Rabu, 05 Februari 2014
Sahabat Kami Terjebak dan Terbakar dalam Mobil
Rabu, 05 Februari 2014 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Dari kiri : Berdiri : Hermawan, Wahyu dan Marik - Duduk : Pedro, Julianto, Ferry
“Life is The Art of Drawing without an Eraser” by John W.Gardner
Iseng di mobil aku buka2 BB. Melihat2
foto profile teman2ku. Sering tersenyum dengan foto2 itu, bahkan tertawa
ketika ada foto lucu. Banyak yang memasang foto keluarga atau teman2 di
lingkungannya. Banyak juga memasang foto anak2 dan kegiatannya. Tetapi
ketika aku memandang sebuah foto ‘jadul’, ingatanku melayang sekitar 24
tahun lalu …..
Foto itu ada di profil Hermawan, salah
satu teman baikku jaman kuliah arsitektur. Aku memang tidak terlalu
dekat dengan dia, karena dulu dia agak tertutup dan menarik diri dengan
kegiatan2ku, sementara aku sangat terbuka dengan teman2ku. Tetapi yang
jelas, aku ingat sekali, Hermawan mempunyai talenta yang luar biasa!
Sketsanya cantik dan ok banget, untuk menjadi calon arsitek.
Kelompok Hermawan berada di ‘jalur’
teman2 yang mempunyai talenta sketsa bagus. Ada Julianto, Wahyu, Marik
dan Ferry. Aku kagum dengan sjetsa mereka, walau aku agak ‘ngeri’ dengan
mereka karena penampilan fisik mereka besar2, sedikit ‘preman ( hihihi …
) dan terdengar ‘lelaki’ banget!
Kelompokku berbeda. Walau aku cewe
sendirian, terdiri dari Agustinus, Agus, Agus Jin, Bob dan AB, kami
banyak becanda lebih kepada saling meledek dan bekerja sama dengan baik.
Mereka sering ke rumahku karena sebagian besar dari mereka adalah orang
luar pulau dan mereka kost di Jakarta untuk kuliah.
Dan walau kelompok kami berbeda, kami
cukup baik berteman. Kadang2 juga kelompok kami melebur jadi satu jika
tugas kami harus mempunyai banyak anggota. Seperti tugas Studio
Perkotaan dan Studio Pemukiman, aku ingat kami bekerjasama dalam 1
kelompok besar, atau ketika Mata Kuliah Perancangan 6 ( pilihan ), kami
juga bekerja sama walau tidak semua tim ( karena beberapa yang
tertinggal ).
Wahyu adalah salah satu tim Hermawan.
Lihat di foto, kedua dari kiri yang berdiri. Wahyu berbadan kekar,
tegap, tinggi dan besar. Sepertinya, dia yang terbesar di kelompok itu.
Jujur, aku agak ‘takut’ dengannya. Betapa tidak? Dengan tubuh besarnya,
wajahnya juga ‘preman’ banget! Seingatku, tinggi tubuhku hanya sekitar
se dada bidangnya! Hihi …..
Tetapi ketika kami sudah ‘masuk’ ke
dalam tugas2 rutin sebagai mahasiswa, ternyata Wahyu tidak
se’mengerikan’ tubuh dan wajahnya. Justru dia sangat kocak. Selalu ada
cerita lucu yang dia bawa dan membuat kami pasti tertawa terpingkal2.
Dan sepertinya juga,tidak ada hari yang tidak tertawa jika dekat dengan
Wahyu. Sehingga, kami benar2 akrab dengan masing2 dari kelompok kami,
walau sering kami berada dalam perjuangan masing2 untuk bisa lulus
segera dengan hasil yang memuaskan, sebagai calon2 arsitek muda …..
Suatu hari, entah mengapa ( aku lupa )
Wahyu membawakan sebuah kaos putih bergambar si kucing Gardfield. Dia
tahu bahwa aku suka Gardfield, waktu itu. Seingatku, dia jalan2 ke
Bandung dan kaos putih bergambar Garfield itu, dibawakannya dari sana
untukku. Senang pastinya! Dan aku benar2 sayang dengan Wahyu dan teman2
yang lain, sebagai sahabat.
Beberapa hari setelah, kampusku di
lantai 7 dan 8 ( arsitektur ) gempar karena meninggalnya Wahyu, salah
satu sahabat kami, di tahun pertama kami kuliah tahun 1988 …..
