Selasa, 03 September 2013
“Mendingan Mikirin Makan, daripada Mikirin Parkir Jakarta, Kan?”
Selasa, 03 September 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti

www.dsautoparking.com
Sistem perparkiran dunia, di
negara-negara maju sudah mulai tahun 1954 di pantai timur Amerika. Di
sana pemerintah mengadakan perjanjian dan manajemen bersama untuk
penyediaan operasi parkir, layanan valet, antar-jemput, pemeliharaan,
serta konsultasi tentang perparkiran semacam ‘konsultan parkir’.
Fokusnya adalah untuk penyediaan parkir dengan layanan profesional.
Mereka menyadari tentang pentingnya lokasi antara daerah kegiatan serta
perparkiran sehingga secara efisien mereka ingin menyediakan tempat dan
mencari pelanggan di sekitar daerah itu.
Di sana mereka bangga menjadi ‘tempat
parkir’. Bukan sembarang parkir, melainkan justru banyak client yang
mencari tempat parkir yang nyaman, bersih dan apik, untuk kegiatan
mereka di daerah itu. Dengan jaringan ‘dari mulut ke mulut’, perparkiran
di sana bertumbuh menjadi ladang bisnis yang menjanjikan. Sehingga dari
tahun ke tahun, perparkiran terus bertumbuh, berkembang dan menjamur di
daerah-daerah kegiatan, apalagi di kegiatan-kegiatan primer seperti
bisnis perkantoran atau perdagangan.
Akhir abad 1900, perparkiran bukan hanya
sekedar parkir konvensional saja, dengan lahan parkir horizotal, tetapi
meningkat telak menjadi gedung-gedung parkir, pun di seluruh dunia.
Gedung-gedung parkir terus beermunculan, seiring dengan bertambahnya
kegiatan, meningkatnya bisnis dan materi, sehingga mobil-mobil bertambah
kian banyak. Sehingga tempat parkir, bahkan gedung-gedung parkir pun
bertambah sesak.
Dan awal abad ke-20, sistem perparkiran
benar-benar mencari solusi dengan kebutuhan jaman. Sehingga dari parkir
horisontal 1 lantai, meningkat menjadi perparkiran dalam gedung-gedung
parkir dan sekarang mendapat solusi membangun sistem perparkiran dalam
berbagai bentuk, sesuai dengan kebutuhan.
***
Cerita tentang parkir, semua negara
mempunyai permasalahn yang sama. Apalagi untuk negara-negara maju dan
berkembang. Mobil merupakan ‘yang dibutuhkan’ tetapi juga ’susah untuk
disimpan’. Artinya, kebutuhan tentang mobil dan mobilitas kegiatan,
ternyata merupakan awal mulainya permasalahan salah satunya tentang
perparkiran.
Di Jakarta, perparkiran merupakan
’sesuatu’ yang membuat pemda Jakarta pusing tujuh keliling. Dengan
beberapa konsep, tidak gampang membuat parkir di Jakarta lebih baik.
Coba lihat tulisanku tentang Bagaimana dengan Sistem dan Konsep Perparkiran di Jakarta? dan Gedung Parkir Modern Sistim ‘Puzzle’: Konsep Perparkiran yang.
Tidak gampang kan? Parkir di Jakarta itu sangat amburadul, baik
sistemnya, manajemennya, bahkan di lapangannya. Ditambah lagi tentang
lahan parkir yang sebenarnya sangat dibutuhkan, tetapi justru terjadi
silang pendapat antara lahan parkir dengan ’saleable area’ (lihat
tulisanku Mana yang Harus Dipilih : Tambahan Lahan untuk ‘Saleable‘ atau lahan untuk parkir? ), yang bisa dijual untuk menambah pendapatan pengembang.
Di negara-negara maju, perparkiran
dengan lahan yang terbatas (seperti Singapore, Korea, atau Jepang),
justru meningkatkan kreativitas dalam mendesain area parkir. Bahwa
parkir sekarang bukan hanya sekedar parkir di atas tanah atau dalam
gedung parkir, tetapi sekarang juga perparkiran merupakan merupakan
’seni’ tersendiri untuk menciptakan desain parkir yang apik, cantik, dan
nyaman.
Konsep parkir dengan sistem listrik,
mungkin baru ditemukan di Gedung Parkir RSCM. Namanya sistem puzzle.
Konsep ini terinspirasi dari banyaknya masukan dan keluhan dari pasien
RSCM, bahwa parkir si RSCM sangat susah, sehingga rumah sakit ini
berusaha untuk menyediakan sistim parkir puzzle, dengan sistim
bertumpuk, untuk memarkirkan kendaraannya.
Sekitar 176 meter persegi di
lahan RSCM Kencana dibangun sistem parkir puzzle, berbentuk tower
(gedung parkir, walau tidak sama) setinggi 30 meter. Memiliki 4 unit dan
12 tingkat yang semuanya bisa menampung 96 unit mobil di lahan 176 m2
ini.

