanggang hidup2 karena tidak bisa membobol teralis jendelanya, dan kami berjanji untuk tetap memikirkan kesehatan dan keselamatan pemilik rumah yang kami desain …..

2. Sebuah rumah atau ruko HARUS mempunyai akses ‘udara terbuka’ untuk memasukan sinar matahari dan ‘cross ventilation’

Ini juga tidak hanya berhubungan dengan estetika saja, tetapi sangat berhubungan dengan kesehatan, walau banyak orang mengatakan bahwa,

“Mendingan bikin 1 ruangan lagi, dibanding hanya untuk taman” …..

Eits, jangan salah. Taman itu bukan hanya untuk estetika saja, melainkan untuk kesehatan serta untuk penyerapan tanah. Coba lihat, di Jakarta sekarang ini,  berapa banyak tanah yang terbuka? Sadar tidak, bahwa tanah bisa menyerap air, tetapi jika di semen atau di beton, air akan mencari jalan dan jika infrastruktur bawah tanah tidak bagus, air akan tergenang dan menjadi banjir …..

Sebuah rumah  di salah satu sisinya HARUS terbuka untuk memasukan sinar matahari dan udara, begitu juga dengan ruko, apalagi ruo yang panjang. Kesehatan si pemilik rumah atau ruko dipertaruhkan disini. Jika ruang terbuka di dalam rumah ditutup untuk dibuat ruangan, sinar matahari tidak bisa masuk dan udaranya pun tidak bisa masuk, shingga sangat panas, lembab dan sangat tidak sehat.

Sebenarnya, banyak sekali konsep dasar bagi arsitek untuk membuat rumah dan ruko yang nyaman bagi si pemilik rumah. Baik dari segi kesehatan, segi keamanan ( safety and security ), atau dari segi estetika. Biasanya, orang2 yang ekonominya di atas rata2, sudah sadar bahwa kesehatan dan kemanan memiliki peran penting bagi rumah, waau beberapa orang ekonomi rata2, masih terbentuk dari konsep pemikirannya yang sejak dulu ditanamkan keluarganya, bahwa ‘jika beli rumah, ya harus tidak rugi’, artinya, semua tanah yang dibelinya harus terbangun sebagai bangunan! Itu berarti, jika kota Jakarta mempunyai orang seperti itu, bagaimana Jakarta tidak banjir ???

Tetapi orang2 yang memang kaya, kesehatan dan keamanan sangat penting dan ditambah dengan konsep estetikanya untuk keindahan dan kenyamanan si pemilik rumah. Tetapi orang2 ini hanya sedikit dibanduing dengan yang masih tidak sadar akan kesehatan dan keamanan rumahnya.

Buat aku, kita tidak harus menjadi kaya untuk sadar akan kesehatan dan keamanan rumah kita, tetapi kita harus lebih care dan perhatian bagi rumah dan sekeliling kita. Jika rumah kita semua tanahnya tertutup beton, banjir bukan hanya akan melanda runah dan lingkungan kita, tetapi banjir akan menerjang kota …..
Juga jika kita hanya terkungkung di rumah kita karena terpenjara dengan teralis2, apa yang terjadi? Karena konsep kejahatan yang harus dipenjara, tetapi ternyata yang terpenjara adalah kita, si pemilik rumah …..

Desainer sudah merancang dan merencanakan banyak hal, termasuk mendesain rumah dan ruko, tetapi jika si pemilik rumah hanya mau ’seenaknya’ saja serta tidak peduli akan kesehatan dan keselamata jiwanya, bagaimana si desainer bisa mengembangkan kotanya untuk warga kota itu sendiri ?

Kesadaran akan kesehatan dan keselamatan di rumah sendiri, bisa menjadikan perubahan tatanan hidup perkotaan, sebagaimana yang dicanangkan bagi penduduk kota Jakarta …..

Semoga berguna …..



Tags:

0 Responses to “ ‘Terpenjara’ di Rumah Sendiri”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks