Selasa, 05 Agustus 2014
‘Kalverstraat’ : Shopping Area dengan Pedestrian yang Nyaman
Selasa, 05 Agustus 2014 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti

***
Setelah 1,5 jam kami berlayar melalui kanal2 cantik di Amsterdam, tubuh kami cukup pegal. Terutama aku yang susah berjalan2 apalagi harus berjalan di atas kapal, yang terus bergoyang.
*Hihihi
….. Itulah mengapa aku selalu berkata tentang kepalaku yang terus
bergoyang, seperti kita duduk di atas kapal ( apalagi kapal yang
terserang badai, pun ini sejak awal sakit sampai SEKARANG ). Dan bisa
dibayangkan, jika kepalaku saja sudah terus bergoyang, apalagi benar2
berada di atas kapal …..
Cukup capek untukku, sehingga setelah keluar dari kapal dan duduk di
kursi rodaku lagi, Arie mengajak kami untuk sekedar minum teh hangat di
tepi kanal. Hmmmm ….. Sebuah cafe kecil di pinggir kanal, tanpa penutup
kedai. Benar2 konsep terbuka, dan justru ini mengundang turis untuk
datang.
Tidak lama kami duduk di cafe kecil itu, dan kami bersiap berjalan lagi.
Sudah sekitar jam 3 sore. Udara sungguh cerah! Matahari bersinar terang
dengan cukup menyengat, tetapi angin cukup dingin, sehingga kami tetap
meraparkan mantel dan jaket2 kami.
Masih dengan konsep ‘blusukkan’, Arie membawa kami. Kami masuk ke dalam area perbelanjaan, shopping area outdoor.

Google Map tentang Kalverstraat, Amsterdam

Menuju ke Shopping Area Kalverstraat
Ya, Eropa lebih memilih area
perbelanjaan outdoor, shopping street dan full pedestrian, dibanding
dengan mambangun mall2 yang mewah dan super modern!
Memang ada Magna Plaza, tetapi hanya sekedar deparatmen store, bukan
pusat perbelanjaan. Hanya sekedar perbelanjaan ‘ala kadarnya’. Justru
untuk shopping di Eropa, akan sangat menarik berada di area full
pedestrian dengan toko2 cantik disana …..
Kami memasuki shopping area, Kalverstraat. Tempat ini sudah ada dari
jaman dahulu kala. Toko2 disana bermerek, tetapi berharga menengah.
Seperti H&M, Forever 21 atau The Body Shop. Tetapi di beberapa
titik, ada beberapa butik mahal, seperti Eitene Aigner atau Louis Vuitton.

Kami
masuk dari arah ujung Koninklijk Paleis. Karena waktu itu masih deman
‘World Cup’ (18 Juni 2014), semuanya di dandani dengan bola …..
Bangunan2 di Kalverstraat adalah bangunan2 tua, seperti yang aku
tuliskan di beberapa link diatas. Bahwa bangunan2 tua itu benar2 di
rawat dan diberi fasilitas2 modern. Dan di Klaverstraat ini ada beberapa
tempat yang sangart menarik! Bukan tempat berbelanja, tetapi beberapa
titik dan komunitas yang, pastinya, tidak akan terpikirkan sebelumnya!
Komunitas2 ini akan aku tuliskan setelah artikel ini.
Di Kalverstraat memang full pedestrian dengan fasilitas2 yang cukup
memadahi sebagai disabled diatas kursi roda, aku. Meang, di beberapa
titik di jalan ini, masih ada permukaan jalan con-block, tetapi tidak
mengurangi semangatku untuk bersenang2.

Banyak
disabled erlalu lalang dengan kuris roda, baik warga local, ataupun
turis manca negara, seperti aku. Bahkan, anjing pun ikut menikmati
tuannya yang sedang berjalan2 di Kalverstraat, untuk sekedar cuci mata
…..
Tetapi pada permukaan jalan tersebut, ternyata di bagi 3 bagian. Di
tengah2nya adalah untuk pengendara sepeda. Dimana sepeda
merupakantransportasi utama bagi warga kota Amsterdam. Memang tidak
banyak pengendara sepeda yang berkeliling di Kalverstraat karena mereka
lebih memilih berjalan kaki.
Tapi Kalverstraat sendiri merupakan jalan tembus antara sebuah jalan
utama 1 ( ujung Koninklijk Paleis ) ke jalan utama yang lainnya (
Muntplein Rokin ), sehingga lebih dipilih dari pada harus memutar dari
ujungnya.