static.republika.co.id
Sistem parkir puzzle di RSCM, masih sedikit yang tahu tentang parkir ini
Tetapi ketika aku sempat menengok parkir
puzzle ini, ternyata masih sedikit pemilik mobil yang memarkirkan
kendaraannya di sana. Mengapa?
Dari hasil survey tentang sistim puzzle di sana:
1. Pemilik mobil masih ragu dengan sistim ini
Karena dengan konsep parkir bertumpuk,
semuanya harus mengacu pada listrik. Jika listrik padam, mobil mereka
tidak bisa diambil atau kita tidak bisa memarkirkan kendaraan kita.
Artinya, si pemilik gedung harus menyiapkan genset 100%, karena jika
kurang dari 100%, jika listrik padam mobil-mobil tidak akan keluar-masuk
gedung parkir ini.
Memang, untuk Jakarta dengan sistem
seperti ini SANGAT RISKAN! Dengan listrik padam yang sering terjadi, dan
pemeliharaan yang ‘apa adanya’, membuat sistem ini akan sering
bermasalah, karena jika tanpa listrik, tidak ada sistem manual!
2. Sosialisasi parkir ini belum dirasakan ke semua pengguna
Jangankan orang-orang yang tidak terlalu
tahu tentang sesuatu atau tidak peduli dengan lingkungannya, aku saja
yang memang berkecimpung dalam dunia ini (konstruksi dan perkotaan),
tidak banyak dengan tentang sistem parkir puzzle di RSCM ini.
Tetapi jika kita mau berpikir jauh,
sistem ini merupakan konsep yang sangat bagus dan solusi tinggi untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang parkir mobil di Jakarta.
Sebenarnya, Jakarta itu cukup luas tetapi dengan penambahan penduduk dan
pertambahan kendaraan pribadi yang sangat-sangat cepat, sangat susah
jika hanya membangun sistem perparkiran yang konvensional.
***
Beberapa bulan yang lalu, aku berdiskusi
dengan perusahaan Korea yang menyediakan sistem perparkiran seperti
ini. Sangat mengesankan dengan tata kota pada seperti Jakarta. Tetapi,
ketika kami meminta penawaran untuk salah satu proyek kami, memang
ternyata investasinya cukup besar, sehingga kami menundanya untuk
kemungkinan-kemungkinan di masa depan.

www.dongyang.com

Di negara2 maju (ini di Korea),
sebuah apartemen menerapkan sistem puzzle. Hanya dengan lahan kecil,
tetapi bisa menampung banyak mobil

Salah satu sistem parkir di Eropa, bertumpuk, dan tidak perlu membangun gedungnya. Sangat praktis, ekonomis dan apik!

www.mhe-demag.com
Sistem puzzle yang berbeda, dari pengembangan yang awal
Tetapi jika kita mau membuka mata dan
membuka hati, dengan investasi sedemikian besar, dengan perhitungan
parkir sekitar 10 ribu sampai 20 ribu per-jam (hitungan ini dari
perusahaan itu, untuk BEP cukup bagus untuk proyek kami), apakah
perhitungan ini sesuai dengan kebutuhan parkir Jakarta? Maksudnya,
dengan 10 ribu - 20 ribu per-jam mungkin cukup fleksibel untuk
bangunan-bangunan mewah di Jakarta, untuk lahan parkir Jakarta bisa
terpenuhi.
Catatan :
Di Amerika, jika kita menyewa lahan
parkir di downtown sebuah kota, kita harus membayar sekitar US$ 5.00
sampai US$ 10.00 per-jam, tergantung daerah mana dan fasilitas yang
mana. Di area Los Angeles apalagi di Hollywood, dikenakan sekitar US$
10.00 - US$ 12.00 per-jam. Tetapi jika kita ke San Antonio, Texas,
parkir dikenakan sekitar US$ 4.00 - US$ 6.00 per-jam.
Pasti banyak yang pro dan kontra dengan tulisan ini. Aku sangat mengerti. Wong untuk makan saja masih susah, mengapa kita memikirkan soal parkir kendaraan pribadi yang luar biasa mahal?
Ya, inilah salah satu
problem terbesar untuk Jakarta. Sistem perparkiran tidak bisa dianggap
remeh sepanjang warga Jakaarta bersikap ‘kemaruk’ untuk terus membeli
mobil-mobil yang baru dan pemerintah juga tidak ambil peduli dengan
kebenaran tentang mobil pribadi! Bahwa masuknya mobil-mobil pribadi
dengan keluaran-keluaran baru, selalu sukses karena warga Jakarta yang
‘kemaruk!’
Jadi, tidak salah juga pemda akan mulai memikirkan tentang sistem perparkiran yang apik untuk kota Jakarta. Karena, pasti ada reaksi dari sebuah aksi, bukan?


Tentang Saya:

Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to ““Mendingan Mikirin Makan, daripada Mikirin Parkir Jakarta, Kan?””
Posting Komentar