Rabu, 30 April 2014
Wisata Kuliner ke ‘Lau Pa Sat’ di Singapore
Rabu, 30 April 2014 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Kami memang suka berwisaata kuliner
dimanapun. Ketika kami ke Singapore Juni lalu, seperti biasa kami makan
di tempat2 favorite kami, salah satunya di Lau Pa Sat, sebuah foodcourt
di tengah2 CBD dan dikelilingi gedung2 perkantoran dan buka 24 jam
secara ’shift’ atau bergantian.
Menurut pedagang2 setempat, Lau Pa Sat
awalnya berarti ‘pasar murah’ ( lau = low, rendah, murah - passat =
pasar ). Aku tidak tahu, dari bahasa manakah itu. Sepertinya sih bahasa
Melayu ( benarkah? ). Dan di mbah Google-pun tidak ada referensi tentang
tempat ini, jadi sedikit2 saja pengetahuanku tentang tempat ini. Dan
ini merupakan tempat favoriteku jika aku ke Singapore …..
Singapore atau negara2 Asia lainnya,
wisata kuliner memang ‘harus’. Artinya, kita tidak bisa dikatakan ’sudah
ke Singapore’, tetapi tidak merasakan masakan ‘Singaporean’ ( lihat
tulisanku ‘Fishball Noodle’: Kuliner Singapore dengan Rasa Tradisional yang Kental ).
Bahwa masakan China pun akan berbeda rasanya dengan masakanan China di
Jakarta. Begitu juga di Lou Passat, dengan masakan2 China ( memang
didominasi masakan China Singapore ) serta negara2 lain yang merupakan
bangsa yang menetap di Singapore, seperti masakan China Singapore,
masakan India dengan ‘Karee’ nya yang kental ( aku tidak begitu suka ),
masakan China Hongkong, masakan Malaysia juga masakan Indonesia ( hanya 1
booth masakan Indonesia di Lau Pa Sat. Padahal kan bannyak sekali
masakan Nusantara yang bisa menjadi ‘go internasional’ ).
‘Selamat datang’ dari Lau Pa Sat, Singapore …..
Waaawww ….. sebagai ‘kuliner-er’ sejati,
aku sering benar2 ‘lapar mata’. Maksudnya, aku selalu harus menahan air
liur ketika banyak makanan di masing2 booh dengan harga relatif murah,
sert baunya yang sedang dimasak, sangat mengundang selera. Lau Pa Sat
bisa dibayangkan seperti kaki lima di jalan Pecenongan diwaktu malam,
atau seperti di Gloria Pancoran Kota. Makanan2 China dengan bau bawang
putih yang dominan serta penatan makanannya yang sangat2 mengundang
selera …
..
Masakan Indonesia hanya ada 1 booth
di dalm tetapi ada beberapa booth jual sate Indonesia di luar. Tetapi
menurutku, tidak ada sate yang seenak sate di Jalan Sabang Jakarta,
hmmmmm ……
Seperti biasa, kami ber-5 mencari tempat
duduk yang menurut kami ter-strategis untuk melihat dan mencari
makanan.
Hmmmmm ….., baunya sudah membuat pertku berkukuruyuk …… kruk …
kruk … kruk …. Biasanya, mama hanya duduk di kursi sambil menunggui
barang bawaan kami. Lalu aku digandenga papa untuk mencari makananku dan
anak2ku mencari sendiri2. Biasanya lagi, aku dan papaku seleranya sama
dan mamaku biasanya hanya nebeng sedikit karena beliau justru maunya
‘icip-icip’ saja, tapi semuanya lengkap …..
Coba lihat ….. sangat menarik kan?
Hanya foto2 nya saja,kami sudah ‘lapar’, bagaimana dengan jika kita
mem-bau-inya dan mencicipinya?
Aku mulai berputar sepanjang bangunan,
mencari makanan yang aku ingin cicipi. Sebagian besar memang makanan
China, tetapi aku tahu, masakan China banyak macamnya. Jangankan di
Singapore, masakan China di Jakarta saja banyak macam, seperti Hokkian,
Tiu Chiu rasanya sangat lain. Apalagi masakan China di Singapore, dan
beberapa makanan China disana, sudah pernah aku cicipi …..
Jika makanan siap saji seperti ini,
biasnya dari Malaysia ( seperti makanan Indonesia ) atau Thailand.
Tetapi untuk makanan China biasanya dimasak mendadak dan banyak
berhubungan dengan kuah …
Waktu itu belum jam makan, baru sekitar
jam 18.00 watu setempat, jadi Lau Pa Sat masih terbilang sepi. Dan ini
memang yang kami inginkan karena jika jam makan, sangat ramai, dan susah
untuk mencari makanan karena tempat duduknya pun penuh dan sering tidak
kebagian makanan.
Seperti biasa, Michelle hanya mencari
makanan yang dia pernah coba. Dia tidak suka mencoba2. Jadi Michelle
memilih Fish Ball Noodle. Aku juga mencari makanan yang ringan2 serta
tidak mengandung banyak kolesterol, apalagi orang tuaku. Dennis sih
terserah … apa yang mau dia cicipi disana …..
Makanan kesukaan Michelle di Singapore : Fishball Noodle … yummyyyyy …..
Lumpia India pesananku serta isi perut pilihan Dennis …… hmmmmm …..
Bangunan Lau Pa Sat sendiri, unik dan
klasik. Campuran gaya Melayu dan Inggris, secara Singapore pernah di
jajah Inggris. Tiang2nya gaya Corintian Inggris serta kuda2nya bergaya
Perancis Inggris. Bangunan untuk seperti food-court ini sangat
dipelihara oleh pemerintah Singapore.
Manajemennya baik dan
pemeliharaannya sangat baik. Tidak terdapat sampah2 berceceran ( tidak
seperti di Jakarta, di foodcourt atau di Pecenongan ). Bahkan di lantai
tidsk terlihat jejak sepatu yang berseliweran karena selalu di sapu dan
di pel setiap saat.
Singapore sepertinya memang bangga
dengan Lau Pa Sat-nya. Tempat ini adalah dunia kuliner Singapore dengan
harga yang relaif murah disana. Misalnya, 1 porsi fishball pesanan
Michelle harganya hanya S$ 4.00 ( sekitar 30 ribu rupiah ). Untuk kita
di Jakaarta memang tergolong mahal untuk range foodcourt seperti itu. 1
porsi lumpia India yang aku pesan juga sekitar S$ 4.00.
Jika kami ke
Singapore, pasti kami selalu menyempatkan diri makan di Lau Pa Sat,
karena booth nya selalu tidak sama. Mungkin mereka mengilirnya supaya
pengunjung tidak bosan atau sengaja agar ada peubahan suasana dan
makanannya …..
Posisi Lau Pa Sat memang strategis,
ditengah2 perkantoran CBD. Justru untuk para turis seperti kami, akan
tidak nyaman berjalan kesana karena lingkungan sekitarnya adalah
perkantoran sehingga jika mau kesana ya … kesana saja, bukan jalan2 …..
Jadi, siapa yang belum pernah ke Lau Pa
Sat dalam liburan di Singapore? Karena tidak ’sah’ jika kita tidak
menyempatkan makan disana …..
Salam dari Singapore …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Wisata Kuliner ke ‘Lau Pa Sat’ di Singapore”
Posting Komentar