Sabtu, 05 Februari 2011
Manajemen Fisik Kota Jakarta (15)
Sabtu, 05 Februari 2011 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Konsep Perencanaan Transportasi dan Sistim Informasi
Masalah transportasi sekarang ini merupakan yg paling utama karena kemacetan lalu lintas yg sudah tidak terkendali.
Untuk pola transportasi makro,
seharusnya membangun infrastruktur nya dulu, barulah membangun angkutan
umum missal dengan ‘feasibility study’ yg terperinci, sebelum ada
peraturan2 yg membuat sistim ini berjalan dengan baik.
Untuk itu perlu strategi yg mantap karena rupanya sekarang ini pertumbuhan infra struktur jalan raya tidak sebanding dengan pertumbuhan kendaraannya dengan perbandingan 1 : 4. Langkah2 yg mungkin bisa segera dilaksanakan adalah :
1. Segera mungkin melaksanakan pembangunan MRT
layang / subway di Jakarta. Sepertinya pembangunan MRT ini akan
tertunda lagi entah sampai kapan. Padahal untuk warga Jakarta, MRT
merupakan suatu keharusan yg tidak dapat dielakkan.
Konsep MRT Jakarta ( bawah tanah / subway ).
Konsep MRT layang dan sistim monorail di Amerika.
Pembangunan MRT subway memang harus dibuat ‘feasibility sudy’
nya dengan detail, karena menurut para perencana Jakarta, air tanah di
Jakarta sudah sampai di Jakarta Pusat. Jadi bila memang MRT subway jadi
dilaksanakan, maka harus dengan pemikiran yg matang untuk supaya tidak
mengakibatkan hal hal yg tidak diinginkan di masa yg akan datang.
2. Seperti di Los Angeles yg mencoba mengembangkan ’shuttle bus’ (
bus yg menghubungkan antar bus atau kereta api ), Jakarta sudah harus
memulai memikirkan sistim transpotasi seperti ini agar masalah kepadatan
lalu lintas bisa sedikit dikurangi.
Trans Jakarta / Busway yg sekarang ada
di Jakarta, memang ’sedikit’ mengurangi kepadatan (?). Tetapi, apakah
proyek ini benar2 sudah ada feasibility study nya? Dengan
‘merubah’ jalur kiri ke jalur kanan dan membuat terminal2 khusus tetapi
tidak dipakai yg semestinya, bagaimana? Sebelum suatu jalur busway
dibuka, terminal sudah rusk, jalan2 khusu sudah rusak. Itu tentu ‘mengeluarkan yg tidak semestinya’.
Terminal2 Trans Jakarta yg sudah rusak walau jalur ‘busway’ ini belum dibuka.
Terminal2 Trans Jakarta yg ‘di
jarah’. Keadaan2 seperti ini sangat merusak Jakarta, ’sebuah kota dengan
warga yg sangat tidak mau hidup dengan nyaman’ …..
Feeder2 Trans Jakarta juga jauh
dari kenyataan. Alih2 yg membawa mobil dan ingin naik Trans Jakarta,
tetapi malah mereka membawa mobilnya langsung sampai tujuan. Mengapa?
Pasti ada yang salah. Mungkin daerahnya tidak ’strategis’ ( susah
dicapai dan tidak amam ) atau tidak ada manajemennya.
3. Mencoba meniadakan hubungan langsung antara jalan raya dan rel kereta api sehingga tidak ada masalah macet di lintasan kereta api serta kecelakaan.
Maket antara jalan kerata api dengan jalan raya, Jepang. Konsep ini bisa digunakan di Jakarta.
4. Terus membangun jaringan jalan raya dan jalan layang dengan jalan2 tembusnya yg dapat mengcover seluruh kota. Juga pengembangan lebih lanjut lingkar luar kota Jakarta agar kendaraan2 berat tidak harus masuk ke Jakarta, tetapi dapat melewati jalan lingkar luar tersebut ( outer ringroad ).