Ternyata pun, pengendara sepeda tidak terlalu mau mengganggu bagi
pejalan kaki di Klaverstraat, kecuali mereka memang mungkin harus
terburu2 ke ujung jalan utama tersebut. Cukup panjang, mungkin sekitar 5
atau 6 blok area. Dimana dalam masing2 blok itu memang banyak yang
menarik!
Arie banyak bercerita tentang banyak komunitas2 yang ada di Amsterdam.
Sampai aku benar2 terbengong2 karena aku sama sekali tidak pernah
menyangka, bahwa komunitas seperti itu nyata dan ada! Aku tidakb tahu,
apakah di kota2 lain di luar Holland,
ada. Seperti prostitusi yang di-legalkan, bahkan untuk pariwisata
dunia, sepertinya hanya Amsterdam yang mempunyainya. Tetapi yang jelas,
Amsterdam mempunyainya!
Untuk barang2 jang dijual disana, aku tidak tertarik karena merek2 itu juga ada di Jakarta.
Aku hanya melihat harga2nya saja, berapa bedanya antara barang2 yang
ada di Amsterdam dan yang di Jakarta. Seperti di Forever 21, ternyata
baju2nya pun banyak yang sama, desain maupun harganya! Hampir semua
buatan China, Cambodia, Sri Lanka dan India!
Aku lebih tertarik dengan detail2 klasik bangunan2nya. Kata Arie, dari
dulu Klaverstraat memang merupakan daerah perdagangan. Awalnya hanya
rumah2 penduduk biasa. Lalu mereka mulai menata ruang tamu mereka untuk
berjualan. Dulu, mereka untuk berjualan bahan pangan, termasuk keju dan
susu.

Kalverstraat waktu itu …..
Sejalan dengan waktu, konsep mereka berjualan pun berubah. Dari bahan
makanan, berubah sebagai area shopping untuk fashion : baju, kosmetik,
tas, sepatu, termaduk cafe2 kecil, dan sebagainya. Dan Kalverstraat
cukup yerkenal di kalangan turis, karena jualan mereka barang2 bermerek
menengah …..
***
Dari ujung Koninklijk Paleis, sebelah Madam Tussaud, ke ujung satunya
lagi, Muntplein Rokin, tidak berasa kami lalui. Bercanda, tertawa,
bercerita sampai membahas komunitas2 luar biasa di Klaverstraat, itulah
yang membuat kami tidak merasakan capek. Arie begitu antusiasnya, untuk
kami bertiga menikmati Amsterdam.
Dan dia tahu, bahwa aku memang sangat tertarik dengan tata kota,
lingkungan, budaya bahkan sosial masyarakat di dunia, termasuk Holland
…..
Terima kasih, Arie …..
Tips untuk pemerintah Jakarta, khususnya :
Sejak dulu, banyak negara2 maju justru sampai sekarang tidak mem-blow up pembangunan gedung2 modern. Justru mereka
sangat giat untuk mempertahankan ke-asli-an sejarah negeri mereka,
bangunan2 tua mereka, tetapi dengan menambahan2 fasilitas2 modern bagi
perkembangan jaman.
Begitu
juga dengan perbelanjaan. Bahwa beanja, selain untuk pemenuhan hidup
sehari2, belanja memang dapat member kesenangan tersendiri. Tetapi
belanja jangan membuat kita semua terfokus dalam hedonisme, dan membuat
kita terus berusaha membeli semua yang kita inginkan.
Area perbelanjaan itu seharusnya hanya cukup baik untuk pemenuhan kebutuhan, JANGAN untuk pemuas nafsu dunia …..


Tentang Saya:

Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “‘Kalverstraat’ : Shopping Area dengan Pedestrian yang Nyaman”
Posting Komentar