Hah??? Wahyu meninggal???
Aku bergidik ngeri. Baru beberapa hari
yang lalu dia memberikan aku sebuah kaos putih bergambar Garfield, masa’
sih dia sudah meninggal? Umur kita baru belasan tahun, mengapa dia
meninggal begitu cepat? Ada apa? Aku terus bertanya, tetapi belum ada
yang bis menjawab, sampai kemudian ada yang menginformasikan lebih
mengerikan tentang meninggalnya Wahyu …..
Kasak kusuk yang berkembang dan menjadi
berita update bahwa Wahyu meninggal karena kecelakaan di tol. Mobilnya
terbakar dan Wahyu terpanggang di mobil itu ….. Walau aku belum tahu
detailnya, sampai sesaat sebelum ngobrol dengan Hermawan lewat BBM, aku
meyakinkan bahwa Wahyu meninggal terpanggang di mobil akibat kecelakaan.
Saksi temanku sewaktu melayat, bahwa hanya tinggal giginya yang menjadi
bukti dan kepastian bahwa Wahyu benar2 meninggal di sana …..
***
Cukup lama cerita tentang meninggalnya
Wahyu waktu itu, membuat kami terus mengenangnya. Terutama aku, sebagai
salah satu teman nya yang menjadi angkatan kuliah kami lebih ‘kocak’
karena Wahyu. Bahkan sampai sekarang pun, ketika aku ngobrol dengan
Hermawan lewat BBM, kenangan tentang jaman kuliah di kampus tercinta,
termasuk kenangan tentang Wahyu terkuak lagi.
Ternyata dari cerita Hermawan, ketika
itu Wahyu meninggal bukan karena kecelakaan di tol. Tetapi dia sedang
dugem dari diskotik dengan teman2 lamanya ( bukan dengan teman kampus )
di Roxy. Pulangnya, dia ngebut dan menabrak pohon. Teman2nya tidak
berani menolog dia karena sudah ada api, dan sampai api membesar, Wahyu
terpanggang di mobil itu.
Entahlah, apakah karena dia tidak bisa keluar,
terjepit karena menabrak pohon, atau apapun faktanya, Wahyu meninggal
dengan tragis dalam umur masih belasan tahun, kuliah semester satu dan
meninggalkan kenangan yang tak terhingga pada keluarga terkasihnya, juga
teman dan sahabat2nya ……
***
Kenangan merupakan sebuah bunga dan
luka. Ada baiknya kenangan menjadi titik balik untuk hidup selanjutnya,
atau menjadi barometer untuk memperbaiki kesalahan kita. Kenangan indah
tentang teman2 dan sahabat2ku semasa sekolah dan kuliah, merupakan
kenangan yang tidak akan terlupakan. Tetapi jika kenangan itu berubah
menjadi buruk seperti cerita Wahyu, sangat bisa menjadi pelajaran
tentang hidup.
Bahwa hidup memang sebuah misteri. Dan
Tuhan juga memberi hidup kita, sebagai berkat dan rahmat, untuk kita
bisa menjalani hidup dengan baik sesuai dengan keinginan NYA. Aku
percaya, Tuhan tidak akan memberikan kita ‘kecelakaan’ dalah hidup kita
tetapi damai sejahtera. Tetapi kitalah yang membelokkan hidup kita,
sesuai dengan keinginan kita sendiri, BUKAN keinginan Tuhan …..
Seperti kata Hermawan di statusnya di BBM sesuai dengan hasil ngobrol kami dan foto jadul itu, juga di atas artikel ini,
“Life is The Art of Drawing without an Eraser” by John W.Gardner
Bahwa ketika Tuhan memberi
hidup untuk kita, seharusnyalah kita mampu menjaganya sesuai dengan
keinginan Tuhan, karena hdup kita tidak akan bisa ‘dihapus’. Walau bisa
diperbaiki, tetapi apakah kita yakin bahwa maut akan menjemput kita
setelah kita memperbaiki hidup kita? Jangan2 5 menit di depan kita,
Tuhan memanggil kita sebelum hidup kita kembali ‘bersih’ …..
Tags: Catatan Harian
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Sahabat Kami Terjebak dan Terbakar dalam Mobil”
Posting Komentar