Lingkar luar Jakarta, belum
tersambung, antara barat Jakarta, timur Jakarta dan selatan Jakarta.
Kalau tohmemang sudah tersambung, sepertinya belum ada
peraturan untuk kendaraan2 berat yg mengangkut berbagai barang yg tidak
ke Jakarta ( misalnya, dari Yogyakarta ke Lampung )tanpa melewati kota
Jakarta.
Dan kalau mau ke Jakarta, mungkin dibutuhkan peraturan untuk kendaraan2 berat yg mengangkut berbagai barang, tidak boleh melalui jalan tol atai jalan2 protokol ( mempunyai jalur khusus ). Tetapi kalau toh harus melalu tol / jalan protocol, harus ada pengaturan waktunya : kendaran2 berat jam 12 malam sampai jam 5 pagi, atau tergantung jam2 y dibutuhkan. Selain jam2 tersebut, tidak boleh.
Konsep jalan layang Casablanca. Memang mungkin bisa mengurangi, tetapi tidak memecahkan masalah, sebelum konsep tentang ‘kebutuhan masyarakat untuk berkendara’ belum terselesaikan. Misalnya, dengan banyaknya masuk kendaraan tanpa batasan yang jelas.
Selanjutnya, infrastruktur Jakarta, terutama jalan2 rayanya, tidak pernah bertambah lebih dari sekian % / tahunnya, padahal kendaraan bertambah beberapa kali % / tahunnya. Bagaimana bisa jalan2 raya tersebut ‘menerima’ beban kendaraan ?
Untuk sistim informasi, Jakarta harus
mulai dengan lebih maju, karena sistim informasi merupakan ujung tombak
bagi mampu / tidaknya Jakarta bertahan di era globalisasi ini. Memang
telah banyak dilakukan oleh Jakarta dengan sistim yg mampu meredah
keingintahuan warga akan sesuatu melalu satelit. Mungkin dengan mencoba
menerapkan sitim teleport seperti yg sudah direalisasikan oleh banyak
kota maju di dunia, antara lain oleh Osaka.
Sistim Informasi untuk Jakarta, sama
seperti sistim infomasi2 yg lain. Ada profesi, organisasi ( yaitu pemda
) dan teknologi. Jika Jakarta / Indonesia sudah mempunyai satellite
sendiri, masih ada profesi / tenaga2 ahli IT untuk mendesain dan membuat data2 yg ada bisa dibaca untuk warga.
Satelit memang sudah ada, tetapi yg men-desainya menjadi suatu bentuk untuk konsumsi warga yg notebene awan untuk masalah2 seperti ini, itu yg tidak ada. Seperti misalnya, sistim ‘Wikipedia’
khusus Jakarta / bahkan Indonesia, belum sedetail2nya. Apalagi, Jakarta
/ Indonesia terkenal hamper di seluruh dunia sekarang, mempunyai
ratusan dialek dan bahasa. Warga Jakarta / Indonesia saja belum tahu ttg
itu, apalagi warga dunia ?
Data2 yg sudah ada dan harus selalu
digali untuk menambah kemampuan dan eksistensi kita sebagai warga
Jakarta / Indonesia, dianalisa dan didesain untuk kemudian
di-implementasikan. Setelah itu, selalu per-periodik di pelihara /
maintenance. Lalu mencari lagi data2 baru, begitu seterusnya membentuk
‘circle’ yg tidak terputus.
Apakah sistim itu ? Contohnya,
adalah sistim informasi Jakarta ini. Data awal sampai output, harus
dikontrol manajemen ( dalam hal ini adalah pemda ). Dan sistim informasi
ini harus bisa berdampingan dengan sistim2 Jakarta yg lainnya dalam
suatu lingkungan yg tidak saling ‘menjatuhkan’ tetapi saling melengkapi.
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Manajemen Fisik Kota Jakarta (15)”
Posting Komentar